"Jadi benar yang dikatakan oleh Rindu bahwa kalian bercerai gara-gara selertaris kamu yang binal itu! Tidak cukupkah aku saja yang kamu jadikan pelampiasan, Tantrama!"
Wajahnya terlihat memerah dan menegang. Rahangnya tampak mengeras hingga ototnya terlihat sangat jelas membuat sosok Sahira semakin menatap wajah tampan itu.Tak ada rasa takut sedikitpun saat melihat sosok tampan itu murka dan marah. Rasanya Sahira sudah kehilangan akal sejatinya. Kewarasannya sudah sirna melihat mantan adik iparnya tersebut sekarang sudah berstatus duren itu. Duda keren yang sudah dia incar sebelum bercerai dengan adik kandungnya, Rindu. Bahkan Sahira rela melepas Raja Katarajasa, suaminya demi mengejar dan mendapatkan sosok Tantrama yang memang mempesona dan memikat setiap kaum hawa."Jaga bicaramu, Sahira. Apa yang kamu katakan itu tidak benar. Aku bukan tipe laki-laki yang seperti yang kamu sebutkan." Sahira terkejut menatap wajah Tantrama."Apa kamu bilang! Jadi selama ini apa yang kamu lakukan itu apa, Tantrama! Kamu benar-benar laki-laki brengsek!"Kemarahan Sahira tak terbendung lagi. Dia merasa kalau Tantrama benar-benar keterlaluan. Awalnya merasa sangat senang saat mengetahui Rindu, adiknya menggugat Tantrama, suaminya.Namun setelah perceraian itu, dia mendapatkan sebuah berita dan kabar bahkan menemukan bukti perselingkuhan Tantrama dengan sekertarisnya yang bernama Sasti.Sahira bukan murka lagi. Tapi ngamuk dan menerima kenyataan bahwa laki-laki yang sangat diinginkannya selama ini sudah berpaling ke lain hati.Tantrama yang melihat Sahira sudah tak terkendali segera meninggalkan wanita cantik itu. Dia tidak mau peduli dengan wanita yang baru beberapa lama menjadi janda itu.Sahira semakin meradang bahkan kini dia tak punya kendali untuk mencegah dan mengontrol sosok pria tampan yang sudah membuatnya menjadi menggelora itu.Berbeda dengan Rindu yang sudah keluar dari rumah sakit. Wanita itu sepertinya sedang menerima panggilan telpon yang penting hingga dirinya menyempatkan untuk menghentikan langkah kakinya menuju ke parkiran mobil.“Congratulation, bidadari tangguh.” Rindu hanya menerbitkan senyum tipis meskipun dia lahan aka yang diucapkan sahabatnya itu tidaklah dari hati yang paling dalam.Winda tahu betul bahwa sahabatnya, Rindu sangat menderita.“Setidaknya satu beban sudah lenyap. Meskipun akubgahhnaaat ini kamu sangat terluka dalam. Fokus Sam ape hem ubanmu dan juga karierku yang cemerlang, Cantik.”Sekali lagi kalimat penuh dnegan semangat itu terdengar manis di telinga Rindu.“Terima kasih, Anin. Hanya kamu saat ini yang aku punya.” Aninfia Pratiwi, sosok wanita karier dengan prestasi cemerlang menghantarkan Fashion Group milik Rinfu ke ujung dunia membelah bisnis internasional itu menelan salivanya saat mendengar isak tangis dari sahabat terkasihnya itu.“Apa hari ini ada kabar buruk lagi?” Rindu mengangguk walaupun dia sadar bahwa Anindia tudak melihatnya.“Aku tidak bisa menjemputmu karena sedang perjalan ke kuar kita tapi pengawal sera asisten pribadi yang kamu minta sudah aku siapkan dan saat ini sedang menuju ke lokasi di mana kamu berada. Jadi tunggu ya , Sayang.”Rindu tertegun dengan tangan kiri sudah membuka pintu mobil.“Aku sudah memberikan nomor pribadi kamu yang bisa menghubungkan dia dengan diriku. Pokoknya kamu tunggu di mobil sampai dia datang. Nggak lama kok.”Rindu menghela napas dan sekali lagi mengangguk seolah Anindia mengetahui jawaban yang dia berikan. Hingga akhirnya pembicaraan itu berakhir dan Rindu memejamkan mata mencobq mengurangi pedih matanya hari ini.Tok! Tok!Sedikit terkejut bahkan kekagetan itu tampak jelas dari raut wajah cantik Ribdubsaat dia membuka matanya dengan berat. Samar-samar terlihat jelas di luar pintu kaca mobilnya sosok oria sedang berdiri dan mengetuk kaca mobilnya dengan perlahan.Rindu menurunkan kaca mobil tersebut lantas menatap wajah tampan dengan l postur tubuh tinggi tegak yang seketika membuat salivanya wanita berstatus janda itu tertekan begitu saja.Sedikit terpana karena mengagumi indahnya ciptaan Tuhan.“Duke!”Pria itu mengangguk dnegan hormat membuat Rindu seketika membuka pintu. Pria yang bentakan Duke itu sedikit menyingsut untuk memberikan jalan kada wanita dewasa tersebut.“Aku rasa Anindia sudah menjelaskan semua. Karena kamu rekomendasi dari dia.” Sekali lagi peia bernama Duke itu mengangguk.Tak banyak bicara bahkan terkesan lebih diam pria itu segera masuk ke dalam mobil menggantikan posisi Rindu mengemudi.“Jalan ke kantor saja, Duke. Di sana mamu bisa mempelajari semua tugas kamu dan beradaptasi dengan karyawan lain.”Duke lagi-lagi hanya mengangguk dan itu yang disuka dari Rindu. Tak perlu dia harus berinteraksi dengan pengawal sekaligus asisten barunya itu. Cukup dia yang memerintah dan Duke mengangguk. Baginya itu cukup.Setengah kerjakan Rindu kembali memejamkan matanya. Rasa kantuk yang menyerangnya itu akibat beberapa menit lalu ada injeksi yang dia terima dari Dokter Lucas untuk membuatnya bertahan hidup.“Nyonya. Kita sudah sampai,” ucap Duke sambil menoleh dan mendapati bos barunya itu tengah terlelap.“Nyonya. Kita sudah sampai.” Kembali Duke menciba membangunkan Rindu. Kali jnj oria tampan itu sedikit mendekatkan jaraknya dnegan Rindu yang terlihat sangat lelap sekali.Saat Duke sedang menatap dalam ke arah Rindu tiba-tiba wanita dewasa itu membuka matanya dan hampir melakukan pergerakan ekstremnya saat melihat sosok Duke sangat dekat jaraknya dengan dia.“Maaf, Nyonya. Hanya ingin memberitahukan bahwa kita sudah sampai.”Rindu mengangguk lantas menarik tubuhnya yang sedikit berbaring utu agar bisa duduk tegak. Duke sendiri sudah kembali ke posisinya semula. Pria itu tampak dingin dan acuh tak acuh.“Kita ke dalam kantor, Duke,” ucap Tinfu kanta membuka pintu mobilnya yang diikuti oleh Duke si belakangnya.Dalam beberapa menit mereka sudah berjalan di lantai lobi menuju ruang karyawan hang ada di lantai 3.Kedatangan Rundu disambut dnegan akan heran oleh para karyawannya karena kali inj yang mengiringi bis cantik mereka bukan lagi sosok Tantrama, suaminya melainkan laki-laki berwajah bule hang terlihat sangat tampan sekali.“Selamat Siang, BU.”Rindu mengangguk lantas menghentikan langkahnya tepat di tengah meja karyawannya.“Minta perhatian sebentar. Hari ini saya akan memperkenalkan lada kalian asisten sekaligus pengawal batu saya. Namanya Duke. Pria blasteran dari Inggris. Jadi sia akan bekerja si kantor kita mulai hari ini. Mohon kerja samanya.”Seketika gaduh ini tak tertahankan setelah Tibfu menyelesaikan narasinya. Wanita itu sengaja membiarkan seluruh karyawannya gaduh untuk saling berasumsi tentang Duke yang detik ini juga resmi menjadi asisten dan pengawal pribadinya.“Sudah selesaikah kalian berbuat gaduh? Kalau sudah mari kita bekerja lagi.”Mendengar kalimat terakhir dari bos meeeka itu seketika itu juga seluruh karyawan itu hening dan kembali ke meja kerja meeeka masing-masing. Hal itu membuat sosok Duke menerbitkan senyum mautnya.Merasa sangat salut dnegan kekompakan seluruh karyawan yang ada di kantor Fashion Group. Kemudia pria itu mengikuti kembali langkah kaki Rindu yang berjalan menuju ke arah tuangan Direktur.“Ini meja dan tuangan kerja kamu, Duke. Kita hanya teroris ajakan oleh kaca yang gembus pancangan. Kamu bisa menghubungi Aku lewat telpon kantor kalau tidak ingin ke ruanganku.”Duke hanya mengangguk pelan mendengar penjelasan hang diberikan oleh Rindu.“Selamat bekerja, Duke.” Sekali lagi pria itu mengangguk lantas melihat kepergian Rindu ke ruangannya yang berada tepat di seberang meja dan juga ruangan kerjanya.“Semoga kamu baik-baik saja, Nyonya,” gumamnya dalam hati.“Siapa pria itu? Berani sekali menggantikan posisiku dengan dari pengawal dan asisten pribadi.”“Namanya Duke, Pak. Kurang tahu nama kepanjangannya. Karena Bu Tindu hanya menyebutkan nama panggilannya saja.”Ada helaan napas panjang yang terdengar dari soso Tantrama. Jelas kecemburuan itu terlihat dari wajah tampannya.“Baru sehari bercerai sudah mendapatkan pria baru. Begitu aku yang dituduh berselingkuh!” Dengan geram Tantrama berucap entah pada siapa. Yang jelas saat ini yangbada di ruangannya adalah sosok pria hang usianya tidak jauh dari dirinya.“Henry! Tetap awasi dan laporkan semua aktivitas di kantor itu terutama BU Rinfu dan pria baru itu!”Ada anggukan untuk menjawab perintah dari Tantrama. Laki-laki bernama Henry itu menunduk patuh.“Kamu boleh pergi!” Perintah itupun kembali dilaksanakan oleh Henry yang seketika itu berjalan keluar dari ruangan itu.Henry sempat terkejut saat melihat Sasti, sang sekertaris sudah berada di balik pintu.“Nona Sasti,” lirih Henry saat menat
"Dok."Dokter itu hanya menatap wajah Dike dengan tatapan sendiri. Bahkan ketika Duke serius untuk mendengarkan apa pun yang akan dikatakan dokter tersebut, pria tampan itu berjalan menuju ke arah ruangan kerjanya."Tak ada harapan lagi sebenarnya. Namun semnagat Nyonya Rindu yang membuat tubuhnya masih kuat bertahan sampai detik ini. Maka dari itu dia memutuskan untuk fokus pada dunianya sendiri karena tidak menginginkan semua orang yang ada di sekitarnya terluka."Duke menahan napas ketika dikter tampan itu menjelaskan semua yang terjadi pada Rindu. "Bahkan sampai mengorbankan pernikahannya yang memang sudah tak seumur jagung lagi. Bersyukur mereka belum mempunyai keturunan karena ini akan sangat menyakitkan Nyonya Rindu kalau sempat mengandung. Namun hal itulah yang memicu rumah tangga mereka berantakan. Berbarengan dengan semua moment ini, Nyonya Rindu memilih bercerai."Duke hapal betul dengan apa yang dikatakan oleh Dokter Lucas. "Saya tahu itu, Dok. Apa tidak ada tindakan khu
"Ternyata kamu tak lebih murahan daripada aku, Rindu!" Tiba-tiba ada pergerakan yang begitu ceoat sudah berada tepat di hadapan Rindu.Wanita itu tampak tak terkejut bahkan yang kaget setengah mati adalah sosom Duke yang berada di sampingnya. Ada sosok lain yang juga hampir saja mengeluarkan teriakan saat sosok Tantrama sudah berada tepat di hadapan Rinduu dnegan kata-kata sarkasnya."Tuan Tantrama. Apakah ada masalah dengan Anda saat melihat saya dalam pertemua tender ini?" tanya Rindu dengan wajah dan nada bicara tenang.Sedang sosok Tantrama yang saat ini menatap wajah Rindu yang terlihat pucat itu menggeram di dalam hati. Rupanya pria itu masih belum bisa mengendalikan dirinya akibat perceraiannya dengan wanita yang ada di hadapannya tersebut."Ada masalah apa Anda dengan Nyonya Rindu, Tuan. Tak bisakah Anda menjaga etika dan attitude. Ini di depan umum dan banyak orang melihat apa yang Anda lakukan pada Nyonya Rindu. Apakah Anda ini bisa disebut seorang laki-laki?"Bukk!Sebuah pu
Wajah itu pucat dengan mata terpejam. Ada kegelisahan yang kini sedang menyelimuti Rindu. Wanita itu berkali-kali menengok waktu di ponsel genggamnya."Aku harus pergi. Sudah waktunya aku menjnggalkan tempat ini," ucapnya segera mengambil langkah seribu karena memang ada hal penting yang tidak bisa dia tinggalkan.Namun baru saja dia membalikkan tubuhnya tiba-tiba terdengar suara memanggilnya."Rindu!" Tak lantas membalikkan tubuhnya, wanita dewasa itu menghentikan langkah kakinya."Jangan pergi! Aku membutuhkanmu." Ada desahan berat terdengar lirih dari Rindu. Wanita itu kemudian memutar tubuhnya menatap ke arah Tantrama yang saat ini masih berbaring di pembaringan rumah sakit."Maaf, Tantrama. Aku harus pergi. Ada pertemuan yang tidak bisa aku tinggalkan. Kamu bisa menghubungi keluargamu atau minimal selingkuhan kamu untuk menemanimu di rumah sakit. Jangan terlalu khawatir dengan kondisimu. Dokter bilang kamu hanya mengalami luka ringan dan sudah bisa kembali ke rumah dalam waktu dek
Ada senyum tipis namun samar menyelimuti bibir sosok itu lantas dengan cepat memasukkan ponsel genggamnya ke dalam tas kecil yang dia sengaja ditaruh di sofa sebelah dirinya mengemudikan mobil.Melajukan mobil itu meninggalkan gedung rumah sakit itu. Membiarkan Tantrama bergelut dan berperang batin dengan dirinya sendiri setelah dia mengetahui bahwa di dalam rahimnya kini ada janin yang sedang berkembang.“Selamat menikmati kesakitanmu, Rindu. Aku sudah membuktikan padamu siapa aku yang sesungguhnya.” Gumaman itu keluar dari bibir tipis Sahira. Sambil melajukan mobilnya, wanita yang berstatus janda itu saat bahagia dengan adanya janin di rahimnya.Janin yang nantinya akan membuatnya menjadi wanita yang bisa mengendalikan Tantrama dan menjatuhkan bahkan menyakiti sosok Rindu, adik kandungnya. Sedang Duke yang memabwa Rindu terus melajukan mobilnya dengan kecepatan maksimal."Nyonya. Are you, okey?" Tak ada jawaban apapun dari sosok Rindu bahkan perempuan itu memejamkan matanya dengan
“Nyonya Rindu. Sebentar lagi ada rapat penting. Apa Anda sudah siap!” Sosok Eindu hanya mengangguk dengan wajah datar tanpa ekspresi.Wanita itu emisi an memakai jas kebesarannya yang menampakkan keelegannya.“Ini petama kalinya di Kakrtq. Apa ada yang kamu ingat?” Kali ini Rindu menoleh. Sosok pria tampan yang sudah berpakaian rapi dan tampan itu tampak menghampirinya.“Sudah berapa kali aku bilang. Aku tak butuh kamu. Di mana laki-laki itu?”“Siapa maksud kami? Duke? Sudah berapa kali aku ulang, dia meninggalkan kamu saat kamu koma. Tepatnya di Rimah asakit Center Singapura.”Akh! Rindu menggelengkan kepalanya dengan berat. Dia tak percaya kalai Duke akan tega meninggalkan dirinya yang sedang koma.“Anin sendiri setelah menunggu operasimu selesai juga berpamitan untuk pergi. Aku rasa dia juga meninggalkan kita ini. Setelah kamu dirawat di Singapura langsung dibawa ke Vietnam dan menetap di sini. Aku hanya ditugasi menjagamu sampai kamu bis mandiri menjalankan perusahaan yang selama i
Jakarta"Sudah berapa lama Christ aku tidak menginjakkan kaki di kota kelahiranku?" Christ menatap wajah Rindu yang tampak memerah karena teekena sinar matahari setelah keluar dari Bandara soetta."Di Jakarta suhunya lebih tinggi. Kamu harus mencari hotel yang sejuk dan benar-benar cocok dnegan kulit kamu suasananya, Rindu."Rindu tersenyum lantas menoleh ke arah Christ lantas tersenyum."Kamu sangat detail sekaliemperhqtikanku, Chrisf. Sayangnya waktu peristiwa itu terjadi Kamu sedang hodup berbajagia di diniamu." Sindiran itu telak ke ulu hati Christ yang sektika itu merasa sangat bersalah."Maafkan aku, Rindu. Tak seharusnya aku meninggalkan kamu waktu bahkan membiarkan kamu menikah dengan laki-laki brengsek itu. Tapi kamu pasti dia sangat menyesal telah menyakitimu. Satu hal yang membuatku sangat bahagia sekarang. Kamu sembuh total dari penyakit mematikan itu. Dan ini adalah keajaiban Tuhan."Hembusan napas itu milik Rindu. Wanita dewasa itu kemudian mengedarkan pandangannya menjel
Rindu bukan lagi marah. Wanita dewasa itu mengepalkan kedua tangannya dengan rahang yang mengeras saat kalimat itu meluncur bebas dari bibir tebal milik Sahira, Kakak kandungnya."Kamu keterlaluan, Sahira. Aku hanya menitipkan perusahaan itu padamu untuk sementara. Bukan untuk kamu miliki."Bukannya merasa bersalah mendengar apa yang disampaikan oleh Rindu, Sahira malah memperdengarkan tawanya yang seolah mengejek sosok Rindu."Kamu memang beruntung, Rindu. Masih bisa hidup dengan adanya penyakit mematikan itu. Tapi sayangnya aku tetap bodoh seperti dulu. Bagaimana tidak? Suami saja bisa kecolongan diambil kakak jandung kamu sendiri apalagi perusahaan? Dan yang perlu kamu ingat, bahwa kamu wanita mandul Rindu."Plak! Plak!Dua kali tamparan itu mamlu membuat tubuh Sahira terhuyung dan menyingsut ke belakang. Melihat itu dengan cepat Tantrama menghampiri Sahira, istrinya."Rindu! Apa yang jamu lakukan? Kenapa kamu sekarang berubah menjadi begini? Toxic dan bukan sosok wanita yang aku ke