"Argh!!!" Kaluna berteriak sekeras mungkin sambil membenturkan kepalanya ke dada Jonathan beberapa kali. Ia menangis sekeras mungkin di dada Jonathan sambil terus mengeluarkan selurus kekesalannya terhadap Pamungkas.Semua kata kasar dan kebun binatang menghambur dari mulut Kaluna tanpa bisa dihentikan, bahkan Jonathan yang biasanya mengingatkan Kaluna untuk menjaga lisannya hanya diam tak berkata apa pun juga karena merasa apa yang Kaluna utarakan untuk Pamungkas adalah hal yang wajar. Lelaki biadab seperti Pamungkas memang pantas untuk dihina dina.Kedua tangan Jonathan melingkar dipinggul Kaluna dan sesekali membelai punggung kekasihnya itu, mencoba menenangkan. Kaluna terus menjerit dan meremas pakaian Jonathan, ia bahkan tidak peduli kalau pakaian yang ia dan Jonathan kenakan kusut, yang ia inginkan hanya menangis dan memaki, untungnya saat ini mereka berdua sudah duduk dibagian belakang jok mobil Jonathan."Kalau sampai aku anak si keparat itu awas aja! Awas aja ...." Kaluna men
"Kalian tadi dari mana sih?" tanya Emma saat melihat Kaluna yang berjalan ke arahnya setelah pesta usai, "kok bisa telat?"Kaluna hanya menghela napas dan menarik tangan Emma untuk berjalan di sampingnya dan masuk ke dalam lift."Ditanya bukan dijawab," gerutu Emma sambil membenarkan bajunya."Aku ketemu ayah," bisik Kaluna sambil melirik Emma sekilas."Kamu ketemu?" tanya Emma kaget dan langsung menyentuh pundak Kaluna agar anaknya itu melihat dirinya, "kenapa kamu bisa ketemu dia?""Nggak tau, aku ketemu dia di mall entah kenapa dia ada di sana. Aku nggak tahu," bisik Kaluna sambil melirik takut-takut ke arah Emma dan hatinya mencelos saat melihat wajah Emma yang berubah sedih."Nggak usah sedih, Bu. Aku nggak papa, tadi juga ada Jonathan jadi semuanya aman dan aku bakal lakuin tes DNA," ucap Kaluna sambil melirik Emma untuk melihat reaksi Emma karena selama ini Emma lah yang selalu menolak melakukan tes DNA."Kamu yakin? Punya uang dari mana?" tanya Emma sambil berdiri di samping K
Kring … kring ….Kaluna mengambil ponselnya, “Apa, Jo?” tanya Kaluna setelah mengangkat teleponnya.“Lagi apa?” tanya Jonathan.“Duduk,” jawab Kaluna polos sambil melirik Emma yang sudah tertidur karena kecapean.“Duduk doang? Nggak ngapa-ngapain gitu? Nggak ngelakuin hal yang berfaedah?” tanya Jonathan.“Hahaha … abis aku emang lagi duduk sambil nonton netflix, emang kamu sangka aku ngapain? Bunggy jumping dari lantai sepuluh kamar hotel?” tanya Kaluna sambil menahan tawa karena mendengar decakkan kesal Jonathan dari ujung telepon.“Serius, Yang.”“Iya, emang serius ini aku lagi duduk astaga, kamu nggak percaya aku lagi duduk?” tanya Kaluna sambil melihat layar ponselnya lalu mengganti sambungan telepon menjadi sambungan video, selang beberapa lama akhirnya Kaluna bisa melihat wajah Jonathan yang tampak kesal.“Aku duduk, Jo, lihat aku duduk,” ungkap Kaluna sambil menunjukkan seluruh tubuhnya yang saat ini sedang bersila duduk di atas ranjang.“Mana Ibu?” tanya Jonathan seraya mengge
"Pagi," sapa Jonathan sambil duduk di hadapan Raka dan menyodorkan beberapa lembar kertas ke hadapan pria yang selalu memeras tenaganya itu."Siang," jawab Raka sambil mengalihkan pandangannya dari kerta ke arah Jonathan, "ini jam 11 siang bukan jam 11 pagi," ucap Raka ketus."Aku masuk shift siang, wajar aku datang jam segini, Raka," ucap Jonathan santai sambil menumpangkan salah satu kakinya ke kaki yang lain. "Ngeles terus," ucap Raka sambil mengambil kertas yang disodorkan Jonathan yang ternyata adalah bahan-bahan yang Jonathan inginkan untuk bulan depan, "bahan-bahannya nggak ada yang beda?" tanya Raka."Nggak, paling gue minta iga sapi yang baru. Gue butuh iga yang lebih juicy dari pada yang udah ada," pinta Jonathan, "biar kematangannya pas.""Emang nggak bisa pake yang kemarin aja?" tanya Raka."Nope, take it or leave it," sahut Jonathan santai, "tenang cost-nya masih sama kok, nggak bakal jauh beda ama yang sebelumnya dan bahkan bakal bikin lo untung gede." Jonathan menekank
“Okhe ini nggak salah?” tanya Kaluna sambil memotong daging yang ada di depannya.Okhe yang sedang asik memanggang daging wagyu A5 menoleh ke arah Kaluna dan berdecakkesal karena ia sadar sudah melakukan kesalahan saat melihat warna daging yang Kaluna belah.“Ini order nya medium well kenapa kamu kasih saya well done! Jauh Okhe, jauh bedanya!” teriak Kaluna sambil melempar pisau dengan kesal ke sembarang tempat. Okhe menyeret kakinya untuk bergerak mendekati Kaluna yang ngamuk, ini kesalahannya yang ke tiga hari ini dan ia merasa pantas mendapatkan amukkan dari Kaluna. Lebih baik daripada amukkan dari Jonathan yang mungkin bisa membuat dirinya terkena mental. “Ini kamu kenapa sih?!” teriak Kaluna sambil menunjuk Okhe bingung karena hampir semenjak tadi Okhe melakukan kesalah minor yang biasanya hanya dilakukan oleh chef junior. “Kamu bukan chef baru loh! Kamu udah lama dan seandainya aku keluar dari sini atau cuti pasti kamu yang ambil alih, Khe!”Okhe mengangguk dan mengambil dagi
"Sini ... Bram, sini," panggil Okhe sesaat setelah melihat Ibram keluar dari dapur karena sudah jam istirahatnya."Apa? Gue mau keluar nih, mau ngerokok asem mulut gue," sahut Ibram sambil berjalan ke arah Okhe dan mengeluarkan sebungkus rokok putih beserta koreknya."Ish, rokok mulu lo, kena paru-paru baru lo, nangis," ucap Okhe sambil meminta Ibram mengikutinya."Alah, mau ngerokok kagak ngerokok kalau udah waktunya mati, yah, mati aja," jawab Ibram cuek sambil terus mengikuti Okhe hingga ke salah satu tempat di mana mereka sering berkumpul untuk merokok atau sekedar ngobrol ngolor ngidul menghilangkan penat dan lelah bekerja."Sini, duduk," pinta Okhe sambil menepuk kursi yang ada di sampingnya. Sesekali dia memanjangkan lehernya untuk melihat situasi, takut ada Jonathan atau Kaluna yang datang ke sana. Tidak asik rasanya mengosipi orang di depan orangnya langsung, lebih enak mengosip dari belakang biar lebih menusuk!"Apa? Mau apa?" tanya Ibram mulai penasaran dan mengikuti perint
"Dapet kabar dari mana?" tanya Kaluna."Noh." Ibram menunjuk Okhe dengan bibirnya dan langsung saja membuat Okhe salah tingkah.Kaluna mengalihkan pandangannya ke arah Okhe, "Dari mana?" ulang Kaluna sambil berkacak pinggang, entah kenapa tiba-tiba saja dia merasa sakit pinggang mengurusi permasalahan percintaannya. Memang tidak nyambung tapi, itu yang ia rasakan."Gue liat lo, pelukan tadi sama Chef Jonathan manggil lo Yang, dan setahu aku hanya orang yang sedang berpacaran yang bakal manggil seseorang Yang." Okhe memberanikan diri melihat Kaluna.Kaluna mengelus keningnya pelan, dengan pasrah ia berjalan dan duduk di antara Ibram dan Okhe, mungkin ini saatnya ia mengakui hubungan spesialnya bersama Jonathan."Bener?" tanya Ibram sambil mengambil kembali rokok dari saku celananya."Jangan ngerokok dulu, pala gue pusing nyium bau rokok," pinta Kaluna sambil mendorong sejauh mungkin tangan Ibram agar menjauh dari dirinya. Bau rokok membuat Kaluna pusing."Jadi, bener?" tanya Okhe tidak
"Kan aku udah bilang, aku nggak papa kok, Jo," ucap Kaluna sambil berjalan masuk ke dalam rumah Jonathan. "Nggak papa gimana? Aku yang apa-apa," sahut Jonathan sambil menyimpan semua barang-barang miliknya di atas meja ruang tengah. Ia kemudian melihat sekelilingnya untuk memastikan keberadaan Bi Denok. "Tapi, sumpah aku nggak papa kalau seandainya kita nikah aku yang mundur dari kerjaan, aku nggak papa," ulang Kaluna lagi sambil menghempaskan bokongnya ke sofa empuk ruang tv Jonathan."Bahkan aku ngerasa itu lebih baik daripada kuping aku merah dan panas dengerin omongan Okhe, Ibram atau pun orang lain yang kerja di Moon, aku mending mundur dan cari kerja yang lain. Aku yakin kok, skill aku nggak ancur-ancur amat sampai kesulitan cari kerjaan," lanjut Kaluna sambil melihat ke arah Jonathan yang saat ini sedang berjalan ke arah Bi Denok.Entah apa yang Jonathan ucapkan ke Bi Denok sampai akhirnya membuat pembantu itu pergi keluar rumah, Kaluna tidak mau mengambil pusing dengan urusa