Sebenarnya, Nadia menyadari segala tindakan dan ucapan Gio.Akan tetapi, Nadia terlalu lemah untuk sekadar membuka matanya. Setelah mengalami stres berat selama beberapa hari terakhir, kondisi fisik dan mental Nadia sangat lemah.Setelah merasa dia sudah benar-benar aman, barulah Nadia tertidur dengan pulas....Dua hari kemudian.Ketika Nadia bangun, Gio sedang berbaring di sampingnya. Hal pertama yang Nadia lihat setelah membuka matanya adalah garis wajah Gio yang tegas.Matanya yang hitam legam itu tampak terpejam dengan erat. Sepertinya, sudah beberapa hari Gio tidak tidur.Bahkan saat tidur pun dahi Gio tetap mengernyit.Jangan-jangan kondisi Gio menjadi separah ini karena mengkhawatirkan Nadia?Nadia jadi merasa terharu. Dia menoleh, lalu melihat cairan infus yang tergantung di sampingnya.Dari ekor matanya, Nadia juga bisa melihat semangkuk bubur lengkap dengan telur yang diletakkan di samping tempat tidurnya.Nadia refleks menelan ludahnya. Dia ingin sekali menyantap bubur itu,
Ucapan Sena membuat perasaan Nadia menjadi berkecamuk.Sebenarnya, Nadia mendengar seruan Gio saat itu."Selain itu, Bibi Ratih juga bilang Pak Gio hanya makan beberapa suap setiap harinya selama tiga hari kamu menghilang," lanjut Sena lagi sambil mendecakkan lidahnya."Kamu banyak ngobrol dengan Bibi Ratih, ya?" tanya Nadia.Sena mengangguk dengan keras, "Lagi pula, aku tidur di bawah sepanjang malam ketika kamu kembali dan Bibi Ratih merawatku dengan baik.Lalu aku menyampaikan pendapatku dengan halus. Yang paling penting adalah Pak Gio benar-benar mengancam Yuvira hanya untuk menemukanmu!"Nadia sontak menjadi kebingungan.Sena pun menyampaikan apa yang Bibi Ratih beritahukan kepadanya."Gio mengancam akan menggugurkan anaknya?" tanya Nadia dengan mata yang terbelalak kaget."Iya, Bibi Ratih yang bilang begitu. Ugh, sebenarnya aku sih berharap Gio memang menggugurkan anak itu!" kata Sena sambil cemberut."Dengan begitu, ketiga calon bayimu ...."Sena sontak menutup mulutnya.Nadia m
"Berani-beraninya kamu mencari ribut begini denganku cuma demi selingkuhanmu!" maki Ian dengan murka.Gio sudah gila, ya! Berani-beraninya pria itu datang dan berkata seperti ini!Gio perlahan berdiri dan menatap Ian dengan mata dingin."Kalau begitu, aku juga nggak akan memedulikan persahabatan di antara keluarga kita lagi.""Gio! Kamu pikir kamu sehebat itu sampai bisa menguasai Kota Mesia sendirian, hah!" tanya Ian dengan marah."Sepertinya, Tuan Besar Ian sudah terlalu tua untuk bisa membaca situasi saat ini dengan jelas," sahut Gio."Tanpa Gavin, Keluarga Wren nggak mungkin masih bisa tetap berkuasa seperti sekarang, 'kan?"Setelah berkata seperti itu, Gio pun membalikkan tubuhnya dan berjalan pergi.Ian hanya menatap punggung Gio dengan tubuh yang gemetar menahan amarah.Beberapa saat kemudian.Ian bisa kembali berpikir jernih. Dia langsung mengambil ponselnya dan menelepon Brian....Dalam tiga hari.Perusahaan MK menyerang satu per satu perusahaan yang dinaungi oleh Keluarga Wr
Yuvira tercengang, bagaimana Kak Hedi pulang secepat ini? Dia 'kan baru menjalani operasi plastik sebulan yang lalu?Kalau Kak Hedi tahu sekarang Yuvira berada di kediaman Keluarga Wren, bisa-bisa pria itu akan mengancamnya gila-gilaan.Apalagi kondisinya sekarang, Gavin selalu mengawasi setiap gerak geriknya.Cepat atau lambat, dia akan ketahuan kalau diam-diam bertemu dengan Kak Hedi.Yuvira menggigit bibir bawahnya, tiba-tiba suatu ide tebersit di benaknya.Dia tahu apa yang harus dilakukan!Sekali tepuk dua lalat mati! Dia punya cara untuk melenyapkan Nadia dan Kak Hedi sekaligus!Yuvira pun menjawab, "Kak Hedi, selamat ya sudah pulang. Ah, aku mau memberitahumu sesuatu."Kak Hedi menyahut, "Nanti saja kita bicarakan waktu ketemu, aku kangen sekali padamu!"Yuvira berkata, "Kak Hedi jangan buru-buru, sekarang aku ada di rumah Keluarga Wren."Kak Hedi pun terkejut, "Hah? Keluarga Wren? Maksudmu keluarga tiga teratas di Kota Mesia itu?"Yuvira menjawab, "Ya, jadi kita harus hati-hati
Seorang pelayan menyambut kedatangan Yuvira dan mengantarnya menemui Brian.Yuvira tersenyum anggun lalu menyapa dengan ramah, "Halo Paman Brian, terima kasih sudah mengundangku datang hari ini."Kemudian, Yuvira membungkuk hormat.Brian melirik Yuvira dari kepala sampai ujung kaki, lalu menatapnya dengan tatapan dingin dan menyahut singkat, "Duduklah."Yuvira mengangguk kecil, menyerahkan hadiah yang dia bawa pada pelayan, lalu duduk.Brian memulai pembicaraan, "Hari ini aku memanggilmu datang karena ada yang ingin kutanyakan, bagaimana pendapatmu tentang Nadia."Yuvira terdiam sesaat. Di saat seperti ini harusnya dia menunjukkan kebaikan dan kemurahan hati sebagai tunangan Gio bukan?Yuvira pun menjawab, "Paman Brian, Nadia sudah bekerja untuk Gio selama tiga tahun, selama ini dia sudah bekerja keras dan memberi yang terbaik.""Selama tiga tahun itu pula dia sering berada di sisi Gio, kamu nggak merasa cemburu?" tanya Brian dengan nada menyelidik."Nggak," jawab Yuvira sambil terseny
Nadia terkejut mendengar suara dari samping, dia pun menoleh.Sejak kapan Gio tidur di sampingnya?Kenapa dia tidak merasa ada orang yang menyelinap?Nadia langsung menutupi kepanikannya dengan menunduk, lalu menjawab, "Ya, aku mimpi buruk."Gio yang sudah terbangun pun duduk dan menghiburnya, "Hanya mimpi saja, nggak akan jadi kenyataan. Jangan terlalu dipikirkan ya."Nadia menggigit kecil bibir bawahnya dan mengubah topik pembicaraan, "Kapan kamu masuk?""Mungkin sekitar jam tiga pagi, sudah terlalu larut jadi aku nggak membangunkanmu ...." Gio menyibak selimut lalu turun dari kasur.Nadia menatap wajah pria tampan yang terlihat lelah itu, lalu bertanya, "Kamu dan Keluarga Wren ....""Nggak perlu kamu pikirkan, fokus saja dengan kesehatanmu sendiri."Gio merapikan piamanya lalu berjalan menuju ruang ganti.Nadia menggigit bibirnya, berpikir sejenak lalu bertanya, "Gio, kamu serius dengan perkataanmu pada Yuvira waktu itu?"Gio berhenti melangkah dan menoleh ke arahnya, "Yang mana?""
Nadia meletakkan ponselnya kembali, raut wajahnya tidak enak dilihat.Sebenarnya mau apa Yuvira?Sebenarnya wajar kalau Yuvira mengetahui hal yang tidak dia tahu, yang membuat Nadia bingung adalah kenapa Yuvira memilih untuk memberitahunya?Kafe Dellanova di Jalan Bahrama terletak di lokasi kalangan orang berada, senekat apa pun Yuvira, wanita itu tidak mungkin berani menyerangnya di depan umum.Malam harinya.Waktu sudah menunjukkan pukul setengah sebelas malam saat Nadia selesai membereskan urusannya.Melihat sepertinya malam ini Gio tidak pulang, Nadia pun pergi ke kamar Bibi Ratih.Nadia melihat lampu kamar Bibi Ratih masih menyala, jadi dia pun mengetuk pintu.Bibi Ratih membuka pintu dan langsung menyambut Nadia masuk."Kenapa sudah semalam ini masih belum tidur?" tanya Bibi Ratih sambil menuangkan segelas air hangat untuk Nadia.Nadia menyesapnya, lalu berkata, "Bibi Ratih, besok aku mau keluar sebentar.""Keluar?" Bibi Ratih tertegun, "Kamu nggak takut dengan kedua keluarga itu
Brian?Suara Yuvira terdengar makin kabur, pandangan Nadia mulai menggelap dan akhirnya dia jatuh pingsan.Nadia terbangun dan mendapati saat ini dia berada di kamar sewaannya.Nadia bisa mencium bau darah yang menyengat, menyadari ada yang tidak beres, dia pun bangun dan duduk.Baru saja dia hendak turun dari ranjang, tangannya terasa sedang menggenggam sesuatu yang keras.Nadia melirik tangannya dan mendapati dia sedang menggenggam belati berlumuran darah.Nadia kaget setengah mati dan langsung membuang belati itu.Saat ini, Nadia baru menyadari ternyata sekujur tubuhnya juga berlumuran darah.Anehnya, dia tidak merasakan sakit di bagian tubuh manapun.Nadia bergidik, punggungnya terasa sedingin es. Dengan tubuh gemetar dia turun dari kasur dan berjalan perlahan menuju ruang tamu.Tiba-tiba, kaki Nadia terasa lemas tidak bertenaga dan dia langsung jatuh terduduk. Semua ini terjadi saat Nadia mendapati ada seorang pria dengan mata membelalak terkapar berlumuran darah di ruang tamunya.