Share

Sayur Pakis

Ana bangun mendengar suara berisik di sebelahnya. Luka di leher telah mengering sepenuhnya. Hanya saja menyisakan bekas bahwa ia pernah terluka dua kali di sana.

“Dari mana?” tanya Ana pada lelaki yang menggendong putrinya.

“Wilayah kekuasaan Arya.”

“Ngapain?”

“Jalan-jalan dengan Batari.”

“Kenapa aku nggak diajak?”

“Ya, kau sedang tidur. Untuk apa diganggu.”

“Padahal aku kangen dunia luar. Pengen ke sana sebentar. Rumah orang tuaku gimana, galeri lukisanku juga. Terus rumah di Bukit Buas, puluhan tahun aku di sana.”

“Cucumu sudah lahir,” ucap Bagus yang paham kalau Ana rindu kehidupannya sebagai manusia biasa.

“Anak Andra? Kapan hamilnya?”

“Bukan Andra, tapi Nay.”

“Iya, aku tahu, Gus, nggak mungkin anak kita yang hamil. Pasti hamilin anak orang, kan?”

“Ya, terus masalahnya apa, Ana? Anak pertama kita sudah besar sekali. Aku saja tak pernah merawatnya dari dulu. Padahal dulu anak pertamaku juga lelaki yang hilang. Sepertinya takdirku tak baik kalau berurusan dengan anak le
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status