Share

5-Pengejaran

Di dalam kegelapan hutan. Terdapat dua anak kecil berbeda jenis kelamin tengah berlari cepat berusaha menghindar dari kejaran orang-orang yang membantai habis Klan mereka. Mereka berdua berlari tak tahu arah memasuki hutan yang sama sekali tak pernah mereka jamah, hanya demi bisa meloloskan diri dari para pembunuh yang berniat menghabisi seluruh Klan mereka. Apalagi mereka berdua satu-satunya lah yang tersisa dari Klan tersebut.

Salah satunya, anak laki-laki yang tubuhnya sedikit tinggi dari anak perempuan di depannya denhan jarak usia 3 tahun lebih tua dari anak perempuan yang menggandeng tangannya berusaha mengajaknya berlari cepat dengan anak perempuan itu yang mengarahkannya. Namun, sepertinya terlihat sendiri, anak laki-laki itu sudah merasa tak sanggup lagi untuk berlari kembali dalam keadaannya yang terluka parah seperti itu. Dia sampai berhenti sambil memegangi perutnya yang terluka akibat terkena serangan pedang dari pembunuh bayaran tersebut.

Merasa saudara laki-lakinya terhenti. Yu Rong, gadis kecil itu seketika membalikkan tubuhnya melihat ke belakang saudaranya yang sudah tampak pucat sekali dan hampir kehilangan tenaga untuk berdiri sampai-sampai dia membungkuk seperti itu. "Kak, kita harus cepat, kakak kamu harus bisa menahannya."

Dengan wajah penuh kekhawatiran dan rasa takut yang teramat besar ditambah lagi melihat luka yang parah diterima saudara lelakinya. Perasaan Yu Rong terasa campur aduk, ia takut, ia sedih, ia juga merasa tidak kuat lagi bila harus melihat saudaranya seperti ini sedangkan mereka masih dalam pengejaran para pembunuh bayaran.

Suara Yu Jingmi sampai terdengar getir, "Rong 'er, aku sudah tidak bisa menahannya. Sudah tinggalkan aku saja, kamu pergilah, lari secepatnya dari sini."

"Tidak, aku tidak akan melakukan itu." Yu Rong menolaknya, menggeleng-geleng.

Jelas saja, sekarang ia hanya memiliki Yu Jingmi saudara. Sedangkan para saudaranya yang lainnya, Klan Yu, sudah habis ditangan para pembunuh bayaran yang kejam itu.

"Rong 'er, nasib Klan kita ada di tangan mu sekarang, hosh ... ka-kamu harus pergi dari sini." Sudah rasanya tidak kuat lagi, tubuhnya hampir limbung, Yu Rong sampai memeganginya untuk menahannya agar tetap bisa berdiri.

Air mata Yu Rong sampai terjatuh. Ia tidak bisa harus meninggalkan saudara laki-laki-nya di sini sendirian. Ia tidak sanggup harus kehilangannya. Sudah cukup ia kehilangan orang tuanya dan seluruh Klan-nya. Sekarang jika Yu Jingmi pergi, bagaimana kehidupannya setelah ini? Siapa nanti yang akan selalu menjadi tumpuan hidupnya selain kedua orang tuanya yang sudah mati?

"Kita pasti bisa selamat, kakak harus yakin kita bisa sama-sama selamat." Meski menangis, suara Yu Rong masih terdengar jelas, gadis itu berusaha keras meyakinkan Yu Jingmi.

Yu Jingmi berusaha menatap Yu Rong dengan matanya yang terasa berat, sayup-sayup akan menutup. "Rong 'er, aku sudah tidak tahan lagi," katanya lirih dan kali pertamanya anak laki-laki itu mengatakan keluhannya, padahal biasanya sesakit apapun kondisi tubuh Yu Jingmi. Anak itu pasti akan memendam rasa sakitnya sendiri tanpa harus mengatakannya.

"Kakak harus bertahan!" tegasnya berusaha menguatkan Yu Jingmi. "Setidaknya demi aku," sambungnya lirih.

"Rong 'er ... dengarkan kakak, larilah, carilah bantuan lebih dahulu. Sementara itu biar kakak yang menghadang mereka di sini." Yu Jingmi berusaha menguatkan dirinya untuk berdiri tanpa bantuan Yu Rong, anak laki-laki itu mendorong sedikit tubuh Yu Rong agar menjauh darinya dan pergi meninggalkannya.

"Apa yang kakak lakukan? Kakak ingin menghadang mereka dengan tubuh kakak yang sudah melemah begini?" Yu Rong sedikit meninggikan suaranya merasa dibuat kesal dengan sikap berlebihan kakaknya yang paling Yu Rong benci. Yu Jingmi terlalu peduli dengan orang lain, bahkan lupa untuk memperdulikan dirinya sendiri dan sekarang Yu Jingmi berniat mengorbankan diri demi-nya.

Air mata Yu Rong semakin terjatuh. Gadis kecil itu memeluk tubuh lemah Yu Jingmi yang sudah hampir tak bertenaga lagi. Tak peduli darah Yu Jingmi menempel mengotori bajunya. Yu Rong tetap memeluk saudara laki-lakinya itu yang biasanya Yu Rong akan memanggilnya kakak atau Jingmi Gege. "Jingmi Gege sudah berjanji menjaga Rong 'er. Jingmi Gege tidak berbohong 'kan?"

Yu Rong ketakutan sekali. Tubuh Yu Jingmi melemas, keseimbangannya sudah tak tertahankan ditambah lagi Yu Rong tak bisa menahan berat tubuh Yu Jingmi yang lebih besar darinya sampai keduanya sama-sama terjatuh terduduk. Anak laki-laki yang lebih tua usianya dari Yu Rong gadis kecil itu terjatuh pingsan tak sadarkan diri dalam pelukan Yu Rong.

"Jingmi Gege ... " Yu Rong menepuk-nepuk wajah Yu Jingmi untuk menyadarkannya di tengah air mata Yu Rong yang semakin deras terjatuh sampai itu mengenai wajah Yu Jingmi yang begitu pucatnya. " ... bangun ... "

Drap! Drap! Drap!

Krusak! Krusuk!

Krusak! Krusuk!

Jantung Yu Rong menjadi berpacu panik, suara derap langkah kaki terdengar kian mendekat ke arahnya. Yu Rong sangat ketakutan, tubuhnya sampai tak terkendali, gemetaran. Sambil memeluk Yu Jingmi yang sudah tak sadarkan diri dan mata Yu Rong ikutan terpejam demi menghilangkan rasa takutnya yang sangat besar, apalagi kini ia sendirian.

Yu Rong membatin, "Ibu, ayah, kakek, Tetua Klan ... aku takut."

"Tuan! Apa yang ku katakan, aku benarkan? Perkataan ku itu selalu benar, dan kau salah, lihatlah kau pasti kesasar lagi!" emosi Xin Xin teruji kembali, batas kesabarannya sudah habis dengan tingkah laku Tuan-nya sendiri yang masih saja tidak mempercayainya malah yakin dengan dirinya sendiri yang masih buta arah.

Pipi Xin Xin mengembang seperti bakpao sampai Shen Xiao menatapnya hampir meneteskan air liurnya.

"Kak Shen, kita sekarang ada di mana?" Lin Tian menggoyangkan tangan Shen Xiao menanyai pemuda itu yang asik menatap Xin Xin dengan matanya yang berbinar-binar penuh rasa semangat ingin melahapnya.

Xin Xin membalikkan tubuhnya yang mengambang terbang dengan sayap biru indahnya sambil berceloteh, "Kau jangan tanya dia Lin Tian, jelas saja dia tidak ... " Xin Xin menghentikan bicaranya sejenak, alisnya dibuat naik sebelah melihat tatapan mata Shen Xiao yang menatapnya berbeda. " ... apa yang sedang kau pikirkan bajingan mesum?!" Spontan Xin Xin berteriak lantang dan di saat itu pula Shen Xiao tersentak kaget, langsung sadar.

Bian Xiao sampai terbangun dari tidurnya dan meloncat dari kepala Shen Xiao tepat tertangkap cepat di tangan Lin Tian.

"Kau mengagetkanku Xin Xin!" teriak marah Shen Xiao sampai telinga Xin Xin dijewer keras olehnya.

Xin Xin merintih kesakitan dan meminta ampun agar Shen Xiao melepaskannya. Shen Xiao semulanya tak ingin menuruti gadis Blue Phoenix itu, jika saja Shen Xiao tak mendengar suara lirih penuh permohonan dari seorang gadis dengan indra pendengarannya yang tajam, yang bisa mendengar suara sepelan apapun kecuali suara hati.

Shen Xiao melepaskan jewerannya. Pemuda bertongkat bambu itu memilih melangkah mengikuti sumber suara.

Namun Shen Xiao menghentikan langkahnya kembali. Lin Tian yang membawa Bian Xiao sambil ikutan berjalan mengikuti Shen Xiao menjadi mebarak Shen Xiao.

"Kak Shen, kenapa kau berhenti mendadak?"

Shen Xiao tersenyum manis. Xin Xin yang terbang di samping Shen Xiao melihatnya menjadi mendesah pelan. Jangan perhatian senyumannya itu, yang jelas pasti akan ada sesuatu yang terjadi di balik senyumannya itu.

"Keluarlah," ujar Shen Xiao.

Mendadak setalah Shen Xiao berujar tegas ada banyak orang yang datang dari segala sisi, mereka dibuat terkepung, sampai Lin Tian yang melihatnya merasa takut sendiri memilih mendekati Shen Xiao. Beda dengan Bian Xiao si bayi harimau itu, ia malah asik tidur nyaman di tangan Lin Tian.

"Kak Shen, siapa mereka?" tanya Lin Tian takut.

"Calon mayat."

Bersambung ...

Comments (3)
goodnovel comment avatar
MAF_0808
tega sekali mengatakan calon mayat. Dasar shen xiao
goodnovel comment avatar
Liya liyana
siapa mereka yang mengepung
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
siap tempur
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status