“Di ... Satrio. Tadi sedang sama teman, makan juga.” Gayatri membelai pipi penuh makanan Pilar dengan punggung tangannya.Pilar meringis. “Maaf.” “It’s ok ... habiskan makannya,” tukas Gayatri. Pada akhirnya mereka bertiga menghabiskan siang dengan makan bersama, Gayatri paham mengapa Pilar melakukan hal demikian. Sudah beberapa kali ia mendapatkan cerita memergoki papanya tengah bertelepon dengan Risa. Entah apa hasil pertemuan mereka berdua di Bali, Pilar tidak diberitahukan. Yang Gayatri tangkap adalah Pilar berusaha mendekatkan ia dan Eliot kembali namun tidak tahu bagaimana caranya. “Pilar pulang sama aku, sorry sudah mengganggu acara kamu dengan teman kamu itu.” Eliot berkata begitu Pilar memeluk Gayatri dan masuk ke mobil papanya. “No problem, aku enggak kebaratan datang. Bukan acara yang penting juga, jangan dimarahi lagi. Dia sudah sangat menyesal aku lihat,” pinta Gayatri.
"Astaga kamu mau memata-matai kami? Ayo siapa takut, lets go Pilar. Papa kamu enggak asyik.” Rachel menggandeng tangan Pilar masuk ke mobil Gayatri. Gayatri terkekeh kecil melihat bagaimana kagetnya Eliot akan sikap Rachel, ia menganggukkan kepala sekali pada sang mantan suami dan meninggalkannya untuk masuk ke mobil segera. Di tempat karaoke Gayatri mengedipkan matanya pada Rachel yang langsung paham. Ia bagai satu jiwa dua nyawa dengan sang model, hanya dengan pandang-pandangan sudah saling paham. “Pilar ... malam ini Tante mau menggila sampai tenggorokan sakit, persiapkan telinga kamu ya. Suara Tante memang kalah merdu sama mama kamu, tapi semangat Tante tidak kalah sama mama kamu, dan kamu Eliot. Jangan berikan komentar apa pun selama kita menyanyi,” kekeh Rachel sebelum mulai bernyanyi. Eliot mendengus dan melambaikan tangan dengan kepala mengangguk kecil. Ia akan jadi patung malam itu dengan gawai di tang
Eliot berdiri memandang jendela luar kantornya, ia baru saja mendapatkan pesan dari putrinya mengatakan bahwa ia sedang bersama Gayatri di sebuah tempat mengopi kekinian dengan mengiriminya foto berdua sang mama dengan senyuman lebar. “Hallo ... sudah di bawah? Ok antar masuk ya Don, terima kasih.” Eliot mematikan panggilan dan bersiap menerima tamu di ruangannya, sudah cukup waktunya melamunkan putri dan mantan istrinya yang sedang menghabiskan waktu berdua. Ketika tengah berbincang dengan kliennya, sebuah notifikasi pesan kembali masuk dari Pilar. Eliot membuka sebentar dan terpaku beberapa detik. Sebuah pesan mama cantik sekali mirip siapa ya pa? Gambar Gayatri tengah tertawa lepas dengan memegangi sebuah cangkir di meja bulat. Sepertinya diambil secara candid oleh Pilar. Berdehem sekali, Eliot meletakan ponselnya ke meja mengembalikan fokusnya. Sedangkan di tempat lain Gayatri dan Pilar sedang menghabiskan ice cream tanpa tahu Eliot t
Eliot menyentuh pinggangnya yang tergores pisau dengan sebelah tangan kembali menutup pintu yang terbuka, Gayatri hendak keluar dari mobil dengan jeritan lantangnya. Mengedikkan dagu memberikan kode menyerang dari punggung tersangka pada Manuel yang juga tengah meringis kesakitan namun langsung paham akan gerak samar Eliot. “Beraninya menampakkan diri,” desis Eliot penuh amarah. Tersangka pembawa pisau lipat kembali menerjang Eliot yang sudah siap memasang kuda-kudanya. Gerakan penuh amarah sang lawan dapat Eliot baca dengan jelas, betapa ceroboh adalah kebodohan yang terpampang nyata dan membuatnya dapat memberikan pukulan telak pada dada tersangka. Ketika tubuh itu terhuyung, dari belakang Manuel melayangkan tendangan kencang hingga tersangka terjerembab dengan pisau terpelanting di aspal parkiran restoran. Manuel berlari menendang pisau sejauh mungkin dan Eliot sudah menimpa punggung tersungkur itu dengan lututnya. Ke du
“Ini kapan kejadiannya?” Gayatri bertanya dengan tangan masih menyusuri bekas jahitan lumayan panjang hingga ia menurunkan karet celana Eliot lebih ke bawah. “Delapan tahun lalu,” jawab Eliot dengan mata menunduk memperhatikan Gayatri yang masih menyentuh perutnya lembut. “Benar ginjal sampai diangkat?” tanya Gayatri kembali. “Benar, bocor dan ... tidak bisa dipertahankan.” Bukan menghentikan gerak berulang Gayatri pada jahitan panjang di perutnya, Eliot justru diam membiarkan mantan istrinya menekuri bekas lukanya. “Karena mengabaikan kesehatan saat menjaga Pilar yang aku tinggalkan? Dan ini kembali terluka karena aku juga. Dua luka ini karena aku, so sorry,” lirih Gayatri. Eliot tidak menjawab, hanya menahan pergelangan tangan Gayatri agar berhenti menyentuh luka-lukanya kemudian menurunkan pakaiannya agar menutupi perutnya. Meminta Gayatri berdiri dengan menyentuh kedua bahunya.
“Aku kedinginan,” jawab Eliot Gayatri sontak menyentuh bahu terbuka, punggung dan dada Eliot. Terasa amat dingin dengan bibir pucat, Gayatri menarik lengan itu untuk bangun dari sana mendudukkan di tepian ranjang dan beranjak menuju walk in closet mengambil pakaian panjang. Memberikan pada Eliot semua yang ia ambil. “Pakai dulu, aku tunggu di luar.” Gayatri memutar badannya untuk keluar dari kamar bernuansa jantan tersebut. Akan tetapi langkah Gayatri terhenti saat lengan kurusnya ditahan dan punggungnya terasa dipeluk seketika. Pinggang ramping Gayatri terbungkus lengan-lengan liat Eliot yang sedingin es karena terlalu lama berada di dalam kamar mandi. Merinding sekujur tubuh Gayatri akan perlakuan mengejutkan yang ia terima dari mantan suaminya. “Terima kasih sudah mencemaskan aku,” lirih Eliot tepat di telinga Gayatri. “Iya ... tapi ini lepas.” Gayatri menyentuh lengan yang membelit pingg
“Cukup,” lirih Gayatri mencoba waras. Eliot menghentikan gerak bibirnya di leher Gayatri, menumpukan kepala peningnya pada bahu sang wanita yang sudah tersibak oleh dirinya yang begitu terbuai dengan kehalusan kulit Gayatri. “Kita tidak bisa seperti ini. Kamu dan aku bukan siapa-siapa lagi, Eliot.” Gayatri mengangkat kepala Eliot yang rebah di bahunya, memberinya tatap dengan senyuman getir dan membelai pipi Eliot lembut. “Do you still love me?” tanya Eliot langsung. “I don’t know. Kamu memancing dan aku terpancing,” desah Gayatri. “Respons tubuh kamu sudah menjawabnya Gayatri. Apa kamu pernah berhubungan dengan laki-laki lain selama sepuluh tahun ini?” Eliot menurunkan kedua tangan Gayatri pada wajahnya, merapikan pakaiannya kembali dan berganti ia letakan kedua telapak tangan besar miliknya pada leher Gayatri. “Tidak pernah, sepuluh tahun aku gunakan untuk berkarier dan sib
“Bisa tolong tenang?” Eliot mencekal kedua pergelangan tangan Risa kuat agar berhenti memukulinya. Sementara Gayatri dan Pilar keluar dari mobil dengan raut wajah kagetnya, untuk pertama kalinya melihat Risa yang anggun nan cantik mengamuk memukuli Eliot. “Kenapa Gayatri ada di mobil kamu?” Pukulan Risa berhenti saat melihat sosok Gayatri.Eliot menoleh ke arah Gayatri dan Pilar. “Kalian masuk.” “Tunggu! Kenapa Gayatri bisa sama kalian berdua? kamu berhubungan dengan model itu? Eliot lepas!” Risa meronta saat ditarik menuju mobilnya menjauhi mobil Eliot. “Aku bilang tenang, bisa? kamu akan malu kalau menjerit-jerit di sini. Dan kamu menakuti Pilar, aku akan jelaskan tapi tidak di sini dengan kamu yang emosi.” Eliot masih memegang kedua pergelangan tangan Risa yang wajahnya memerah. Risa memandang Gayatri dengan tatap curiga, marah dan kesal. Kemudian memandang Pilar yang tampak ngeri melihatn