Share

4-Keinginan Besar

"Selesai ini, kita akan ke kota, benarkan Shen Xiao?"

Xin Xin berputar-putar di atas Shen Xiao yang tengah tertidur di rerumputan bersama dengan Bian Xiao, nama bayi Harimau yang Shen Xiao dapat dari Lin Tian.

Lin Tian sendiri tertidur pulas di samping Shen Xiao, sedikit berjaga jarak karena secara langsung Shen Xiao memintanya agar tidur tak dekat-dekat dengannya.

Padahal suasana sudah menuju siang hari. Tetapi mereka masih saja tidak ada pergerakkan untuk bangun, padahal Xin Xin sudah membuat keributan.

Xin Xin memang tak menganggu Lin Tian, ia hanya mengganggu Shen Xiao saja yang lebih penting untuk mengatur arah jalan mereka selanjutnya.

"Shen Xiao, kita akan ke kota kan?" Xin Xin mendekatkan bibirnya di telinga Shen Xiao sampai menggelitik telinga Shen Xiao.

Tetapi sepertinya, rasa kantuk Shen Xiao lebih besar dibandingkan gangguan yang diberikan Xin Xin. Sampai Xin Xin mendengus kesal. "Kebiasaan sekali, selalu saja sulit bangun. Begini nih jika seminggu sekali baru tidur dan sekalinya tidur seperti putri tidur, tapi sayangnya kamu bukan putri melainkan pangeran."

"Pangeran?" Lin Tian menyahutnya dengan bingung dan tampak dari kerutan di dahinya.

Bocah laki-laki itu sudah terbangun dan kini mengambil posisi duduk dengan wajah tampak kusut begitu kentara baru bangun tidur.

Xin Xin mengedikkan bahunya membalasnya acuh, "Aku hanya berumpamaan."

Memperhatikan wajah Shen Xiao yang lebih terlihat jelas ketika sinar matahari menerpa wajahnya. Lin Tian berkata dengan kekaguman yang tampak jelas dimatanya, "Wajahnya ternyata tidak seburuk sikapnya."

"Menurut ku biasa saja, jika kamu melihat para bangsawan dan keluarga berstatus tinggi. Wajah seperti itu sudah biasa," ujar Xin Xin tanpa sedikit pun menunjukkan kebanggaan memiliki Tuan seperti Shen Xiao.

"Apa seperti itu? Pasti banyak juga gadis yang lebih cantik dari mu?"

Ukhuk!

Xin Xin berbatuk kecil merasa tersedat dengan salivanya sendiri.

Bocah ini! Sebenarnya apa isi otaknya? Kenapa mengesalkan sekali!

"Xin Xin! Kamu kenapa?" Lin Tian langsung beranjak dari duduknya dan menghampirinya cukup panik.

"Pftttt ... Ha ha ha! Dasar Lin Tian bodoh! Ha ha ha!" tawa Xin Xin meledak, tak kuasa melihat ekspresi khawatir Lin Tian yang dianggapnya sangat lucu itu, perutnya menjadi tergelitik.

"Kamu membohongi ku ya?!" Lin Tian berkata marah sampai membuat Xin Xin mengehentikan tawanya.

Melihat amarah Lin Tian. Xin Xin dapat merasakan hawa panas meledak dari tubuhnya sampai-sampai membuat Shen Xiao yang semulanya tertidur pulas menjadi terbangun dengan tekanan aura pembunuh yang begitu kuat menekan mereka berdua hingga keduanya terjatuh telungkup di tanah.

"Sudah kukatakan, jika aku tidur jangan ganggu aku!" tekan Shen Xiao dengan suara keras.

Hal itu membuat Lin Tian dan Xin Xin tertekan sendiri. Keduanya dibuat sama-sama tak bergerak bahkan tak bisa bernapas.

Roar!

"Kamu juga jadi bangun, Bian Xiao." Aura pembunuh itu tertarik kembali berkat Bian Xiao yang baru bangun mengigit jari tangan Shen Xiao menandakan bila bayi Harimau itu sudah sangat kelaparan. Shen Xiao menunjukkan perubahan sikap yang drastis di hadapan hewan mungil itu, sampai-sampai Lin Tian dan Xin Xin saling bertatapan dan menghela napas lega.

Roar! Roar!

"Kamu lapar ya? Ini makanlah darah ku sebanyak-banyaknya. Aku pasti akan dengan senang hati memberikannya kepada mu bayi manisku~ makanlah yang banyak, lalu setelah itu bekerjalah untukku~ "

Lin Tian dan Xin Xin saling melempar pandangan dan akhirnya keduanya menggeleng-geleng kepala tak habis pikir dengan pola pikir Shen Xiao.

"Tuan tidak pernah berubah."

"Buruk sekali sikapnya."

Mereka sama-sama berbicara dari dalam hati tak berani langsung mengatakannya didengar Shen Xiao.

Puas dengan darah yang diberikan Shen Xiao. Bian Xiao bayi Harimau itu sudah sangat mudah bergerak aktif sampai menaiki kepala Shen Xiao dan bertengger di atasnya.

Shen Xiao tak mempermasalahkannya. Ia malah merasa senang Bian Xiao bisa mendapatkan tempat ternyamannya.

"Sekarang kita akan kemana?" tanya Xin Xin saat melihat Shen Xiao sudah berdiri dibantu tongkat bambunya.

"Aku ingin membersihkan diri, sepertinya aku mendengar ada aliran sungai di sini," kata Shen Xiao lalu berjalan pergi.

"Aku ikut, aku juga ingin membersihkan tubuh ku." Lin Tian mengejarnya memilih mengikutinya dan meninggalkan Xin Xin yang sendirian.

Aliran sungai yang mengalir dengan tenang dapat mereka berdua lihat setelah menempuh jalan yang dipenuhi rumput liar dan berduri sampai Lin Tian perlu berhati-hati di setiap langkahnya, jika tidak, mungkin kakinya akan terluka.

Takjubnya Lin Tian saat melihat Shen Xiao yang jalan tanpa memperhatikan apa saja yang diinjaknya. Padahal duri-duri tajam banyak mengenainya. Tapi, ketika sudah sampai dan Lin Tian dapat melihat kaki Shen Xiao lebih jelas. Lin Tian tak sama sekali melihat darah di kaki Shen Xiao.

"Ini bukan sesuatu yang perlu kamu kagumi, ini suatu hal yang wajar jika kamu seorang Kultivator," kata Shen Xiao menyadarkan Lin Tian yang melamun menatap ke bawah dimana kakinya berada.

"Apakah Kultivator sehebat itu?" tanya Lin Tian begitu penasaran.

Roar! Roar!

"Anak pintar, bisakah kamu turun sebentar Bian Xiao?" Shen Xiao menggelitik perut Bian Xiao sampai bayi Harimau itu meloncat turun dari atas kepala Shen Xiao begitu berani, padahal Shen Xiao tengah berdiri. "Kamu anak yang hebat." Acungan jempol Shen Xiao berikan padanya sebagai pujian keberhasilannya turun dengan sempurna dari atas kepalanya.

"Ikut dengan ku, sekarang kita akan membahasnya di saat mandi."

Shen Xiao mendekat ke arah tepi pantai bersama dengan Lin Tian.

Perlahan-lahan Shen Xiao menurunkan kakinya.

"Anda tidak melepaskan pakaian?" tanya bingung Lin Tian.

Shen Xiao tersenyum menanggapi Lin Tian. "Aku akan melepaskannya."

Lin Tian tak berbicara lagi, melihat bagaimana Shen Xiao secara hati-hati menurunkan kaki kirinya yang berbeda dari kaki kanannya. Lin Tian melihat kaki kiri Shen Xiao berwarna kehitaman dan urat-uratnya berwarna merah. Jangan ditanyakan lagi, betapa penasarannya Lin Tian saat ini, bila saja ia tak ingat pesan orang tuanya yang telah tiada, agar selalu menjaga sikap untuk tak terlalu ikut campur dan ingin tahu tentang masalah dan kehidupan orang lain.

"Menjijikkan bukan?"

"E-eh, ti-tidak kok." Lin Tian berusaha mengelaknya gugup, saking kagetnya saat Shen Xiao menyadari ia menatap kakinya.

"Tidak apa-apa, aku sudah terbiasa menerima tatapan seperti itu. Aku sendiri merasa jijik melihatnya apalagi orang lain," kata Shen Xiao tanpa mempermasalahkannya.

"Anu ... "

"Panggil aku kakak Shen saja."

"Kak Shen, sepertinya kakak salah paham. Aku menatapnya karena penasaran bukan jijik, sebenarnya apa penyebab kaki kakak seperti? Itu saja." Lin Tian bertanya dengan apa yang telah ia pikirkan sejak tadi.

Shen Xiao cukup terkesima dengan lontaran perkataan Lin Tian yang jarang ia dengar dari orang lain. Rasa penasaran ya? Itu lebih baik dari rasa jijik.

"Anggap saja ini penembusan dosa ku selama ini," kata Shen Xiao dan setelah itu Shen Xiao membuka pakaian sampai menunjukkan punggung putih Shen Xiao yang begitu penuh goresan luka kering dan bukan hanya itu saja, luka yang lain juga terdapat pada lengan, perut, dada serta bagian yang lainnya kecuali yang dilihat Lin Tian, pada bagian wajahnya yang mulus sendiri.

"I-itu ... " Lin Tian kaget melihatnya.

"Bagus bukan?" Shen Xiao tersenyum.

"Kenapa lukanya separah itu?" Lin Tian menjadi sulit berkedip melihat luka yang dimiliki Shen Xiao tak main-main. Wajahnya memang tampan dan bersih, tetapi tubuhnya, kenapa seperti itu?

"Latihan yang ku jalani selama ini terlalu berlebihan, jadi seperti ini," kata Shen Xiao tanpa menunjukkan kebohongan di matanya.

"Apa menjadi pendekar dan Kultivator seburuk itu?" tanya Lin Tian menjadi ragu atas keputusannya menjadi pendekar hebat di saat melihat luka besar Shen Xiao.

Shen Xiao sudah turun ke air dan merendamkan tubuhnya bersama Lin Tian. "Tidak semua pendekar dan Kultivator seperti ku, ada mereka yang merawat tubuhnya dengan bagus tapi berkemampuan hebat dan ada juga jenis orang yang senang mencabik-cabik tubuh sendiri untuk menjadi lebih kuat."

"Sampai segitunya, itu sangat berlebihan," gumam Lin Tian.

"Itu tidak akan berlebihan jika kekuatan yang ingin diraih. Lin Tian, dunia ini keras, jika tidak ingin diinjak-injak, maka kamu harus bisa menginjak balik."

Menengadahkan wajahnya ke atas. Shen Xiao sedikit menghela napas gusar.

"Bisakah dengan cara lain? Tidak ingin diinjak dan tidak ingin juga menginjak," kata Lin Tian memberikan pilihan.

"Bisa, asalkan kamu menjadi yang terkuat." Shen Xiao menoleh ke arah Lin Tian. "Tapi kekuatan juga bukan landasan utama kita bisa tenang. Musuh bisa datang kapan saja jika kamu kuat dan pada dasarnya, menjadi biasa-biasa saja jauh lebih baik."

"Aku tidak tahu tentang dunia ini dan aku hanya ingin menjadi pendekar hebat. Jika kakak mengatakan, pendekar itu tidak semuanya sama, maka menjadi pendekar adalah pilihan yang baik untukku."

Melihat binar semangat di netra merah Lin Tian. Shen Xiao hanya bisa menanggapinya dengan segaris tipis senyuman. "Jika kamu tahu seperti apa dunia keras ini, kamu pasti akan menyesal menjadi pendekar yang kamu impikan," batinnya.

Komen (3)
goodnovel comment avatar
MAF_0808
banyak sekali bekas lukanya, kira kira habis melawan siapa dia?
goodnovel comment avatar
Liya liyana
bayi harimau di lasih darah segar ...
goodnovel comment avatar
Viala La
semoga Lin Tian bisa menjadi pendekar yang hebat
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status