Saat aku keluar dari ruangan B. Naral masih mengikuti aku. Dia benar-benar tidak melepaskan aku. Dia seperti lem instan yang menempel kuat. Bahkan tadi dia duduk di sebelahku.
Sepanjang jam mata kuliah. Naral terus menatapku secara intens. Benar-benar membuatku tidak nyaman. Namun aku mencoba untuk mengabaikannya.
"Jangan ngikutin gue terus," kataku kesal. Naral hanya tersenyum dan terus mengikuti aku dari belakang.
"Gue gak ikutin lo kok," kata Naral, tapi ucapannya tidak sesuai dengan perilakunya. Dia tetap mengekori layaknya anak ayam.
"Naral," kataku kesal di hanya tersenyum saja.
Akhirnya aku membiarkan Naral mengikuti aku. Aku memilih untuk ke kantin kampus. Di kantin kampus aku memesan mie ayam
Selama jam mata kuliah aku benar-benar deg-degan. Takut ketahuan jika Serafin adalah murid gelap. Untung saja tidak ada yang sadar jika dia bukanlah mahasiswa disini.Kesadaran mereka malah tersedot pada ketampanan Serafin. Banyak dari mereka yang bertanya-tanya. Kenapa baru melihat mahasiswa setampan ini sekarang.Bahkan ada yang menghampiri kami. Dia mengamati Serafin dengan seksama. Lalu kemudian mengambil kursi di depan kami dan menyeretnya ke depan meja kami berdua."Kok baru lihat kamu di kelas ini?" tanyanya dengan penasaran. "Pasti sering titip absen ya," katanya lagi ramah."Iya kak. Sering titip absen," kata Serafin polos. Dia benar-benar seperti maba (mahasiswa baru) yang sedang didekati oleh senior. Sopan dan terlihat berakhlak mulia.
Walaupun peneror itu tidak tertangkap, tapi Serafin berhasil membuat kehebohan di kampusku. Dia kembali dengan wajah senang dan tersenyum padaku.Serafin kemudian merebahkan kepalanya di bahuku. Orang-orang yang ikut mengejar sekarang sudah bubar.Wajah Serafin yang memerah dan nafasnya yang sedikit ngos-ngosan. Membuatku merasa kasihan. Aku menyeka keringat yang ada di pelipisnya."Capek juga lari ngejar orang yang gak kita suka. Kalau ngejar Lunar, ke ujung dunia pun, gue kejar," katanya pelan dengan kepala masih di sandarkan di bahuku."Gue gak bakal lari sejauh itu juga Serafin," kataku mengelus rambut lebat Serafin.Serafin mendongakkan kepalanya dan mata kami bertemu. Dia tersenyum dan meng
Pagi ini aku sudah terbangun karena ulah tetangga sebelah. Dia masih melanjutkan aksi menjadi alarm hidup untukku.Kali ini juga tidak kalah luar biasa. Dia membangunkan aku. Dengan menerbangkan drone yang ditempel mp3.Lagu indah mengalun dengan merdu. Sementara sang pemilik drone duduk di kursi balkon nya. Melambaikan tangan dengan senang saat melihat aku keluar menuju balkon."Selamat pagi calon ibu anak-anakku," katanya dengan senyum manis tiada duanya.Di meja milik Serafin, tersaji teko yang aku yakin berisi teh. Cangkirnya juga diisi penuh teh. Serafin minum dengan anggun. Dia mengangkat tehnya ke arahku."Lunar bagaimana tidurmu? Nyenyak?""Ny
Hari ini aku dan Serafin berniat mengunjungi kuburan papa. Aku ingin memperkenalkan laki-laki yang akan menjadi calon imamku di massa depan.Walaupun jalan untuk itu masih sangat panjang. Aku ingin Serafin menemui papaku. Sayang sekali, Serafin hanya bisa mengunjungi papaku saat papa sudah tiada.Seandainya papa masih hidup. Aku benar-benar ingin tahu bagaimana reaksinya. Anak perempuan satu-satunya, membawa seorang laki-laki yang istimewa.Semua itu kini hanya angan-angan yang tidak bisa diwujudkan lagi. Papa sudah terlebih dahulu berpulang. Serafin tidak bisa lagi berjabat tangan dengan papa."Lunar udah siap," kata Serafin saat aku sudah berada di ruang keluarga rumahku.Seperti biasa dia sedang men
Melihat tante Wenda dengan wajah sembab saat meninggalkan makam papa. Membuat otakku berpikir sangat keras.Aku yakin hubungan mereka tidak ada yang istimewa. Namun saat aku melihat kejadian ini. Pemikiranku runtuh seketika.Tante Wenda tidak mungkin menangis hingga wajahnya sembab. Kalau hanya memiliki hubungan yang biasa dengan papa. Dia tidak perlu repot-repot terus menaruh bunga di makan papa tiap hari."Gua benar-benar gak tau kalau tante Wenda sering banget ke makam papa. Tante Wenda pasti sayang sekali pada papaku," kataku dengan nada sinis yang bahkan tidak bisa ku sembunyikan.Serafin mengelus rambutku dan tersenyum padaku. Matanya seperti ingin mengatakan sesuatu, tapi bibitnya tertutup sangat rapat."Gak usah dipikirkan terlalu jauh. Aku yakin jika papamu dan tante Wenda tidak ada hubungan apapun selain persaudaraan.""Hanya saudara," kataku mencoba berpikir positif. Walaupun di dalam kepalaku berputa
Hari ini setelah aku ada kegiatan mata kuliah sehingga mau tidak mau aku harus datang ke kampus.Ke kampus juga salah satu cara agar pikiranku dapat teralihkan. Setelah tahu masa lalu papa, mama dan tante Wenda. Pikiranku memang sedikit terurai.Namun tetap saja masih menggangguku. Sehingga aku butuh pelampiasan untuk menghilangkan pikiran rumit itu."Sialan, dasar jalang murahan. Beraninya lo goda Naral. Saat gue gak ada," kata Selin penuh amarah.Dia juga menarik rambutku yang kukuncir kuda dari belakang. Aku sampai mundur beberapa langkah. Tarikan dirambatku sangat kuat.Kulit kepalaku terasa sangat nyeri dan perih. Aku mencoba melepaskan tangan Selin dari rambutku.
Aku melirik Serafin dengan penuh tanda tanya. Apa yang dilakukannya pada Selin? sedikit penasaran tapi terlalu gengsi untuk bertanya padanya. "Lunar ku yang manis. Gue akan selalu bela lo. Salah aja gue bela kok. Apalagi bener, ya tinggal baku hantam," katanya mengacak-acak rambutku dengan gemas. Aku melotot padanya. Dia hanya memasang wajah tidak bersalah sama sekali. Serfin memajukan sedikit bibirnya. Dia terlihat seperti anak-anak sekarang. Anak yang melakukan hal baik dan tidak mendapatkan pujian dari ibunya. "Serafin," kataku pelan. Dia malah mengambil buku dari tanganku dan menutupnya. Memaksa aku melihat ke arahnya. Aku memperhatika
Aku, mama dan om Rendi sekarang sedang berada di ruang keluarga. Menikmati teh yang disajikan oleh mama sebelumnya.Kami akan membahas harta Warisan papa. Mama tampak tegang, sementara aku tetap berusaha untuk tenang.Ada kendala disalah satu perusahaan milikku. Tiba-tiba saja pemegang saham menjual sahamnya. Namun belum diketahui siapa yang membeli saham itu."Akses kita ke perusahaan tidak cukup kuat. Sehingga kita tidak bisa maninjau seluruh aktivitas di perusahaan cabang," kata om Rendi menyesap tehnya kembali.Aku sebenarnya cukup curiga, jika yang membeli saham perusahaan adalah tante Wenda.Bisa saja dia yang membeli dan ingin menguasai seluruh anak perusahaan. Sehingga nanti dengan mudah