Setelah berpikir selama beberapa saat, Nadia tiba-tiba bangkit berdiri dan berjalan menuju kamar anak-anaknya.Timmy kaget sekali saat Nadia membuka pintu kamar, dia refleks menutup layar laptop.Nadia menatap laptop itu, lalu bertanya dengan nada serius, "Kamu lagi nonton apa, Timmy?""Kartun, Ibu," jawab Timmy dengan perasaan bersalah."Kalau cuma kartun, terus kenapa kamu mematikan laptopmu dengan panik begitu?" tanya Nadia.Timmy langsung memutar otak mencari alasan. "Aku nggak mau Ibu merasa aku nggak membuat kemajuan."Selama ini, Nadia tidak pernah memaksa Timmy mengaku.Nadia beranggapan bahwa anak-anak harus diberikan ruang privasi tersendiri.Akan tetapi, masalah hari ini bukanlah masalah sepele.Orang dewasa saja pasti akan merasa malu melihat adegan tidak senonoh dalam video itu, apalagi anak-anak yang pola pikirnya masih dalam proses perkembangan?Karena Timmy masih belum mau mengaku, Nadia pun menarik napas dalam-dalam. Dia melangkah menghampiri anaknya, lalu duduk di seb
Kelab Awan, Kota Mesia.Hari ini adalah hari di mana Nadia Jihan lulus kuliah.Nadia tidak sempat pulang untuk merayakannya.Karena dia diberi obat perangsang, lalu dijual oleh ayah kandungnya kepada sekelompok pria tua menjijikkan seharga 200 juta.Nadia melarikan diri dari sebuah ruangan gelap, tetapi kewarasannya hampir hilang karena efek obat di tubuhnya.Dia berjalan menelusuri koridor. Wajahnya yang kecil memerah tampak menggoda. Matanya yang menatap ke arah sekelompok pria yang berjalan mendekat itu memancarkan rasa ketakutan."Jangan mendekat! Atau ... aku panggil polisi ...!"Pria yang berdiri paling depan menyeringai. Sambil mengangkat cambuk di tangan, dia mendekati Nadia dan berkata, "Panggil saja! Kita lihat, polisi yang datang duluan atau kami yang menikmatimu sampai puas duluan.""Cantik, jangan takut, kami akan buat kamu merasa nikmat ...."Kesadaran Nadia makin menipis. Suara yang masuk ke telinganya terdengar seperti dengungan.Nadia tahu bahwa ayahnya kecanduan judi.
Tentu saja Nadia tidak percaya dengan ucapan Gio.Ketika masih kuliah, ada banyak temannya yang memuji tahi lalat merah di daun telinga itu terlihat sangat cantik.Namun, Nadia merasa tidak mungkin seorang direktur Perusahaan MK yang bermartabat itu mempekerjakannya dengan gaji 200 juta per bulan hanya karena sebuah tahi lalat.Nadia terheran-heran, dia tidak tahu dirinya atau Gio yang sudah gila?Kemudian, Gio berdiri tegak dan perlahan mengancing kembali kemejanya. Gerakannya terlihat sangat elegan."Aku nggak akan paksa orang lain. Kamu harus pikir baik-baik sendiri," ujar Gio lalu berbalik dan pergi.Di depan pintu kamar. Yuda Salim, sang asisten, telah lama menunggu di sini.Dia agak terkejut ketika melihat ada memar samar di bawah mata Gio.Hanya melihat itu, Yuda pun tahu Gio yang selalu protektif pada diri sendiri itu, semalam tidak hanya melanggar aturannya sendiri, tetapi juga melakukan "pertempuran" yang sedikit panas.Setelah sadar kembali, Yuda buru-buru melapor kepada Gio
Nadia mengernyit sambil bertanya kepada rekan wanita yang berada di depan pintu, "Apa yang terjadi di dalam?"Mendengar suara Nadia, rekan wanita itu pun menoleh ke belakang."Bu Nadia, ada seorang wanita datang melamar kerja, tapi dia ketahuan pakai resume orang lain oleh supervisor. Awalnya, wanita itu hanya didiskualifikasi dari wawancara, tapi wanita itu nggak terima dan mulai buat keributan di sini," jawab rekan wanita ini."Oh, ternyata begitu."Setelah mengetahui apa yang sedang terjadi, Nadia pun masuk ke ruang HRD.Saat ini, sang supervisor sedang bertengkar dengan seorang wanita berpenampilan cantik yang berpakaian minim.Melihat kedatangan Nadia, sang supervisor buru-buru menghampiri untuk minta bantuan, "Bu Nadia, bantulah aku. Wanita ini, Yuvira Lingga, dia sudah menjiplak rancangan desain orang lain untuk bisa wawancara, tapi masih nggak merasa bersalah!"Nadia hanya mengangguk, lalu berjalan menghampiri wanita itu dan berkata, "Aku sudah dengar masalahmu. Lebih baik kamu
Keesokan hari. Di Pondok Asri, area kediaman pribadi Gio.Begitu waktu menunjuk setengah tujuh, Nadia sudah bangun dan pergi menyiapkan sarapan untuk Gio.Dia pindah ke rumah Gio sejak hari pertama menjadi kekasih rahasia Gio.Sejak saat itu, dia yang mengurus semua makanan dan keperluan sehari-hari Gio.Nadia adalah sekretaris, kekasih dan pembantu Gio.Ketika Gio bangun, sarapan sudah tersedia di meja.Melihat Gio turun tangga sambil mengenakan dasi, Nadia langsung menyapanya."Biar aku bantu, Pak Gio," ujar Nadia.Tangan Gio berhenti. Dia membiarkan Nadia merapikan dasinya dengan hati-hati.Nadia tidak termasuk pendek. Tingginya ada 170 cm, tapi kepalanya hanya mencapai dada Gio.Gio menunduk. Aroma rambut Nadia tercium jelas olehnya.Seolah-olah terkena sihir, tubuhnya pun menjadi panas."Pak Gio, sudah selesai ...."Begitu Nadia menengadah, tangan besar Gio meraih bagian belakang kepala Nadia.Lidah Gio, yang beraroma daun min itu, bagaikan ular yang menggeliat, menembus sela-sela
Suara getar ponsel di atas meja membuat Nadia tersadar dari lamunannya.Melihat panggilan itu dari Sam Fabian, dokter yang merawat ibunya, Nadia buru-buru mengangkatnya."Dokter Sam! Apa terjadi sesuatu dengan ibuku?" tanya Nadia dengan gugup."Nadia, sekarang kamu ada waktu datang ke rumah sakit?" balas Sam.Nada bicara Sam yang ganjil membuat Nadia seketika berdiri dan berkata, "Ada! Aku akan segera ke sana!"Dua puluh menit kemudian.Nadia hanya mengenakan kemeja kerjanya. Dia turun dari mobil di pintu masuk rumah sakit.Embusan angin dingin membuat Nadia tiba-tiba bersin. Dia tergesa-gesa masuk ke dalam rumah sakit.Begitu keluar dari lift, dia melihat seorang pria berjaket kulit berdiri di depan kamar rawat ibunya.Sambil mengapit sebatang rokok di mulutnya, dia marah-marah kepada Sam.Begitu melihat pria itu, Nadia mengepalkan tangannya dan berjalan dengan cepat.Suara langkah kaki Nadia membuat Sam dan pria itu menoleh.Melihat kedatangan Nadia, pria itu tersenyum dan mencibir,
"Hal apa?" tanya Nadia kepada ibunya.Karin membuka matanya, melihat ke langit-langit, lalu menarik napas dalam-dalam."Nad, sebenarnya kamu bukan ....""Karin!"Perkataan Karin terpotong oleh seseorang. Orang itu muncul mendadak dan terlihat sempoyongan di pintu kamar.Ketika Karin dan Nadia menoleh, pria itu sudah masuk ke dalam.Tubuh pria itu diselimuti bau alkohol dan rokok. Wajahnya ditutupi janggut yang belum dicukur. Dia berjalan ke samping tempat tidur dan duduk di seberang Nadia."Kak Rudi nggak mengusikmu, 'kan?" tanya pria itu."Ngapain kamu ke sini? Apa kamu nggak tahu, kamu sudah menimbulkan banyak masalah untuk kami!" seru Karin dengan kesal.Pria yang bernama Wino Jihan ini berdecak, lalu melirik ke arah Nadia sambil berkata, "Nak, kamu keluar dulu. Ada yang ingin Ayah bicarakan dengan ibumu. Hanya sebentar."Nadia menoleh ke Karin dengan cemas. Karin membalas tatapan Nadia dengan anggukan.Nadia tidak punya pilihan selain mengikuti keinginan ibunya. Sambil menatap Wino
Nadia yang berdiri di depan Gio terlihat bingung. Kemudian menyapanya dengan suara rendah, "Pak Gio."Gio meliriknya dengan dingin sambil berkata, "Semalam, kenapa nggak pulang?""Saya sakit," jawab Nadia sambil menunduk."Sakit, tapi nggak bisu, 'kan? Apa kamu nggak bisa beri tahu aku?" ujar Gio dengan ketus.Nadia mengernyit dan berkata, "Bukan begitu, aku tertidur setelah minum obat. Bukan sengaja nggak memberitahumu."Gio menahan amarahnya, tetapi suaranya menjadi lebih dingin, "Kamu tertidur atau sengaja nggak bilang karena ingin menemani pria lain? Hah?"Mendengar itu, Nadia langsung menengadah dan berkata dengan terkejut, "Pria lain? Siapa?"Mata Gio menjadi sinis dan berkata dengan sarkas, "Aku yang harus bertanya padamu, 'kan?""Nadia?"Sebelum Nadia mengerti maksud Gio, terdengar suara yang hangat memanggilnya.Sekejap, Nadia ingat bahwa Sam berbicara dengannya saat menerima panggilan dari Gio.'Mungkinkah pria yang Gio maksud adalah Dokter Sam?'Nadia melihat Sam yang datang