Share

3. Aku Bukan Cakara

“Dia berdiri?” desis Arthur tak percaya dengan apa yang dilihatnya.

Bagaimana tuan mudanya yang selama ini cacat bisa berdiri tiba-tiba?

Caka membanting orang itu ke tanah dengan keras, orang itu sempat meriang kesakitan namun segera berdiri kembali. Memasang kuda-kuda dan menyerang Caka.

Dengan cukup gesit Caka langsung menendangnya hingga terpental dan tersungkur.

Orang itu kembali bangkit lalu menyerang Caka lagi. Caka melawannya dengan gerakan yang tak pernah diduga siapa pun. Dengan sangat mudah Caka menangkis serangan, membalas pukulan bertubi-tubi ke beberapa titik vital dari tubuh lawannya.

Hanya dalam sekejap orang itu tersungkur ke tanah dan tak bergerak.

Setelah menatap lama tubuh pria itu untuk memastikannya sudah tak bernyawa. Caka kembali duduk dengan tenang, ia menoleh pada Arthur yang terpekur di tempatnya.

“Tuan Muda!”

“Urus jasad orang itu, Arthur. Dan jangan sampai ada yang tahu tentang hal ini!” perintahnya.

“Anda bisa berdiri, Tuan Muda?”

“Lakukan perintahku!” tegas Caka dengan dingin.

“Ba-baik, Tuan Muda!” Arthur lekas mengurus jasad orang itu. Memanggil beberapa pengawal untuk menyingkirkan jasad orang itu jauh.

Caka kembali ke posisi semula saat duduk di kursi roda, Arthur tak bertanya lagi sampai mereka kembali ke dalam kamar.

Karena sekarang Arthur sudah tahu ia bisa bangkit dari kursi roda, maka Caka pun tak ingin pura-pura jika mereka hanya berdua saja.

“Bagaimana ini bisa terjadi, Tuan Muda? Saya yang merawat Anda selama ini!”

“Aku tidak berharap kau akan percaya Arthur, tapi aku bukan Cakara!”

Kedua mata Arthur melebar. “Bukan ... Tuan Muda ... maksudnya apa?”

Caka menoleh pengasuhnya. “Mungkin tubuh ini ... adalah milik tuan mudamu, tapi jiwa yang bersemayam di dalamnya adalah milik Jenderal Raymond Harrits. Apakah kau pernah mendengar nama itu?”

“Jenderal ... Raymond Harrits, Jenderal Besar Nollyvia, dari kota Danfell?”

“Kau mengenalnya?”

“Tentu saja, tapi ... bagaimana bisa? Lagipula ... Jenderal Raymond Harrits adalah pengkhianat negara!”

“Pengkhianat negara!” desis Caka dengan getir. “Aku bukan seorang pengkhianat, aku dijebak!”

Bayangan itu masih jelas di ingatannya.

“Menyerahlah Jenderal, agar tidak ada pertumpahan darah di sini!” pinta Cody ketika Raymond menolak untuk dibawa secara baik-baik sebagai tahanan.

Ketika sedang menikmati makan malam bersama keluarganya, Jenderal Raymond Harrits disergap oleh tim pasukan khusus. Ia dituduh melakukan pengkhianatan dengan membocorkan rencana Z yang sedang disusun pemerintah serta otak dibalik penyerangan Presiden yang mengakibatkan 2 putra Presiden tewas mengenaskan.

Raymond bersedia menyerahkan diri asal keluarganya tak dilibatkan. Namun dalam perjalanan dirinya dibawa, beberapa anak buahnya yang setia pun mencoba membebaskannya. Serta memberitahukan bahwa keluarganya di rumah telah dihabisi secara keji.

Raymond memberontak, ia pun membabi buta menyerang tim yang hendak membawanya. Sayangnya penangkapan dirinya dan pembantaian keluarganya memang telah direncanakan. Tim rahasia pun diturunkan untuk menghabisinya. Dan semua anak buah yang setia padanya.

Dalam keadaan kalut, hal itu membuat kekuatannya tak terkendali. Cincin merah saga memberikannya kekuatan yang tak tertandingi. Sayangnya ketika amarah menguasai, cincin itu bisa menjadi tidak stabil. Hal yang membuat Raymond lupa.

Cody, yang ditugaskan untuk memimpin penangkapan Raymond sudah lama mengincar cincin milik teman seangkatannya itu. Ia selama ini mencari tahu apa kelemahan cincin merah saga. Cincin itu menjadi lemah jika terkena air mata duyung. Dan akan kembali kuat setelah dimandikan dengan darah suci dari bayi yang baru lahir. Bayi yang lahir di malam purnama.

Ketika Raymond tengah bertarung, Cody menyiramkan air mata duyung yang telah ia siapkan ke tangan Raymond yang mengenakan cincin itu. Seketika Raymond menjadi lemah, karena cincin itu juga mempengaruhinya. Dan saat itulah Cody memotong tangan Raymond. Memungut cincin merah saga lalu menyimpannya.

Sementara tubuh Raymond terus menjadi sasaran serangan tim pasukan khusus, ketika ia sudah tak berdaya, Cody menembaknya tepat di kepala dan itu lebih dari satu kali. Setelah memastikan Raymond tewas, ia menyuruh anak buahnya membuang jasadnya ke laut

“Jadi seperti itukah kebenarannya, Tuan?” tukas Arthur yang mulai mengerti kenapa ketika bangun tuan mudanya tak ingat apa pun. Rupanya bukan karena efek dari koma. Akan tetapi jiwa orang lain yang kini berada di dalam tubuh tuan mudanya.

Sementara tuan mudanya sudah benar-benar meninggal jika begitu. Tapi bagaimana pun Arthur tetap senang karena yang ada di hadapannya tetaplah tubuh dan wajah sang tuan muda yang sudah ia sayangi seperti putranya sendiri.

“Siapa pun Anda, Tuan. Bagi saya Anda tetap Tuan Muda Caka, Anda jangan khawatir. Saya akan merahasiakan ini sesuai perintah Anda! Lagipula ... saya yakin ... Anda pasti akan membantu saya untuk menyelidiki siapa sebenarnya yang sudah mencelakai tuan muda 11 tahun yang lalu.”

“Tentu saja, aku akan membantu membalaskan dendam tuan mudamu. Tapi kau juga harus membantuku untuk mengungkap siapa saja yang terlibat dalam konspirasi terhadap diriku!”

“Tentu, Tuan Muda.”

“Aku membutuhkan cincinku kembali, Arthur.”

“Cincin Merah Saga?”

“Cody yang mengambilnya dariku. Tapi aku yakin dia tak akan bisa mengendalikannya.”

“Saat ini Jenderal Cody masih mengurusi kota Danfell, Tuan Muda. Penyergapan terhadap Jenderal Raymond menyisakan sedikit kerusuhan yang harus ditangani!”

“Bisakah kau cari tahu apakah jasad keluargaku diperlakukan layak?”

“Baik, Tuan Muda!”

Arthur pun meninggalkan kamar Caka, ia menutup rapat pintu itu dari luar. Ia tak akan membocorkan rahasia ini kepada tuan besarnya Gradi. Ia tahu betapa sangat bahagianya tuannya itu ketika tahu cucu kesayangannya hidup kembali setelah dinyatakan meninggal.

Ia tak ingin mematahkan hati sang tuan dengan mengatakan bahwa yang hidup kembali bukanlah cucunya, tapi orang lain.

Lagipula, ia juga percaya bahwa Jenderal Raymond Harrits tidak mungkin menjadi pengkhianat negara. Ia percaya jika pria itu hanya dijebak.

**

Danfell, Nollyvia ....

 

Di sebuah ruangan Jenderal Cody Morwyn sedang mencoba mengendalikan dirinya sendiri. Aura merah di sekitarnya begitu kuat, tangan kanannya tak bisa ia kendalikan. Tangan itu seperti ingin menyerang dirinya sendiri.

Tangan kirinya menahan tangan kanan itu untuk tetap tenang. Nyatanya ia tak mampu! Tubuhnya terpelanting ke lantai. Ia tak menyangka cincin itu begitu kuat dan ia tak bisa mengendalikannya.

Tangan itu bergerak, membawa tubuhnya kembali berdiri. Menghempas ke kanan dan menciptakan ledakan pada meja. Menghempas lagi, menciptakan ledakan pada dinding. Membuat dinding itu berlubang cukup besar.

Dan sekarang tangan kanannya itu hendak mencengkeram lehernya sendiri. Ia tentu saja tak ingin mati, ia pun ingat jika masih menyimpan air mata tujuh duyung di botol itu. Ia memungut benda itu di saku celananya. Membuka tutupnya dengan gigi lalu menyiramkan pada telapak tangannya yang di salah satu jari tersemat sebuah cincin cantik bermata batu mulia berwarna merah saga.

Tangannya perlahan melemah, aura merah di sekitarnya juga memudar. Cody lekas melepaskan cincin itu dari jemarinya dan menaruh di dalam kotak. Ia pun bernafas dengan lega.

“Aku harus mencari cara untuk mengendalikan cincin ini! Karena dengan cincin ini ... Aku bisa menjadi penguasa dunia!”

“Hah!”

Sebuah suara tertahan di pintu yang tertutup tak terlalu rapat, Cody menolehnya seketika.

“Siapa itu?”

Cody berjalan cepat ke pintu. Membukanya namun tak menemukan siapa pun. Ia melangkah keluar untuk mencari di sekitar dan tak menemukan siapa pun. Akhirnya ia kembali ke dalam ruangan latihan.

Sementara di bawah meja, bersembunyi seorang gadis remaja yang tengah ketakutan. Ia menutup mulut dengan telapak tangannya. Ia berharap kakaknya tidak tahu jika ia baru saja mengintip.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status