Adam harus bekerja keras untuk menemukan beberapa orang yang memiliki lahan di sekitar Danau Kenanga. Dia sudah mendapatkan datanya dari Perangkat desa yang ditemuinya. Semua daftar itu dia catat dan sudah mengetahui rumah dan tempat tinggalnya. Bahkan, Adam pun mendapatkan semua nomornya.Adam ingin cepat mengurus pembelian tanah-tanah itu. Lagian, tanah di sekitar Danau itu hanya tumbuh pohon dan ada pohon kelapa dan bahkan seolah jarang disambangi pemiliknya dan dibiarkan begitu saja. Sayang, keindahan dan kejernihan Danau Kenanga jarang ada orang yang mengetahuinya.Hanya beberapa orang yang memiliki lahan di sekitaran Danau itu, memang masih banyak pohon dan rumput tebal juga. Mereka memiliki lahan itu sudah turun temurun, jadi mereka hanya memiliki semata dari warisan dan bingung hendak menggunakannya untuk apa.Kesempatan bagus! Adam pun bergerak ke rumah orang yang bernama Wijaya. Dia memiliki lahan paling luas yaitu 10 Hektar, dan lahannya blok satu posisi semua dan dipinggir
Ahad tiba, entah kenapa Diandra begitu berbunga-bunga. Persiapan pagi ini sudah lengkap, Diandra menenteng tasnya. Bi Jamilah pun tak lupa diajak, Diandra sebenarnya ingin pergi sendiri dan tak merepotkan. Tapi, kedua orangtuanya meminta Diandra tetap ditemani, hal ini karena mereka terlalu sayang pada Diandra. Jadilah bi Jamilah ikut.Mereka tiba di desa tempat Adam siang harinya. Saat mereka ke rumah Adam, Adam tak ada dan sudah pergi ke Danau Kenanga. Bi Jamilah pun tinggal di rumah membantu bu Halimah.Diandra berangkat sendiri, ada motor baru di rumah Adam sedangkan Adam mengendarai motor lamanya. Hati Diandra semakin berbunga-bunga menuju Danau Kenanga. Apakah ini juga yang dirasakan Adam ketika dia sedang terbuai dengan cintanya pada Naura?Bagi Diandra sendiri, Adam adalah lelaki pertama orang yang bukan keluarganya yang mampu menempati hatinya. Bukan karena wajahnya, tapi karena karakter dan kemauan keras dan kesungguhannya.Perjalanan itu semakin membuat hati Diandra bergeta
Saat pembangunan dimulai di hari Ahad, Diandra tak terlihat untuk hari itu. Adam merasa biasanya gadis itu sangat bersemangat. Kenapa tiba-tiba tidak ada, mungkin dia sedang melakukan sesuatu yang lain.Adam penasaran dan mengambil ponselnya, dia menelpon Diandra. Siapa tahu, Diandra terlupa untuk melihat dimulainya proyek mereka untuk membuat desain hijau dan bisnis di Danau Kenanga.Sambungan didapatkan dan ada suara yang serak dari seberanag. Suara Diandra terlihat berat, apakah dia habis menangis?”Ada apa dengan suaramu, Diandra?” tanya Adam penasaran.Hening sejenak, ”A ..., Aku sedang tak enak badan Adam. Mungkin, terlalu lelah sehingga tubuhku menggigil dan suaraku sangat berat.””Sudah minum obat? Sudah ke dokter belum? Atau aku akan mengantarmu?”Suara tawa kecil meskipun berat terdengar di balik seberang telepon, ”Kamu Adam, seperti ibu-ibu yang menghkhawatirkan anaknya saja. Apa kamu sekarang sudah menjadi ibu-ibu asuh yang sibuk ketika anaknya sakit?”Masih terdengar suar
Naura termenung di ruang tamunya, entah kenapa akhir-akhir ini pikirannya seolah semrawut semenjak suaminya menikah dengan sekretarisnya, Firla. Sudah 5 bulan yang lalu dirinya menjadi istri tua, namun belum sekalipun Sandi pulang untuk memberikannya nafkah lahir. Dia lebih memilih bersama istri mudanya setiap saat karena kecantikan dan gaya isteri keduanya.Naura seolah ditinggalkan, suaminya kadang pulang namun hanya sekedar mengambil baju atau ada keperluan rumah lainnya. Selain itu, dia akan berada di rumah isteri keduanya.Naura merasa kini seperti burung dalam sangkar. Setiap kali suaminya pulang, dia ingin berbicara bahwa dirinya sudah menerima kalau suaminya menikah lagi. Namun, jangan acuhkan dirinya dan jadikan dirinya isteri seperti sebelumnya. Namun, Adam malah marah dan tak peduli. Dia mengatakan akan tidur di rumah Firla saja yang mengerti akan dirinya.Lalu, apakah dirinya tidak semengerti Firla? Bukahkah selama ini dia sudah menjadi isteri yang selalu menerima apapun y
Waktu memang berlalu dan berjalan, kadang seseroang bisa melupakan kejadian yang sudah berlalu tempo lalu. Ada orang yang memang ingin melupakan kisah kenangan masa lalunya karena mungkin pahit ketika dikenang. Namun, ada juga orang yang bahkan tak bisa melupakan kenangan masa lalunya karena sangat membekas dalam hatinya.Adam meman berusaha bangkit dari keterpurukan dan ketidakberdayaan. Namun, bukan berarti dia melupakan sosok yang pernah ada di hatinya. Sosok Naura tidak bisa dilupakan untuk mengobati luka dalamnya.Seseorang tidak harus melupakan orang yang membuat luka di hatinya lalu dia akan kembali dan bangkit dari keterpurukan. Adam masih mengenang dengan baik tentang Naura, apa saja yang disukainya dan apa saja yang bisa membuatnya tersenyum. Bahkan, langkah kakinya pun, Adam masih sangat hapalHanya saja, kondisinya dulu dan sekarang sudah berubah dan Adam menyadarinya. Naura sudah menjadi milik orang lain. Adam paham betul hal itu, maka Adam berusaha untuk bisa menjalani d
Naura dan cintanya yang musnah. Naura selalu mempercayai Adam, namun dia yang mengkhianatinya. Adam adalah lelaki yang mulia dan tidak menyimpan dendam sama sekali. Kali ini, dia datang untuk memperjelas permintaan maafnya, dan mereka sudah menjadi orang lain sekarang.Naura paham akan kenyataan itu.Selain itu, permasalahan yang terjadi antara dirinya dengan Adam juga sudah berakhir. Rasa bersalah pada Adam seolah selalu menghantui dan mengekang pikirannya sehingga selalu terbayang. Dengan sudah bertemu Adam dan meminta maaf, Naura berharap ketenangan hidupnya akan dapat kembali dan dia bisa melupakan perasaan bersalahnya itu.”Kau ada disini Naura,” sebuah suara lembut terdengar, suara Diandra. Diandra datang dan mendekati Naura dan Adam.”A... Aku...” Naura agak terbata ingin menjelaskan kenapa dia disana, dia juga tidak mau Diandra salah paham pada dirinya.”Naura ingin menikmati indahnya Danau Kenanga, kebetulan pas aku juga disini. Jadi, bergabunglah duduk disini Diandra.”Penje
Adam bekerja keras untuk membuat Danau Kenanga menjadi tempat bisnis berbasis alam. Dia bahkan lupa akan segala hal, Ibunya selalu mengingatkan kesehatannya yang sudah berangsur baik.”Jangan terlambat makan, Adam.”Ibunya, Halimah. Sang Ibu tak pernah berhenti untuk mengingatkan Adam soal makan Adam. Halimah mengerti, kesibukan Adam saat ini dilakukan Adam juga untuk membuat dirinya bisa sepenuhnya lupa pada lukanya.Adam kini seolah tersenyum untuk semua orang dan ingin bermanfaat bagi orang lain. Dia terus berupaya untuk membuat orang lain bahagia. Namun, Halimah menyadari bahwa Adam butuh seorang pendamping hidup.Halimah tentu tidak akan selamanya bersama Adam. Suatu hari, Adam harus mendapatkan seorang wanita yang mampu mengerti dan memperhatikannya. Halimah juga hanya memiliki kebahagiaan berupa senyuman Adam. Jika meliha Adam bersedih maka hatinya seperti disayat-sayat dan terluka.Senyuman Adam adalah semangat Halimah untuk mempertahankan hidupnya sebelum Tuhan memanggilnya.
Sebuah mobil yang terlihat mewah datang ke Mata Air Surga. Dua mobil besar seperti mobil pengiring di belakangnya. Mobil itu berhenti di parkir depan dan beberapa orang keluar dari mobil itu. Plat merah, seorang pejabat?Seorang lelaki muncul dari pintu mobil paling mewah dari kursi belakang. Dia memakai jas lengkap dan tersenyum melihat semua keindahan tempat itu. Dia takjub bahwa di tempat yang dalam seperti ini ada keindahan. Bahkan matanya menangkap ada Masjid dan juga hotel, juga ada sejenis bangunan yang aneh bentuknya dan futuristik.Di ujung penglihatannya juga ada Danau Kenanga yang kini seperti dermaga kecil-kecil dan ada kapal. Tempat itupun ramai.”Perlu saya carikan orangnya Pak?” seorang berjas biru tua dan tinggi tegap berbicara pada lelaki yang agak gemuk tadi.”Tidak usah! Ayo jalan-jalan sambil mencari dia.”Pengawal itu pun manggung-manggut saja dan dia membersamai tuannya itu. Mereka melangkah, sekitar ada 12 an orang yang menyertai lelaki berumur 50 an tahun itu y