"Rian perlu tahu kalau neng Delia selama ini bersikap enggak sopan ke kamu. Dia harus diberi pelajaran." ucap Hasna membuat Shanum berkata. "Loh bu, kok dikasih tahu sih?" tanya Shanum tidak habis pikir. "Udahlah mbak, enggak usah ngelak lagi. Banyak banget yang mbak sembunyiin dari saya. Biar saya nanti bicarain semuanya ke Delia." ucap Rian, membuat Shanum merasa tercecar, terdiam serba salah, ia masih tidak terima dengan hal ini. "Tapi mas, kamu enggak ngerti. Udahlah biarin aja, toh Delia emang bener kok, aku emang salah, aku terlalu bergantung sama kamu sampai membuat kamu hilang ingatan kayak gitu. Kalau aja aku enggak ngelibatin kamu ke dalam urusanku kamu enggak akan terluka kayak gitu." ucap Shanum. "Kenapa sih mbak suka banget nyalahin diri sendiri dan terus menutup diri untuk orang lain menolong mbak? Memangnya enak kayak gitu?" "Ya terus aku harus kayak gimana? Aku kan emang sendirian." ucap Shanum. "Udah deh, setelah ini mbak enggak perlu urusin gimana respon Delia na
Ghea membalas seperti ini. "Ini orang siapa sih yang ngijinin komentar disini?" ujar Ghea membuat mereka semua saling berlomba berkomentar. "Udah deh ngaku aja dasar pelakor." "Terima karmanya kan kemarin." "Udah syukur ditolongin Gavin." "Ngaca dong lo pelakor!" Ghea kemnali membalas. "Semakin tinggi pohon, maka akan semakin besar pula terpaan anginnya.""Sayangnya situ bukan pohon tapi pelakor!" Gavin merasa cukup bangga juga melihat banyak orang membelanya, tapi ia juga cukup khawatir kalau tiba-tiba ayahnya nongol dan ikut mengomentari postingan Ghea itu yang sudah terlanjur ramai pengunjung. Dan ternyata benar dugaan Gavin saat itu, hal yang dirinya takutkan benar-benar terjadi. Ayahnya ikut mengomentari di postingan itu yang berisi. "Jangan dengarkan omongan mereka Ge... Ada om disini.""Pfft gawat... orangnya muncul guys." ucap salah satu akun. "Udahlah gue gak takut!" Banyak orang yang bahkan tidak takut dengan munculnya Jaka disana. Mereka makin menghujat Ghea. "Ciy
"Itu karena mbak Shanum baik, nenek tahu kok bahkan kamu juga tahu kan kalau mbak Shanum itu orangnya baik." ucap nenek Aisyah membuat Rian terdiam. "Terus Delia ngomong kayak gitu ke mbak Shanum bilangnya karena suka sama kamu?" tanya nenek Aisyah, Rian tersentak. "Loh kok nenek tahu?" tanyanya. Nenek Aisyah tersenyum. "Tahu dong, udah keliatan banget dari raut wajah kamu pengen ngomong kayak gitu. Kamu bingung ya antara milih Delia atau mbak Shanum?" tanya nenek Aisyah. Rian langsung tertawa. "Enggak lah nek, masa mbak Shanum sih. Lagian saya sama mbak Shanum enggak ada hubungan apa-apa. Tapi soal mikirin Delia yang ngomongin tentang rasa sukanya itu bener." ucap Rian. "Udah deh intinya sekarang kamu harus yakinin perasaan kamu dulu kamu sebenarnya suka sama siapa dan yakinin juga kalau kamu punya rasa gak sama mbak Shanum." "Tapi nek, itu enggak mungkin. Masa mbak Shanum sih." "Hmpph, tahu banget nenek, selama ini kamu pasti punya perasaan sama mbak Shanum."
"Shh, jangan patah semangat gitu lah Del, coba deh lo langsung pake cara ini, dijamin deh nanti Rian bakal klepek-klepek sama lo. Lo tahu gak sih kenapa mbak Shanum dekat sama mas Rian? Ya mungkin karena mbak Shanum sering ketemu sama dia dan juga baik. Lo harus pake cara yang sama juga buat deketin Rian." "Tapi apa bisa? Soalnya aku di mata Rian udah jelek banget kayaknya." "Bisa pokoknya. Udah lo harus tetepin pendirian lo, kalo lo pengen sama Rian ya hayo, rebut dia dari mbak Shanum dengan cara yang gue sebutin tadi." ucap Sella. Delia merasa lebih baik sekarang, dirinya tersenyum. "Makasih banyak ya." Esok paginya, Rian ketiduran dan cukup terkejut saat dilihatnya ada pesan chat dari Delia. Rian langsung membuka isi chatnya serta membacanya. "Rian, kamu pasti marah banget sama aku. Entah kenapa saat kemarin kamu berkata seperti itu ke aku benar-benar membuat aku menyesal, aku ngerasa yang aku lakuin kemarin emang keterlaluan ke mbak Shanum. Aku janji aku enggak akan ngelakuin
"Iya mbak, sambil marah-marah. Aku emang tahu sih dia wajar melakukan hal kayak gitu. Dia benar-benar nyadarin aku banget mbak."Shanum berasumsi kalau Rian mungkin langsung ke kontrakannya setelah mengantarnya pulang. Setelah mendengar perkataan ibunya kepada Rian. Dan hal itulah yang mungkin memicu kemarahan Rian kemarin. Shanum merasa tidak enak jadinya. Disaat yang sama Rian cukup terkejut saat melihat ada chatting dari Delia, apalagi saat dibuka video yang dikirimnya benar-benar menunjukkan kalau Delia merasa sangat bersalah, hingga sampai membuatnya menangis dihadapan Shanum, meminta maaf. Membuat Rian jadi merasa tidak nyaman dengan situasi ini, dirinya terlihat menghela nafas dan langsung mengetik balasan. "Iya udah cukup." balas Rian. Ternyata ia menepati janjinya yang kemarin, sepertinya memang dirinya sudah meminta maaf dengan tulus. Bahkan kini muncul chat kembali dari Delia mengatakan... "Kamu maafin aku Yan sekarang?" balas Delia. "Iya udah dimaafin. Tapi jangan diulan
"Belum. Vin dirumah Riko bu." "Ya Allah Gavin. Pulang nak, kamu kalau kabur terus gimana kuliah kamu nanti? Yang bayar biayanya kan ayah kamu." ucap Shanum. "Ayo pulang ya habis ini." ujarnya lagi. "Maaf bu, soal kuliah biar Vin aja yang bayar, Vin bentar lagi magang bu di perusahaan teman Gavin. Ibu enggak perlu khawatir.""Enggak gitu Vin, jangan kayak gitu. Kamu tetap harus kuliah dibayarin ayah kamu. Nanti kamu capek bayar sendirian. Kamu gak bisa kayak gitu. Pulang ya nak?" tanya Shanum. "Maaf bu enggak." ucap Gavin yang langsung mengakhiri sambungan teleponnya. Shanum menghela nafas. "Ck, dimatiin lagi." Ghea sudah sampai dikampusnya, ia berjalan masuk ke dalam kelasnya, disana ia sudah disambut oleh kedua temannya Sisil dan Hera, namun Ghea mengabaikan mereka sambil terus menundukkan kepalanya ketika masuk ke dalam kelas, merasa kalau dirinya sedang dijadikan pusat perhatian orang-orang disekitarnya. Ia hanya fokus ke arah kursinya lalu duduki, sambil terus menunduk dan me
"Y-ya karena aku pengen menebus kesalahanku, makanya aku ingin bersikap baik sama dia dan karena aku merasa kalau mbak Shanum memang orang yang baik." ujar Delia. Rian terdiam sedikit tidak menyangka juga, tapi apakah benar yang ia katakan barusan dari dalam hatinya? Apakah ia tulus?Shanum terus browsing untuk mencari dimana keberadaan sekolah Jihan. Jihan juga ikut menjadi juri dalam mengenali sekolah itu benar atau bukan. "Ih ini tan!" mendadak Jihan menunjuk ke hape dalam ekspresi kagetnya. Tentu saja Shanum merasa cukup senang. "Ini beneran Han? Posisi bangunannya kayak gini? Dan ada beberapa pohon didepannya?" tanya Shanum. "Iya tan, ini." Shanum langsung membaca dengan teliti dimana alamat sekolahnya."MI. Al-ikhlas 02. Jalan raden inten, nomor 02, daerah Jakarta pusat. Eh ini ada mapnya, cuma dua jam dari sini Han. Alhamdulillah ya Allah akhirnya ketemu juga." ucap Shanum penuh syukur. "Tante mau kesana?" tanya Jihan. "Iya, kapan ya kira-kira. Takutnya toko kalo ditingga
Sesampainya didalam rumahnya, Ghea langsung memberikan Jaka segelas air putih dan diminumlah olehnya saat itu juga. Suatu upaya untuk dirinya agar lebih tenang. "Om enggak nyangka ternyata kabar itu juga sampai kesini, om enggak benar-benar menyangka mereka sejulid itu sama kita." ucap Jaka. "Udahlah om, enggak usah terlalu dipikirin." "Kalo om dijulidin gitu, om langsung labrak Ge. Kamu juga harusnya labrak aja.""Tetangga soalnya om, nanti muncul keributan, aku lagi yang kena. Lagipula aku tinggal disini enggak ada yang dewasa, kalo enggak ada masalah enggak ada yang jadi penengah." ucap Ghea. "Ya terus kamu mau digituin aja? Om sih enggak, langsung dijelasin langsung." "Iya, kadang pernah sih dikampus kayak gitu, ah enggak.... Bahkan udah tiga kali aku ngelabrak orang kayak gitu terkait masalah ini. Eh ujung-ujungnya kena semprotan dosen lagi. Untung enggak di D.O." ucap Ghea. "Biarin aja selama kita benar mah." Esok paginya. Shanum memutuskan untuk pergi ke Jakarta saat itu be