"Jika kita bergerak mereka akan semakin mudah melihat kita. Mana tahu mereka juga mengirim tim sniper!" "Kita baru saja lolos dari serangan seekor harimau liar, menghindari serangan orang-orang ini ... apa sulitnya!" tukas Mac membenahi ransel di punggungnya. Caka melirik, "Kau benar, tak ada yang bisa melukai kita. Jika mereka pikir mereka bisa menaklukkan kita dengan mudah, itu sebuah kesalahan besar. Karena kita yang akan menaklukkan mereka!" "Kau siap bergerak, Tuan?" "Tentu saja!" Keduanya saling mengangguk dan mulai melangkah dengan hati-hati. Berpindah dari satu pohon ke pohon yang lain secara bersamaan. Hanya jika mereka selalu dekat dengan pohon bisa menghindari peluru yang datang. Apalagi saat ini mereka sudah berada di area yang mudah terlihat dari atas. Caka tahu mereka tak mungkin bisa terus menghindar, ia harus mencari cara agar bisa mengalahkan helikopter itu. Bukankah Mac bisa menggunakan kekuatannya! Akhirnya Caka menghentikan langkah, tetap menemp
Caka menghentikan langkah dengan tinju masih di udara, moncong senjata Laras panjang dengan kaliber 22 itu mengarah padanya. Tentu saja ia tak ingin mati sekarang, dan tidak akan! "Kau terlalu percaya diri, apakah ada perintah menembak mati kami di tempat? Aku berani jamin, pemerintah kalian akan menyesal jika sampai aku mati hari ini!" ujar Caka dengan tenang. Ia sudah menurunkan tangannya dan kini meletakan kedua tangan di belakang punggung. "Memangnya siapa kau sampai kami harus menyesal?" "Arkh!" suara teriakan yang tertahan membuat kami menoleh. Rupanya Mac baru saja mematahkan leher pria berseragam tentara yang menjadi lawannya. Ketika lawan Caka terkejut melihat hal itu, Caka memanfaatkan kesempatan untuk menerjang ke arahnya. Merebut senjata Laras panjang itu setelah memberii pukulan telak beberapa kali di wajah dan dada. Kini ia juga memukulkan pantat senjata itu ke wajah lawannya hingga tersungkur. Caka pun menodongkan senjata ke arah pria itu yang kini sedikit
"Apa? Seratus juta?" beo gadis itu melongo. "Kurang? Kalau begitu sesuaikan saja harganya, berapa biasanya untuk menyewa satu hati penuh? Tapi ... usir semua pelanggan karena kami tidak mau diganggu!" tegas Mac. Ia bukannya sombong, hanya saja ia malas berdebat terlalu lama dengan seseorang. Jika yang berdiri di depannya itu lelaki, ia sudah menghajarnya habis-habisan. Sayang itu perempuan, jadi ia harus mengunakan uang untuk membungkamnya. Dengan tangan gemetar, gadis itu menerima kartu bank milik Mac. "Tuan, sebenarnya tidak perlu seperti ini. Di sini ... juga banyak tamu VIP yang sedang menikmati makan siang!" "Kalau begitu siapkan saja ruang VVIP untuk kami!" pinta Caka menengahi. Mac langsung menolehnya, "Tuan. Kita bisa membooking restoran ini!" "Tak ada banyak waktu untuk hal-hal semacam ini, Mac. Setelah makan kita harus pergi, untuk apa membooking satu restoran. Nanti saja, kita booking satu lantai full hotel terbaik di sini!" imbuh Caka membuat gadis pramu
"Mac!" tegur Caka membuat Mac kembali bungkam. Untuk saat ini identitas Caka tak boleh sembarangan dingkap, meski negara ini jarang berhubungan dengan Nollyvia, tapi tak menutup kemungkinan mereka pasti mengetahui tentang keluarga Madaharsa. Tak ada yang tahu niat pemerintahan suatu negara, apalagi Caka adalah calon;on perdana menteri Nollyvia, jika mereka tahu tentang identitas Caka, dan mengethaui Caka ada di negara mereka, mereka bisa saja memanfaat keberadaan Caka untuk tujuan yang menguntungkn Yoslavya, dan mungkin saja bisa merugikan Nollyvia. Caka menatap gadis itu, "Intinya, Nona. Apa kalian akan menjual mobil pada kami atau tidak, jika tidak ... kami bisa mencari showroom lain." "Ada apa ini?" tanya seorang pria berjas yang sepertinya adalah manager showroom itu. Si gadis pramuniaga menoleh, "Bos, ini ... mereka ingin membeli mobil, tapi ... penampilannya meragukan!" Pria itu menagmati keduanya dari atas hingga bawah, mereka memang mengenakan pakaian kasual dan c
Mac mulai khawatir, kenapa tuannya justru memperlambat laju mobil? Apakah berniat mengalah pada dua cecunguk itu? "Tuan!" Dua mobil yang menghimpitnya itu kini memang menjadi sedikit di depannya, sekarang Caka menginjak pedal gas untuk menambah kecepatan, seketika a melwati dua mobil itu dengan kecepatan tinggi. Mac cukup terkajut aan hal itu, rupanya sang tuan hanya ingin mencari ecelah untuk bia mendahului lawannya, bukan mau mengalah. Mac menoleh Caka sambil menggeleng pelan. Sementara Arjun dan Nardo merasa sangat kesal karena lawannya berhasil mnegecoh mereka untuk bisa melaju lebih cepat. Selama ini di kota itu mereka adalah raja jalanan, semua pecinta mobil balap harus menghomatinya. Tapi hari ini ada pengendara yang berani menantang mereka! Tentu saja mereka tak akan biarkan orang bodoh itu lolos! Keduanya langsung menambah kecepatan untuk mengejar mobil Caka. Kejar-kejaran kini tak terelakkan di jalanan yang cukup ramai itu. Karena body Buggati yang cukup rampin
"Lakukan sesuai prosedur!" perintah Arjun. Nardo mengangguk lalu menoleh Caka, kemudian menghampirinya. "Bagaimana pun kalian sudah menantang Arjun. Jadi hanya ada satu penyelesaian!" "Sebutkan!" pinta Caka. "Nyalimu besar juga rupanya!" cibir Nardo. "Tak usah banyak mulut di depan tuan mudaku. Katakan saja apa penyelesaiannya?" sahut Mac yang tak sabar. "Selesaikan di arena balap! Jika kau bisa bertahan selama 5 putaran maka Arjun akan melepaskan kalian. Tapi jika tidak ... kalian harus mengikuti semua perintah Arjun!" Mac mengepalkan tinju. Mac tahu tadi pemuda bernama Arjun itu tidak mengeluarkan semua kemampuan mengemudinya karena jalanan yang sedikit ramai. Tapi jika berada di arena balap, tak ada yang tahu seperti apa kemampuannya kan? Apalagi pemuda itu menyandang titel Raja Jalanan."Oke, aku setuju!"Mac menolehnya seketika. "Tuan!""Jangan khawatir, Mac. Ini hanya masalah kecil!" Nardo menarik salah satu ujung bibirnya. "Kau hanya boleh sombong jika sudah bisa l
Caka memejamkan mata, dan wajah Zava muncul dalam benaknya. Ia langsung membuka matanya kembali. Menggeleng untuk bisa melenyapkan bayangan itu. Setelahnya ia pun keluar dari mobil. Mac yang duduk di depan kap mobil langsung menegakkan tubuh. Arjun dan Nardo menghampiri. "Ini adalah tempat kami, karena kau sudah mencari masalah dengan Tuan Muda Arjun maka kau harus menerima konsekuensinya!" ujar Nardo. "Bukankah kalian mengajak kami ke sini untuk menjalankan prosedurnya. Katakan saja, tak perlu bertele-tele. Waktu tuanku sangat berharga!" sahut Mac acuh tak acuh. "Mac!" tegur Caka membuat Mac bungkam. Tapi memasang wajah masam. "Nardo, katakan saja prosedurnya. Jangan banyak mulut!" Arjun juga harus menegur Nardo. "Oke!" ia menatap Caka dengan tatapan meremehkan. "Prosedurnya kau harus bisa mengalahkan Arjun di lintasan. Kalian akan melakukannya dalam 5 putaran. Jika kau bisa mengalahkan Arjun mungkin kami akan melepaskanmu. Tapi jika kau kalah ... kau harus mengab
Arjun menoleh Caka yang tatapan meremehkan. Dalam tatapannya seolah berkata, "Bersiaplah, aku akan membuatmu menjadi pecundang!"sementara cakap masih terlihat sangat tenang, yang membalas tatapan Arjun dengan senyum penuh arti. Keduanya sudah memanaskan mesin mobil dan siap, salah satu teman Arjun memberi aba-aba dan keduanya pun melesat. Mobil Arjun berada di depan, ketika Caka hendak mendahului, Arjun mencoba menghalangi. Begitu seterusnya hingga satu putaran. "Orang asing itu tidak akan menang melawan Arjun, dan sebentar lagi ... kita akan mendapatkan mangsa empuk!" ujar Nardo dengan senyum sinis. Semua gadis menyemangati Arjun, tentu saja. Mereka juga tidak mengenal pemuda bernama Cakara itu!Hanya ada Mac yang mendukung Caka. Di putaran kedua, Caka sempat mendahului Arjun untuk beberapa menit. Di saat itu, kedua mata Caka mendelik saat tiba-tiba saja di depannya muncul pembatas besok dari bawah. Itu adalah pembatas yang bisa digunakan untuk menghentikan sebuah laju mobil d