Semenjak di taman malam itu hubungan mereka berdua semakin dekat. Rasa canggung yang intan rasakan berlahan mulai terkikis meskipun tak hilang sepenuhnya.
Sudah satu Minggu mereka Tinggal berdua dirumah ini, berlahan Gadis itu mulai mengerti apa saja yang disukai dan tidak disukai, ia semakin belajar menjadi istri yang baik untuk suaminya. Begitu pula dengan Zaki, pria itu semakin menunjukkan rasa cintanya pada sang istri. Sikap yang dulu dingin sekarang sudah tak ada lagi, hanya ada senyum manis setiap memandang wajah cantik Istrinya.
“Dek?”
“Iya Mas. Ada apa?” Intan yang sedang membersihkan wajahnya didepan cermin menoleh pada suaminya yang sedang duduk di tempat tidur.
Zaki menepuk di sebelahnya, seolah mengerti Intan mendekati sang suami dan duduk disisi pria itu. Dengan berlahan Zaki memeluk tubuh ramping sang istri. Intan yang merasa aneh dengan suaminya hanya mampu diam saja.
“Kamu mau apa, mas?&rdqu
Sekarang mereka benar-benar menikmati waktu berdua, satu hari ini Zaki benar-benar mengurung istrinya di kamar. Sejak pagi tadi ia tidak memberikan wanita itu keluar dari kamar, pria itu tak mau melepaskan pelukannya sedikit pun ditubuh istrinya. Meskipun Intan terus merengek meminta dilepaskan karena merasa risih dan lelah, tapi Zaki tetap tak peduli.Karena sudah bosan mengomel, wanita itu hanya bisa menurut saja, toh sekarang tak ada salahnya mereka melakukannya. Lagi pula pelukan suaminya begitu hangat dan terasa sangat nyaman, sepertinya ini akan menjadi tempat ternyaman dirinya setelah ini.“Mas ... Lepas! Ini udah sore loh,” ucap Intan sedikit menggeliat, tubuhnya sudah terasa kaku karena tak bisa digerakkan, lilitan tangan suaminya terlalu erat.“Biarkan saja, dek. Kita tidur lagi,” balas Zaki santai. Pria itu menyembuhkan wajah di cerucuk leher sang istri, membuat wanita itu merasa geli.“Tidur apaan? Ini udah
“Mas, kita mau kemana?” Intan bertanya dengan bingung saat melihat mobil suaminya memasuki kawasan apartemen elit.“Nanti kamu akan tahu, dek.”Intan mendengus kesal, ini sudah bertanya untuk yang ke sekian kalinya, tapi pria ini selalu menjawab hal yang sama.“Gak usah marah juga dek, nanti mas beri tahu, ya.” Zaki menggenggam tangan istrinya agar wanita itu tak kesal lagi.“Tapi mas main rahasia-rahasiaan. Tadi katanya mau nemenin aku belanja keperluan rumah, tapi kok kita malah kesini?” Zaki hanya membalas senyum. Tak ingin mengatakannya karena ia pikir hanya sebentar untuk mampir kesini.Mobil mereka berhenti tepat di depan apartemen. Zaki segera turun untuk menemui seseorang yang sudah menunggu.“Sudah sampai?”“Mm, ayo turun. Atau kamu didalam mobil aja, mas cuman sebentar kok,” Intan menggeleng, ia ingin ikut dan melihat siapa yang ingin d
Siang ini Intan berniat untuk mampir ke rumah orang tuanya, ia merindukan sang ibu dan juga sang kakak tercinta. Selagi Zaki masih di kantor ia merasa bosan sendirian di rumah, jadi lebih baik ia mengunjungi bundanya sekarang.Setelah mendapatkan izin dari sang suami, Intan langsung masuk kedalam taksi yang sudah ia pesan dari tadi. Wanita itu terlihat sudah tak sabar mengunjungi sang bunda.Setelah sampai di gubuk sederhana yang keluarganya punya, wanita itu langsung tersenyum senang melihat bunda dan Abangnya sedang duduk di kursi depan rumah. Setelah membayar ongkos taksi, ia berlari dan langsung memeluk tubuh yang sangat ia rindukan itu.“Ya Allah, Intan. Kamu kok gak bilang-bilang mau datang?” Wanita paruh baya itu sangat senang melihat anaknya pulang, tak terasa air matanya menetes karena sudah sangat merindukan sang putri semata wayangnya ini.“Intan kangen bunda,” rengeknya. Ia mulai melepaskan pelukan mereka, intan m
Tak mampu lagi berkata-kata, Intan hanya bisa meneteskan air matanya. Ia mendengar pengakuan cinta dari suaminya. Meskipun tidak terucap secara langsung tapi ia bisa merasakannya. “Terima kasih mas... Udah memilih aku untuk jadi istrimu,” Zaki menggelengkan, “gak ada kata terima kasih, sayang. Karena sekarang memanja dan menjagamu adalah tugasku. Jadi berhentilah berkata seperti itu, seolah kita ini hannyalah orang asing,” Intan mengangguk mengerti. Setelah ia pasti akan jatuh cinta lagi dan lagi pada pria ini, melihat sikapnya yang begitu lembut dan hangat sebagai suami. Tapi ini bukankah sangat bagik, toh pria ini memang sudah menjadi miliknya. Ternyata saling mengenal setelah menikah memanglah sangat bagus, buktinya semakin hari hubungan mereka semakin dekat, cintanya pun semakin besar untuk pasangan. Intan menyeruak measuk kepelukan Zaki, rasanya hangat dan nyaman, meskipun ada bau keringat pada tahun prianya ini, tetap saja Intan suka. “Apa kita akan terus disini saling b
Wajah itu sangat tampan, karismanya tak sanggup ia tolak, setiap hari ia semakin tersihir dengan pesona suaminya sendiri. Begitu saja, dirinya sudah jatuh cinta pada sang suami. Kali ini ia tak punya alasan untuk tak bahagia, meskipun Awalnya menikah tak ada perasaan dan cinta, tapi sekarang Intan sudah menyimpan perasaan ini pada hatinya untuk sang suami.Rasa yang dulu masih tertinggal pada Ferdi, berlahan-lahan mulai terkikis habis. Sekarang ia hanya mencintai satu orang, dan orang itu suaminya sendiri. Memang perasaan ini datang begitu cepat? Tapi ia bisa apa, pacaran yang halal ditawarkan oleh Zaki dahulu benar-benar bisa meluluhkannya, membuat ia begitu berharap dan bergantung pada pria itu.Bibir yang sedikit terbelah yang berwarna merah, dengan bulu-bulu halus di sekitar dagunya benar-benar menambah ketampanan Zaki di mata Intan. Dia memang tak memiliki otot yang besar, tubuh yang kekar. Tapi dia hanya pria bertubuh biasa yang mampu membuat dirinya terpesona. Tak terlalu kurus
Najwa melangkah dengan anggun memasuki ruangan Zaki, sepanjang jalan senyum manisnya tak lepas sedikit pun, sepertinya ia sedang bahagia.“Permisi ... Apa Kak Zaki ada?” Tanya Najwa pada sang sekretaris Zaki.Seng sekretaris yang sudah sangat mengenal siapa gadis yang ada didepannya ini, ia tersenyum ramah. “Ada, nona. Tuan Zaki baru saja kembali dari meeting.” Ujar sang sekretaris.“Terima kasih, mbak.” Setelah itu Najwa langsung melangkah dengan bahagia masuk kedalam ruangan itu.Tanpa mengetuk pintu Najwa langsung menyelonong masuk. Zaki yang sudah hafal perilaku gadis itu hanya berdecak pelan.“Kemana sopan santun mu, Najwa. Berapa kali aku ingatkan, sebelum masuk ketuk pintu dulu!” Gadis itu menyengir malu, ia melangkah ke kursi didepan meja pria itu.“Kan aku sudah bisa seperti itu, kenapa di permasalahkan sih?” gerutu gadis itu tak suka.“Rubah kebiasaan buruk mu itu, bagaimana pun ini kantor.”“Baiklah kakak sepupuku yang cerewet, lain kali akan aku ingat.” Zaki hanya mampu
Hari demi hari kedekatan Najwa dan Zaki semakin terlihat, meskipun orang-orang tak akan bisa melihatnya dengan jelas, tapi sebagai seorang istri Intan dapat merasakan perbedaan itu.Zaki yang awal pernikahannya begitu romantis dan memanjakan dirinya, tapi sekarang berubah begitu jauh. Pria itu lebih sering menghabiskan waktu bersama sang sepupu. Meskipun itu atas paksaan Najwa dan juga persetujuannya, tetap saja perasaan cemburu tak bisa ia hindari.Seperti sekarang ini, suaminya kembali pulang telat seperti sebelumnya. Sudah bisa ia tebak, pasti alasan yang sama.“Mas, kamu dari mana?” Intan bertanya penuh selidik.“Tadi mas nemenin Najwa pergi ke mal. Dia merengek minta di temani.” Intan tersenyum sinis mendengar pengakuan suaminya.“Seharian bepergian berdua, memangnya dia tidak punya teman?” kali ini wanita itu tak bisa lagi menyembunyikan rasa tak sukanya.“Loh, memangnya kenapa? Wajar lah dek, seorang kakak nemenin adiknya jalan-jalan.” Jika kemarin-kemarin ia masih bisa berpik
Sudah dua hari semenjak Najwa tinggal di ramah mereka. Gadis itu cukup tahu diri untuk tak membuat Istri sang pemilik rumah kesal. Intan pun mulai berusaha berdamai dengan hatinya, ia mulai bisa menerima keberadaan gadis itu. Sejauh ini gadis itu belum berbuat macam-macam, jadi Intan tak keberatan dengan keberadaannya.Pagi ini seperti biasa Zaki akan pergi ke kantor. Pria itu sudah siap dengan pakaian rapi dan tas kerjanya yang disiapkan sang istri tercinta. Intan tersenyum manis melihat pria itu mendekat padanya yang sedang sibuk membuat sarapan pagi. Semenjak ia berhenti kerja, ia benar-benar menjadi istri yang baik untuk mengurus rumah dan suami.“Wah, kamu terlihat tampan sekali, mas.” Goda Intan membaut Zaki terkekeh kecil. Pria itu langsung memeluk Istrinya dari belakang.“Tampan karena istrinya rajin merawat suami, tapamu apalah artinya aku.” Intan terkekeh geli dengan gombal suaminya. Tapi meskipun begitu ia cukup bahagia mendapatkan kata romantis pagi-pagi dari suaminya se