"Oke, kita ke rumahku sekarang. Aku tak yakin jika kau tinggal sendiri di rumahmu," ucap Valentino.
"Terserah kau saja," jawab Agusta dan dia pun masuk ke dalam mobil Valentino.
Agusta tinggal sendiri dan dia pun juga baru saja ditinggalkan oleh kekasihnya karena terlalu sibuk.
Padahal sebenarnya mereka itu sudah bertunangan dan akan segera melangsungkan pernikahan namun karena sang kekasih yang memprotes kesibukannya dalam bekerja maka hubungan mereka akhirnya kandas.
Jadi jika dia tinggal dengan sahabatnya itu pun tak akan jadi masalah. Orang tua Agusta tinggal di luar kota dan untuk itu dia sangat merasa bersyukur karena orang tuanya tidak akan terlibat dalam masalahnya.
"Apakah kau tadi diikuti dari kantor?" tanya Valentino.
"Iya. Bahkan di parkiran saja aku sudah curiga ada yang mengikutiku. Apakah mereka benar orang suruhan David?" tanya Agusta.
Agusta dan Valentino pagi ini berangkat bersama-sama ke kantor. Karena mereka sudah terlanjur dianggap sebagai pasangan dan juga banyak yang percaya hal itu, mereka bisa memanfaatkan hal ini untuk membuat sebuah rencana. Belum-belum ketika mereka sudah sampai di kantor, banyak pasang mata yang menatapnya dengan senyum. Valentino dan Agusta sekarang tidak keberatan dengan hal itu. Lagi pula mereka memang sengaja membuat mereka seolah-olah memang memiliki hubungan yang penting. "Cie. Pak Agusta sudah berani go public ya," ujar Levi. Agusta hanya menatapnya datar sedangkan Valentino pura-pura tak mendengarnya. "Iya, nih. Kalian cocok, serasi. Semoga langgeng ya, Pak," sahut Diana. Mereka berdua pun menatap Valentino dan juga Agusta dengan tersenyum. Tapi anehnya kali ini senyum mereka bukan senyum mengejek namun senyum tulus. Dan justru hal ini membuat Agusta mengernyit heran. "Kami permisi dulu," ucap Agusta dan d
Misky yang baru saja menghadap Tuan Mudanya, sekarang keluar dari perusahaan AL Group. Perusahaan itu sudah dia hafal seluk-beluknya. Ini dikarenakan sudah bertahun-tahun lamanya dia keluar masuk perusahaan itu. Sebelum benar-benar menjadi anak buah Rosa dan David, pria itu sudah sempat memasuki perusahaan itu. Pria muda itu sebenarnya memiliki keterampilan yang cukup bagus dibandingkan dengan pekerjaannya yang kotor sekarang ini. "Andi, kita pergi ke Gardenia Hills," ucap Misky. "Apa apa di sana, Bos?" tanya Andi. "Aku mulai curiga terhadap salah satu partner kerja Tuan David," ucap Misky. "Apa yang Anda maksud itu Calvin Miller? Pengusaha asal Singapura itu?" tanya Andi. "Benar. Pengusaha muda itu memang terlihat sangat mencurigakan. Bukankah sangat aneh jika tiba-tiba saja dia menawarkan kerjasama pada Tuan David?" tanya Misky. Andi menggeleng. "Anda salah, Bos. Justru Pak David yang mengejar Pak Calvin untuk
Almyra tak sengaja berpapasan Valentino Araya yang dikenalnya sebagai Calvin Miller saat dia berada di parkiran. Gadis itu tidak tahu bagaimana harus bersikap di depannya namun sebelum dia bertindak apa-apa, dirinya sudah disapa duluan oleh Valentino. "Malam, Almyra." "Malam, Calvin. Apakah kau baru pulang berkerja?" tanya Almyra. "Iya, Almyra. Apakah kau juga baru saja pulang?" tanya Calvin lain. "Iya." Kening Valentino mengerut bingung. "Jam segini? Ini sudah hampir jam tujuh malam. Kau baru pulang? Apakah kau sedang lembur?" tanya Valentino. "Tidak. Eh, aku tadi sudah pulang sekitar jam lima sore tapi aku mampir ke mall dulu untuk berbelanja sebentar lalu baru pulang ke sini,'' jelas Almyra. "Oh, begitu. Baiklah kalau begitu, selamat malam," ucap Valentino dan dia pun mulai berjalan meninggalkan Almyra yang mas
David Araya sedang tertawa setelah mengangkat telepon. "Apa yang sedang kau tertawakan?" tanya Stefan. David dengan senyum congkaknya mengambil gelas lainnya dan meminumnya. Dia itu menggoyang-goyangkan kelas itu dan kemudian meletakkannya di atas meja. "Tentu saja karena aku sedang puas sekali," jawab David. "Kenapa? Apa kau baru saja mendapatkan sebuah mainan baru? Wanita cantik yang lebih cantik dari Almyra?" tanya Bara yang pikirannya selalu diliputi dengan pikiran kotor. David mendengus sebal. "Ini bukan soal wanita. Tapi ini tentang Agusta Irawan yang sekarang sedang dikejar oleh anak buahku," ucap David seraya bertepuk tangan seperti orang gila. Stefan yang tadinya sedang berbaring di sofa lembut milik keluarga Araya itupun langsung terduduk. "Apa maksud kamu?" tanya Stefan. "Misky dan anak buahnya sedang berusaha untuk menangkap Agusta. Aku menyuruh mereka untuk membawa si berandal itu kemari dalam keada
Agusta dikejar oleh beberapa pria berbadan besar yang juga harga bawa pistol dan senjata lainnya. Dia sebenarnya bukan takut mati tapi dia tidak rela jika harus mati di tangan para pembunuh bayaran itu. Dia tidak akan sudi untuk menyerahkan nyawanya pada si brengsek David Araya itu. "Kembali," teriak Misky pada anak buahnya yang langsung berhenti mengejar Agusta. Mereka pun langsung lari cepat dan kembali ke mobil mereka masing-masing dan pergi dari lokasi tempat penyergapan Agusta itu. Agusta yang terengah-engah merasa lega luar biasa setelah bisa lepas dari kejaran anak buah David yang jelas sekali ingin membunuhnya. Ruslan dan anak buah David yang dibuat terpisah dari dirinya itu kini sudah mendekati dia. "Pak Agusta, Anda tidak apa-apa?" tanya Ruslan. "Saya tidak apa-apa. Yang lain ada yang terluka?" tanya Agusta khawatir. Dia tidak ingin membuat orang-orang yang telah membantunya itu malah mendapat masalah.
"Kenapa kamu menyuruh Misky pergi tanpa membunuh si Agusta tu, hah?" tanya Rosa sambil berkacak pinggang. Wanita itu wajahnya terlihat berwarna merah karena sedang marah. "Aku tak bisa membunuh dia sekarang, Ibu. Aku masih menunggu sesuatu," ucap David. "Menunggu? Apalagi yang kau tunggu? Apa kau sedang menunggu untuk diserang dulu? Bukankah kau juga sudah curiga kalau orang dibalik Agusta itu adalah Valentino? Lalu kenapa kau masih melepaskan anak buahnya itu? Dia sudah berani menipumu, David Suseno," ucap Rosa. Jika Rosa sudah memanggil nama belakang anaknya itu dengan nama mantan suaminya, wanita itu berarti sudah marah besar. David pun berjengit kalau mendengar nama itu. "Jangan pernah memanggil aku seperti itu lagi, Ibu. Aku tidak sudi dengan nama belakang orang itu," ucap David kesal. David benci dengan nama belakang keluarga ayah kandungnya tersebut. Hal itu mengingatkan dirinya jika dia aslinya berasal dari keluarga yan
David saat ini sedang berada di tempat milik Bara, yakni Paradise Night Club. Sebuah Club malam yang selalu dia kunjungi ketika dia sedang ingin sesuatu ataupun sedang merasa gelisah. Kali ini David tidak memesan sebuah ruangan khusus. Dia malah hanya duduk di bar sambil meminum beer sendirian. Bara Ali sedang ada tamu spesial jadi tidak bisa menemani sahabatnya itu. David pun kali ini tidak berniat untuk menggunakan jasa wanita penghibur di sana. Dia rasanya hanya ingin menuntaskan rasa gundahnya. Stefan, sepupunya juga tak bisa menemaninya kali ini karena banyaknya urusan yang harus diselesaikan. Dia tak mempermasalahkan hal itu. Namun ternyata dirinya bisa juga merasakan sepi. Dia pun mengeluarkan ponselnya dan mencari nama-nama ma temannya dan berhenti pada sebuah nama, yaitu Calvin Miller. Salah satu seorang teman yang belum bisa dikatakan dekat dengannya namun pria itu sudah mau menjalin kerjasama dengan perusahaannya. Tanpa pikir panjan
Setelah mendiskusikan pertemuan mereka dengan Aryan untuk besok pagi, Valentino langsung berangkat dengan menggunakan identitasnya sebagai Calvin Miller. Sesungguhnya dia lebih nyaman menggunakan identitasnya sebagai Aditya Putra dibandingkan dengan Calvin Miller. Karena sebagai Calvin, dia sama saja menunjukkan wajah aslinya dan terkadang dia masih merasa cemas jika ada orang di masa lalunya yang mengenali dirinya. Dan sebenarnya memang hal ini cukup berisiko mengingat dulunya Valentino cukup banyak mengenal orang-orang di sekitar ayahnya termasuk orang-orang yang menjadi anak buah Rosa. Dia takut ada yang mengenali wajah aslinya. Memang perbedaan postur tubuhnya yang dulu dan sekarang sangat jauh berbeda. Dirinya yang dulu bertubuh gemuk dan juga padat serta pipi yang sangat chubby. Sedangkan sekarang dirinya sudah lebih tinggi dan juga ber postur tegap dan proposional. Meskipun jauh berbeda, tapi buktinya Sriani dan Aryan langsung bisa mengenali di