"Hoii..Melamun. Kerasuk saiton baru tahu rasa," tegur Renata mendapati Thalita terbengong saat memegang baju yang akan dihanger.
"Kau saitonnya." Thalita mengelus dada.
"Oiii..Napa mukamu nih macem kelebihan blus on." Renata memperhatikan wajah Thalita kemudian menyentuhnya.
"Auu..." rintih Thalita.
"Siapa yang buat? Suami misteriusmu. Kau hanya tinggal dengannya. Kau punya musuh? Pasti suamimu." Renata menodong Thalita.
"Dia enggak sengaja Ree. Kami lagi main di tempat tidur. Tahulah pengantin baru," bohongnya.
"Alamak... Ganas juga suamimu." Renata berdecak kagum.
Thalita tersenyum kecil. Begitulah Renata kalau sudah menjurus bagian dewasa. Thalita takut menceritakan masalahnya.Renata mengambil baju hendak menghange
Thalita terbangun saat mendengar suara pintu terbuka. Dia bangkit duduk sofa. Tangannya mengucek matanya yang masih belum mengantuk. Suara tv masih menyala. "Udah pulang," sapa Thalita pada Arion.Langkah Arion terhenti menatap istrinya, "Kenapa tidur di situ?" "Aku menunggumu.” Thalita berdiri mendekati Arion. Suaminya membuang wajahnya. Dalam hati berfikir selama dia tidak pulang, apakah Thalita menunggunya selalu seperti itu di sofa. "Udah makan?" "Lain kali tidak usah menungguku. Urus saja urusanmu." Arion melangkah ke kamar sambil membuka jasnya. Hatinya kembali perih mendengar ucapan itu. Beberapa hari Arion tidak pulang sudah membuatnya khawatir. Apakah dia harus menyerah.
Seperti biasa Thalita selalu bangun pagi saat masih gelap. Kira-kira setengah lima pagi. Dia menatap suaminya yang masih pulas. Rindu rasanya seperti dulu. Dia mendekatkan badannya menatapi lekat-lekat wajah suaminya yang masih terpejam. "Mas." Rasanya senang sekali memanggil sebutan itu. "Kapan maafin aku, Mas," ucap Thalita pelan. Thalita menuruni tempat tidur dengan pelan dia pergi ke dapur. Dia akan membuat sarapan untuk keluarga Arion. Sebenarnya tidak perlu karena asisten rumah tangga mertuanya sudah banyak. Arion membuka kelopak matanya setelah mendengar suara pintu tertutup. Semalaman dia tidak bisa tidur. Bahkan tadi malam dia sempat berdiri dan melihat wajah Thalita yang sudah tertidur. Mata istrinya lembab karena air mata. Dan barusan jantungnya hampir berhenti mendengar ucapan istrinya.
Arion seperti tidak ingin membiarkan Thalita bernafas. Dari pagi tadi laki-laki menyuruhnya terus menerus tanpa jeda. Thalita mundar-mandir melakukan perintah Arion. Se-benci itukahah Arion padanya. Thalita mengusap keringatnya dengan Lengannya. Rasa penat dan kesal pada dirinya. “Bersihkan kamar mandiku. Lihat sana kamar mandi di kamarku masih berkerak." "Iya nanti aku sikat lagi." Persoalan kamar mandi saja sekarang jadi bahan dia untuk ceramah. Padahal kamar mandi itu udah dibersihin sama Mbok Nur, sepertinya kalau bukan Thalita sendiri yang jadi kuli, Arion tidak akan puas.Laki-laki itu sudah menjadi Lucifer yang kerjaannya nyakitiin Thalita dengan ocehan ataupun tingkah lakunya. Memang benar cinta dan benci itu beda tipis. "Sepatuku sudah disemir belum? Ambilin k
Arion memicingkan matanya keluar kaca rumahnya. Tidak ada tanda-tanda kedatangan seseorang. Arion semakin gusar saat melihat jam dinding sudah menunjukan jam 10 malam. Hatinya terusik mengingat ucapannya pada Thalita yang sudah keterlaluan. "Suami macem apa aku, menyakiti istriku dengan seenaknya," jeda sejenak sambil mundar-mandir. "Apa aku harus kasih dia satu kesempatan." Arion duduk di sofa sambil melipat tangannya, kakinya goyang-goyang tidak sabaran. Arion menggapai ponsel-nya. Apa sebaiknya menelpon dia dimana ? Dan menjemput dia. "Bisa besar kepala dia.” Arion melempar ponselnya ke atas sofa. Arion berdiri mematikan televisi yang menyala sedari tadi.Dia kembali melihat ke arah kaca luar, mengamati mana tahu Thalita sudah ada di luar. "Kau hebat Thalita. Keluar sampai selarut ini tidak ingat suamimu di rum
Renata melambaikan tangannya di depan mata Thalita. Thalita tersadar dari lamunannya dan tersenyum kecil pada temannya. "Mikiriin apa? Dari tadi aku bicara enggak didengerin ya,” suara Renata kesal. Sia-sia dia cerita tentang gebetan barunya . "Denger kok, Kevin kan?" Thalita membela dirinya menyebutkan nama salah satu gebetan Renata. "Ardi, Lita!" "Ardi? Siapa lagi itu." Thalita menautkan alisnya. "Noh kan, ketahuan kau enggak dengerin aku cerita. Ardi kenalan baru aku, sudah sebulan kurang kami jalan bareng." Renata menarik gelasnya kesal.Renata mengomel sambil memutar sedotan minumannya. Thalita ngajak jalan bareng karena tahu ini hari libur Renata. "Kau kenapa lagi, masalah suami misteriusmu lagi?" tanya Renata.
Sampai di rumah Arion mengedarkan matanya tidak terlihat sosok istrinya yang biasa menunggunya di sofa. Arion meletakkan jas hitamnya di atas kursi lalu melangkah ke dapur mengambil air di dalam kulkas. Untunglah Andre bisa menangani Fara dan mengantarnya pulang. Kalau tidak dia bisa tergoda dengan ucapan Fara. Hal bodoh yang pernah ditawarkan seorang wanita pada laki-laki. Arion terkesiap melihat sosok istrinya yang tiba-tiba keluar dari kamar dengan dress tidur yang minim, rambut sebahunya masih basah. Arion mengakui kecantikan istrinya, berulang kali dia terpesona pada Thalita. Dia mencium aroma wangi dari rambut basah itu. Arion menelan saliva. Shit! Ucapan Fara berdampak padanya sekarang. Siapa yang tidak ingin cetak sampai gol. Terakhir kapan mereka melakukan making love. Arion mengingat-ingat. "Mas Arion," panggil istrinya
Thalita membuka matanya dengan pikiran yang masih gelisah. Dia berjalan keluar mengambil air putih. Tapi, saat membuka pintu terlihat Arion sedang duduk tertidur pulas di dekat pintunya bersender pada dinding. Ia menyisir rambut suaminya dengan jemarinya, ada rasa hangat dengan kelakuan Arion saat ini membuat kupu-kupu dalam perutnya sedang menari-nari. Arion sepertinya berpengalaman tidur seperti ini. Buktinya dia membawa selimut tebal ke dalam pelukannya. Thalita duduk di samping suaminya, kepalanya bersender pada bahu suaminya dan menarik selimut untuk berbagi. Matanya terpejam mendapatkan kehangatan dari tubuh suaminya.Arion menatap Thalita bingung Kenapa mereka berdua bisa tidur di luar kamar. "Bangun udah pagi." "Ng..." Thalita mengerang dan kembali me
"Hei...Mau kemana!” teriak Arion membuka bagasi belakang mobil. "Mau masuk." Thalita menunjuk pintu masuk dengan telunjuknya. Mereka sudah sampai di puncak, matanya sembab karena bangun tidur. "Lalu kopermu yang segede kingkong ini.” Arion meletakan koper hitam ke depan Thalita. Tidak perduli wajah gadis itu berubah cemburut. "Kirain kau yang bawa masuk," ujar Thalita. “Kau kan laki-laki,” gumamnya pelan. "Gunakan tanganmu!” Arion melewati Thalita. Dengan malas Thalita menyeret kopernya. Matanya langsung dimanjakan dengan pemandangan pegunungan. "Kalian sudah sampai.” Ratna menyambut Arion lalu mencari seseorang, “Dimana istrimu?”Arion memutar matanya, “Masih di belakang.”