Share

Seperti Yang Kau Minta
Seperti Yang Kau Minta
Penulis: krystal

Lulus

" Theoden Manuel Orlando anak dari Oliver A Orlando lulus dengan IP 3,4"

Suara MC acara wisuda yang sedang berlangsung terdengar dengan lantang di dalam aula kampus swasta elite di tengah ibu kota.

Terlihat seorang pemuda tampan penuh karisma berjalan di atas panggung aula tersebut dan menjalankan kewajiban seperti wisudawan pada umumnya. Setelahnya, pemuda tersebut turun dari panggung dan kembali ke tempat duduknya. Acara wisuda tersebut berjalan dengan khidmat hingga ditutup dengan doa penutup.

Setelah acara di dalam aula telah usai, terlihat para wisudawan wisudawati berfoto bersama teman-temannya. Begitu juga dengan Theo, salah satu wisudawan yang baru saja mengikuti acara di dalam aula. Saat ini Theo sedang berfoto bersama teman-teman satu jurusannya yang lulus bersamaan dengannya.

Setelah selesai berfoto dengan teman satu jurusannya, Theo menghampiri kedua orang tuanya yang kini sedang berdiri bersama kekasihnya dan juga sahabatnya dan terlihat sedang menunggu kehadirannya.

"Selamat ya,Nak. Papa bangga kamu udah bisa selesain kuliah kamu dengan baik" Papi Theo langsung memeluk Theo.

"Selamat ya sayang kamu hebat. Mama bangga banget sama kamu" Mami Theo juga memeluk Theo dan mencium pipi Theo. Mama Theo hampir saja mengeluarkan air matanya. Benar-benar merasa bangga melihat anaknya berhasil lulus tanpa memedulikan perkataan orang-orang.

"Selamat ya kamu hebat" mendengar ucapan dari kekasihnya Theo langsung menarik gadis tersebut ke pelukannya.

"Ih ada Mami sama Papi" wajah Gadis tersebut memerah malu karena Theo memeluknya di depan kedua orang tuanya.

"Gapapa kali. Mereka juga kan pernah muda, iyakan Mi Pi?" Tanya Theo usil yang dijawab kekehan kedua orang tuanya.

"Selamat brother akhirnya lulus juga" kini giliran sahabatnya yang mengucapkan selamat akan kelulusan Theo dan bergantian memeluknya.

Setelah itu, secara bergantian Theo berfoto dengan orang tuanya, dengan kekasihnya, lalu dengan sahabatnya dan diakhiri dengan foto bersama mereka semua.

"Jangan lupa nanti malam acara makan malam ya,Nak. Papi sama mami balik ke rumah dulu istirahat sebentar" ingat pria yang sudah berusia namun masih mampu berdiri dengan tegap, Oliver. Meski usia Oliver telah mencapai angka 5 namun, wajahnya masih terlihat tampan dan muda.

"Iya, Pi. Aku mau jalan sama mereka sama Cleo dulu ya Pi" pamit anak muda tersebut sembari mencium tangan kedua orang tuanya. Kebiasaan yang selalu dilakukannya saat akan pergi kemana pun, salim kepada kedua orang tuanya. Lalu Papi dan Mami Theo mulai berjalan meninggalkan mereka.

"Makan lah kita ini, masa gak makan" goda salah satu sahabatnya pada Theo.

"Atur aja. Booking aja dulu cafenya trus nanti share lock ya. Gue harus temanin Cleo dulu ada urusan bentar ke kantornya" jawab Theo santai.

"Oke ketemu di sana aja kita ya"

Setelah itu Theo dan kekasihnya berpisah dengan sahabat Theo. Theo dan kekasihnya harus ke kantor tempat gadis itu bekerja terlebih dahulu karena ada tugas yang perlu gadis itu berikan kepada temannya.

"Lama banget bos. Mampir darimana dulu ini sama ibu bos?" sapaan salah satu temannya menyambut Theo yang baru saja memasuki salah satu cafe yang sebelumnya telah mereka booking untuk menyelenggarakan acara lulusan Theo.

"Tadi ke kantor Cleo dulu" jawab Theo singkat.

"Halo ibu bos lama nih gak ikut nongkrong" sapa temannya yang lain pada kekasih pria tersebut. Sejak bertemu dengan Josephine di acara wisuda Theo kampus tadi pagi, baru ini sahabat-sahabat Theo berbincang dengan Josephine. Hubungan Josephine dengan semua sahabat Theo tidak terlalu akrab.

"Iya nih mentang si Cleo udah kerja susah banget diajak nongkrong" sahut temannya yang lain.

"Josephine" ingat Theo.

"Iya iya Josephine maksud gue. Posesif banget brother" sahut temannya yang tadi.

Setelah itu, kelima anak muda tersebut melanjutkan acara makan siang mereka dan dilanjutkan dengan obrolan-obrolan santai mereka. William, Austin dan James. Ketiganya merupakan sahabat Theo. William dan James sudah dekat dengan Theo sejak mereka kecil karena orang tua mereka yang sudah bersahabat sejak dulu. Sementara Austin, pria blasteran dari Kanada tersebut baru pindah ke Jakarta sejak SMA. Sejak itulah, dia dekat dan akhirnya bersahabat dengan Theo, William dan James.

"Rencana lo ke depannya gimana bos?" tanya William kepada Theo.

"Iya mau kerja atau gimana?" tanya James menimpali.

"Lo gak usah basa basi lah tanya rencana gue ke depannya gimana. Memangnya kita bisa punya rencana untuk hidup kita ya?" Theo menjawab dengan kekehannya.

"Lo bertiga lulus langsung kerja di perusahaan bokap. Apa bedanya sama gue?" timpal Theo lagi.

"Ya maksud kita siapa tau lo punya rencana lain. Pengangguran dulu gitu nikmatin hidup" balas James.

"Iya kayaknya gue nganggur dulu bentar, mau istirahat dahulu hilangin stress skripsian" jawab Theo.

"Kerja di punya bokap lo?" tanya Austin.

"Emang bisa di tempat lain?" pertanyaan Theo ini memang tidak membutuhkan jawaban. Karena pada dasarnya, mereka dilahirkan dari keluarga pebisnis dan terlahir sebagai anak tunggal. Mau tidak mau, mereka harus melanjutkan bisnis orang tua mereka.

"Terkadang gue berpikir pengen punya hidup kaya Josephine, bebas milih apapun rencana untuk hidupnya" Austin memandang Josephine yang sedari tadi hanya bicara singkat. Sepertinya ada sesuatu yang dipikirkan gadis itu dari tadi.

"Hidup jadi gue gak enak kali" Josephine mencoba untuk terlibat dalam pembicaraan keempat bersahabat tersebut.

"Hidup tanpa bisa milih itu nyiksa banget Pin. Apalagi kalau lihat teman yang lain udah ngomongin rencana mereka ke depannya" lanjut James mencoba untuk menjelaskan pada Josephine.

"Hidup susah bukan hidup yang menyenangkan juga. Punya rencana tapi gak mampu karena ekonomi juga kan susah" balas Josephine yang tidak lagi mendapat balasan dari keempatnya.

"Yaudah kita balik dulu ya. Jangan lupa nanti malam datang ke hotel bokap gue ada acara kecil-kecilan. Jangan lupa bawa doi lo pada" pamit Theo kepada ketiga sahabatnya sambil menggandeng tangan Josephine.

"Kecil-kecilan beneran ini?"Tanya Austin terkekeh.

"Ya lo paham lah. Ramein aja ya entar, gue cuman ngundang lo pada ini teman gue" balas Theo.

"iya iya ngerti brother. Lo mana pernah dekat ama teman yang lain. Tadi lo foto bareng mereka aja gue kaget" ledek William yang menimbulkan tawa dari yang lainnya.

"Hahaha yaudah kita balik dulu ya" pamit Theo dan Josephine

Setelah selesai berpamitan dan meninggalkan cafe tersebut, kini Josephine dan Theo sedang berada di dalam apartemen Theo. Apartemen mungkin bukan sebutan yang tepat untuk menggambarkan tempat ini. Penthouse, mungkin itu sebutan yang lebih tepat.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status