***"Makannya yang benar ih, masa belepotan gitu."Beristirahat setelah mengajak si kembar bermain di hamparan bola, Aludra dan Arka duduk di pinggir sambil menyantap burger, sementara Danial dan Azura masih bersemangat merangkak ke sana kemari."Belepotan apanya?" tanya Aludra dingin. Padahal, kini di sudut bibirnya terdapat mayonaise yang tak sengaja keluar dari dalam burger yang dia gigit."Belepotan ini." Tak memakai tisu, Arka mengelap langsung noda di sudut bibir Aludra menggunakan punggung tangannya lalu menunjukkan mayonaise yang berpindah—menempel di tangannya. "Nih, belepotan.""Oh itu," kata Aludra—refleks mengelap sudut bibirnya yang sudah bersih. "Maaf, aku lapar soalnya."Arka berdecak lalu kembali memperhatikan dua keponakannya yang masih anteung sambil melanjutkan kegiatannya menyantap burger hingga tak lama dia merasakan sesuatu yang aneh."Lu," panggil Arka pada Aludra yang sedang meneguk air putih dari dalam botol setelah burgernya habis."Kenapa?""Aku mau ke kamar
***"Lu aku enggak sengaja."Menunda tujuan awalnya ke pos keamanan, Arka mengejar Aludra lebih dulu lalu meraih bahu gadis itu ketika jarak mereka sudah dekat.Aludra yang berjalan sambil terisak langsung berhenti ketika telapak tangan Arka mendarat di bahu kanannya. Membalikkan badan, dia menunduk—tak berani menatap Arka."Aku enggak sengaja, maaf," ucap Arka. "Aku panik.""Aku juga enggak sengaja," lirih Aludra—masih terisak. "Aku enggak tau kalau Danial bakalan hilang, aku enggak bermak-""Ya udah kita ke pos keamanan," ajak Arka.Setelah itu dia meraih tangan Aludra—berniat untuk menuntunnya menuju pos keamanan. Namun, uluran tangan Arka tak disambut karena yang dilakukan Aludra sekarang justru melangkah lebih dulu sambil mengelap jejak-jejak air mata yang membasahi pipinya.Tak langsung melangkah, Arka menghela napas pelan sambil memandangi punggung Aludra sebelum akhirnya dia menyusul.Tiba di pos keamanan, Arka langsung meminta tolong satpam yang berjaga untuk mengumumkan tent
***Tak selamanya rumah tangga itu indah, tak selamanya rumah tangga itu manis, tak selamanya rumah tangga itu tentram.Entah konflik kecil maupun besar terkadang selalu datang menjadi penghias dalam rumah tangga—layaknya bumbu yang selalu menjadi penyedap dalam setiap masakan.Mengatasinya pun tak selalu sama. Ada yang bisa mengatasi konflik tersebut dengan baik, ada juga yang tak mampu—sehingga membuat konflik kecil yang terjadi justru semakin membesar.Aludra bukan tipe perempuan pendendam, tapi dia adalah orang yang terkadang selalu mengingat sebuah momen. Meskipun, pada kenyataannya punya memori yang buruk, untuk beberapa momen—baik itu senang ataupun sedih, otak Aludra terkadang menyimpannya dalam jangka waktu yang panjang, seperti sekarang yang sedang terjadi.Danial sudah ditemukan dan tentunya aman kembali bersama Arka dan Aludra. Namun, rasa kesal di hati Aludra tak hilang. Dia yang tak pernah dibentak kedua orang tuanya tentu masih merasa kesal ketika tadi Arka membentakny
***"Mama. Kenapa di saat kaya gini harus ada mama?"Arka memilih untuk tak mengejar Aludra ketika gadis itu pergi. Khawatir pada kedua keponakanya, dia memilih untuk pulang mengantar Danial dan Azura dulu sebelum mencari Aludra nanti yang sekarang entah ke mana, karena memang tadi ketika Aludra masih di pinggir jalan, Arka pergi begitu saja.Ini Bandung dan Aludra sudah dewasa, jadi Arka tak terlalu dilanda kekhawatiran yang berlebihan dia akan hilang. Setelah memastikan kedua keponakannya aman, Arka nanti bisa mengirim pesan atau menelepon Aludra untuk menanyakan keberadaan perempuan itu di mana.Mungkin saat ini Aludra masih kesal karena kejadian tadi di mall, tapi nanti Arka yakin Aludra akan melunak. Aludra pasti tidak akan terlalu lama marah padanya. Kalaupun masih marah, Arka bisa memutari Bandung untuk mencari istrinya itu.Namun, sekarang yang jadi masalah adalah kehadiran Amanda yang sepertinya datang juga bersama Dirga. Meskipun keberadaan Amanda di rumah Aksa, tetap saja na
***"Minum dulu Mbak Lula."Aludra yang baru saja menolak panggilan dari Arka langsung mendongak ketika seorang perempuan datang dari dapur sambil membawa secangkir minuman."Ya ampun makasih Mbak, ngerepotin banget," ucap Aludra tak enak.Perempuan tersebut mengukir senyum lalu menyimpan teh di meja dan dirinya duduk di depan Aludra. "Enggak apa-apa, Mbak," ucapnya. Kan tamu emang harus dijamu.""Tamu enggak diundang ya?" tanya Aludra sambil terkekeh dan perempuan di depannya ikut tertawa pelan.Rania. Dari sekian banyak orang, Aludra kembali bertemu dengan Rania di pinggir jalan tepat setelah Arka pergi.Kebetulan? Tentu saja tidak, karena dari mall, Rania sudah mengikuti mobil Arka—berharap punya momen yang bisa membuatnya semakin membuat Aludra ingin menjadikan dia sebagai pekerja dan ternyata nasib baik memihak Rania.Dia melihat Aludra turun dari mobil Arka dengan raut wajah yang marah. Tak mau menyia-nyiakan kesempatan, Rania langsung menghampiri Aludra dan tentu saja dia tak m
***Aludra sudah baik-baik saja.Setelah kemarin Arka akhirnya mengizinkan Rania bekerja menjadi asisten rumah tangga, Aludra kembali bersikap baik seperti biasanya, bahkan dia berusaha melupakan kejadian di mall.Aludra tidak sadar jika apa yang dia lakukan nyatanya seperti memasukkan racun ke dalam makanan sendiri, karena kehadiran Rania nanti tentu saja akan mengancam rumah tangganya dengan Arka.Entah terlalu baik atau bahkan bodoh, dengan mudahnya Aludra percaya jika Rania orang yang baik, hanya karena perempuan itu beberapa kali menolongnya.Benar kata pepatah, terlalu baik dan bodoh itu bersinggungan dan mungkin itulah yang terjadi pada Aludra sekarang. Mempunyai sifat yang baik, membuatnya begitu mudah dimanfaatkan orang lain, bahkan kakaknya sendiri."Mana dia? Katanya mau datang pagi, jam segini belum datang," tanya Arka ketika pagi ini—seperti biasa, Aludra memasangkan dasi untuknya. "Hari pertama masuk udah terlambat, gimana nanti? Jangan-jangan cuman nyusahin aja.""Kamu
***"Makan yang banyak Lu, mama sengaja lho masak sayuran yang hijau-hijau."Aludra hanya mengangguk pelan saat ucapan itu dilontarkan Amanda ketika kini mereka sedang makan malam di meja yang sama.Setiap dua minggu sekali—seperti biasa, setiap weekend Amanda memang selalu mengunjungi anak-anaknya, bahkan sengaja menginap, dan kebetulan untuk malam ini dia ingin menginap di rumah Arka agar bisa beristirahat dengan tenang, karena kondisi kesehatannya sedang kurang baik.Di rumah Aksa tak bisa tenang karena anak-anak yang sedang aktif."Udah kaya ngasih makan kambing, sayuran hijau semua," celetuk Arka yang membuat Aludra juga Amanda terkekeh.Hanya bertiga, sabtu sore ini Amanda datang sendiri tanpa sang suami yang kebetulan harus menghadiri acara penting bersama klien."Ini bukan sayuran hijau sembarangan Ar, ada khasiatnya," kata Amanda."Khasiatnya apa, Ma?" tanya Aludra penasaran, karena dari beberapa jenis makanan yang dibawa sang mertua, terdapat beberapa jenis sayuran hijau mul
***"Lu, sesek.""Biarin, aku lagi pengen tidur sambil meluk kamu. Kenapa, enggak mau?""Mau sih.""Ya udah diem."Aludra kembali mengeratkan kedua tangannya untuk memeluk Arka yang tidur terlentang. Tak hanya menggunakan tangan, dia juga menggunakan kedua kakinya untuk mendekap tubuh pria itu agar tak bergeser sedikit pun, karena malam ini cuaca malam di kota Bandung memang terasa lebih dingin dari biasanya.Dan guling yang paling bisa membuat Aludra hangat adalah Arka—si guling hidup yang kini pasrah tak bisa bergerak ketika perlahan Aludra mulai tidur."Alula, ngambeknya kaya nenek lampir, manjanya kaya anak bayi," gumam Arka sambil menatap langit-langit kamar."Aku dengar Mas," gumam Aludra di ambang kesadarannya."Bagus kalau dengar, orang aku ngomongin fakta," jawab Arka."Ya udah terserah, aku ngantuk."Setelah itu, tak terdengar lagi suara Aludra karena memang dia benar-benar pergi tidur, sementara Arka justru terlihat masih segar. Rasa kantuk belum datang menghampirinya.Dan