Nadia menggerakkan tubuhnya pelan, memunggungi Gio.Dia sungguh tidak ingin melihat wajah Gio lagi. Karena hanya akan membuat hatinya semakin merana.Nadia yang bergerak membuat Gio, yang sedang melihat dokumen, tiba-tiba mengangkat kepalanya.Gio segera berdiri dan berjalan ke kasur. Dia membuka mulutnya, tetapi tidak tahu harus berkata apa.Gio terdiam beberapa saat, lalu berbalik dan keluar dari kamar itu dan memanggil Ratih untuk ke atas.Ratih membawakan makanan dan memanggil Nadia dengan pelan, "Nona Nadia?"Nadia perlahan membuka matanya dan menjawab dengan tenang, "Ya.""Baguslah kamu sudah sadar. Ini minum sup dulu. Beberapa hari ini kamu hanya mengandalkan cairan infus. Sekarang, perutmu pasti nggak nyaman," ujar Ratih.Nadia tertegun, lalu menoleh ke Ratih dan bertanya, "Sudah berapa lama aku nggak sadarkan diri?""Tiga hari. Selama tiga hari ini, Tuan juga hampir nggak tidur. Dia selalu menyeka tubuhmu dengan handuk panas setiap satu jam," jawab Ratih."Jangan bicarakan dia
Nama Gavin muncul di layar ponsel Nadia.Nadia mengangkat panggilan itu dengan sedikit lelah, "Tuan Muda Gavin, ada apa?""Nadia, kamu di mana?" tanya Gavin yang suaranya terdengar sedikit lelah."Tuan Muda Gavin, langsung bicara saja ada apa," balas Nadia.Gavin terdiam sejenak dan berkata, "Menurutku Yuvira bukan adikku.""Apa ini ada hubungannya denganku?" tanya Nadia dengan sangat tenang."Kamu di Pondok Asri, 'kan?""Ya.""Nadia, apa kamu bisa melakukan tes DNA denganku?" tanya Gavin."Tuan Muda Gavin, bukannya kamu sudah melakukan tes DNA dengan Yuvira? Kalau sudah, berarti memang dia adikmu," ujar Nadia."Untuk apa kamu masih mencariku? Apa kamu ingin jadi bahan tertawaan orang lain?""Aku nggak percaya dengan hasil ini. Nggak apa-apa kalau kamu nggak bersedia. Aku tetap akan lanjut menyelidiki sendiri," ujar Gavin dengan pasrah.Nadia heran melihat sikap Gavin yang entah mengapa masih bersikeras seperti itu.'Keluarga Wren nggak mungkin nggak berhati-hati dalam mencari anggota
Karena perkataan Yuvira, makan bersama biasa langsung berubah menjadi sedang berkencan.Nadia menatapnya dengan dingin. Sebelum Nadia dapat berbicara, Gavin di sampingnya berbicara dahulu."Gio, lama nggak bertemu."Suara Gavin yang lembut seperti angin sepoi-sepoi, membuat hati Nadia yang sedikit gelisah perlahan-lahan menjadi tenang.Selain itu, Nadia sekarang sudah tidak ada hubungan dengan Gio, jadi dia tidak perlu khawatir Gio akan salah paham.Sorot mata Gio samar-samar terlihat dingin sambil berkata, "Suasana hatimu lagi bagus, ya?""Lumayan," jawab Gavin sambil tersenyum.Yuvira menatap Gio dan berkata, "Gio, Nadia dan pria ini terlihat sangat serasi, ya?"Tidak ada emosi di mata dalam Gio. Diam mengatupkan bibirnya dan mengeluarkan suara "hmm".Gavin melirik Yuvira sejenak lalu menoleh ke Nadia dan berkata, "Ayo pergi? Aku akan antar kamu pulang."Nadia ingin mengatakan "nggak perlu", tetapi Gavin lanjut berkata, "Nggak aman di sana pada malam hari."Teringat anak di dalam kan
Nadia berbalik dan mengambil ponselnya.Nadia mengernyit ketika melihat panggilan itu dari nomor tidak dikenal.'Siapa yang menelepon jam segini?'Nadia membuka selimutnya dan keluar dari kamar dengan pelan. Setelah mengangkat panggilan itu, Nadia menunggu orang yang menelepon berbicara terlebih dahulu."Halo? Apa benar ini Bu Nadia? Saya adalah petugas lapas di Kota Mesia."'Penjara?'Nadia merasakan firasat buruk. "Ada apa?" tanyanya."Ayahmu meninggal di penjara pada pukul 03.52. Datanglah besok untuk mengambil jenazahnya."Tercekat oleh berita tersebut pikiran Nadia menjadi kosong.Wino ....''Meninggal?'Nadia perlahan meletakkan ponselnya dan matanya dipenuhi rasa tidak percaya.Meskipun Nadia benci terhadap Wino, Wino pernah bekerja untuk menghidupi keluarga ketika Nadia masih kecil.Sambil menahan rasa sakit di dadanya, Nadia terjatuh lemas di atas sofa.'Kenapa semua ini terjadi begitu mendadak?'....Keesokan hari.Gio yang sudah mengetahui kejadian tersebut ikut pergi ke pen
Nadia sedikit terkejut ketika mendapati dirinya berada di kamar Gio.Nadia mengusap keningnya, dia tidak ingat bagaimana Gio membawanya kembali.Terdengar suara langkah kaki mendekat dan Gio muncul di hadapannya."Apakah kamu sudah bangun?" Gio berjalan ke tempat tidur, menatap Nadia dan bertanya, "Kamu sudah sadar, ya?"Nadia meliriknya dengan marah. 'Apa masih perlu ditanya?'Melihat tatapan Nadia itu, raut wajah Gio berubah menjadi masam dan berkata, "Apa kamu nggak punya hati nurani? Kamu bahkan nggak berterima kasih padaku setelah membawamu kembali?"“Terima kasih," balas Nadia sambil menunduk.Nadanya begitu datar sampai-sampai terasa tidak ada rasa berterima kasih.Gio menelan ludah beberapa kali.'Dia selalu punya cara untuk membuatku marah!'Sesaat kemudian Gio bertanya lagi, "Kenapa pola makananmu sangat buruk? Apa kamu sangat senang kekurangan nutrisi?"Nadia mengatupkan bibirnya tidak mengatakan apa pun. Sambil menahan rasa pusingnya, Nadia membuka selimut dan hendak turun
Di dalam taksi, Nadia mencari alamat Panti Asuhan Pelangi di peta.Panti Asuhan Pelangi terletak di pinggiran barat kota. Butuh dua jam perjalanan untuk ke sana dari tempat tinggal Nadia.Nadia kemudian mentransfer uang untuk melunasi sisa pembayaran ke Carlos.Nadia harus mengakui bahwa efisiensi Carlos dalam melaksanakan tugasnya sangat tinggi.Nadia: "Paman Carlos, aku ingin tahu bagaimana Paman menyelidikinya?"Kurang dari satu menit setelah pesan terkirim, Carlos menelepon.Carlos menjelaskan, "Aku nggak menggunakan identitasmu untuk menyelidikinya, tapi Karin, dia memiliki catatan adopsi.""Tapi, ada yang aneh. Informasi yang kudapatkan hanya tercantum nama panti asuhan tempat kamu berada, tapi tidak tercantum namamu sebelumnya.""Kalau kamu bisa beri tahu namamu sebelumnya, mungkin aku bisa mendapatkan informasi yang lebih berguna."'Namaku sebelumnya?'Nadia tercengang. Dia ingat ibunya pernah memberitahunya bahwa dia menderita penyakit serius ketika masih kecil.Penyakit itu m
Gio tidak menghiraukan perkataan Erik.Brian sangat mengenali temperamen Gio, jadi dia segera menekan sebagian amarahnya."Gio, katakan padaku, wanita seperti apa yang bisa membuatmu memutuskan untuk bertunangan dalam waktu sesingkat itu?"Gio menatap Brian dengan dingin dan berkata, "Apa kamu lupa apa yang terjadi padaku ketika berumur 8 tahun?"Ekspresi Brian dan Erik seketika tampak kaku."Kamu sudah menemukan gadis yang menyelamatkanmu?" tanya Brian."Ya," jawab Gio dengan suara yang rendah.Brian kehilangan kata-kata. Selama bertahun-tahun, semua orang tahu bahwa putranya sedang mencari gadis itu.Brian bersyukur gadis itu telah menyelamatkan putranya, tetapi wanita yang akan menjadi menantu Keluarga Cakra harus memiliki latar belakang yang setara."Kalau sudah menemukannya, kamu hanya perlu memberinya sejumlah uang dan rumah. Kenapa harus menikahinya?" tanya Brian."Kalau nggak ada dia, apa menurut Ayah aku masih bisa duduk di sini?" tanya Gio sambil tersenyum dingin."Gio!" seru
Gio kebetulan tiba di panti asuhan ketika dia menerima telepon dari Nadia.Melihat nama yang tertera di layar ponsel itu, Gio sedikit mengernyit. 'Kenapa jam segini dia meneleponku?'Begitu Gio mengangkat panggilan itu, terdengar suara batuk keras Nadia."Gio! Tolong aku!" teriak Nadia dengan mendesak.Seketika, raut wajah Gio berubah menjadi serius dan bertanya, "Kamu di mana?""Panti Asuhan Pelangi! Aku ada di bangunan tua di belakang Panti Asuhan Pelangi!""Ada orang, uhuk ... uhuk ... yang sengaja menyalakan api dan mengunciku di dalam ruangan, uhuk ... uhuk ....""Gio, tolong aku, aku nggak bisa keluar!"Mendengar itu, Gio langsung menengadah dan melihat ke panti asuhan. Aura dan tatapannya langsung terlihat menakutkan dan panik.Gio segera turun dari mobil sambil berkata, "Nadia, sekarang tutup mulutmu dan berdiri di dekat ventilasi. Aku segera ke sana!"Menyadari ada yang aneh, Yuda segera keluar dari mobil dan bertanya, "Tuan Gio, apa yang terjadi?""Bawa orang-orang kita ke ba