Share

3-Tangkapan Besar

Xin Xin dan Lin Tian terpaksa berburu di hutan bersama. Keduanya sama-sama memasang wajah kesal, apalagi Lin Tian yang saat ini menahan rasa lapar. Bocah laki-laki itu sampai meruntuk kesal dengan keserakahan Shen Xiao atas makanan.

Dikiranya sebelumnya, Shen Xiao akan berbaik hati memberikan daging kepada mereka walaupun mereka tak ada membantu apapun atas buruan dan masakannya.

Tapi, sepertinya dugaannya salah. Shen Xiao itu orang yang serakah yang baru kali ini Lin Tian kenal dan temui!

Sungguh menyesal ia bertemu dengannya. Sekalipun ia ditolong dan disembuhkan penyakitnya, jika begini perlakuan Shen Xiao padanya. Bukankah lebih baik ia mati saja?

Memikirkan soal mati, Lin Tian menjadi murung seketika. Saat membayangkan wajah ayah, ibunya dan orang-orang desa yang mati mengenaskan. Hatinya menjadi perih, seperti ribuan jarum menghujaninya. Meski mereka sudah dimakamkan dengan layak. Tetap saja ia masih merasa terpuruk kehilangannya.

"Hei Lin Tian! Jangan bengong di sana! Sini bantu aku!" seru Xin Xin memanggilnya.

Tersadar atas lamunannya. Sontak saja Lin Tian berlari menyusul Xin Xin yang sudah lebih jauh jaraknya darinya.

"Xin Xin, kau minta bantu apa? Sepertinya tidak ada apa-apa di sini." Lin Tian tak melihat hewan buruan apa yang didapatkan Xin Xin. Ia merasa heran memandangnya.

Xin Xin memukul kepala Lin Tian sebal. "Bodoh, kau mengira aku sudah mendapatkannya? Begitu kamu yang enak, huh!"

Lin Tian mengelus kepalanya yang rasanya lumayan sakit dipukul Xin Xin dengan runtukkan kecil, "Sakit~ aku mengira kamu sudah mendapatkannya, siapa yang tahu itu? Kamu kan temannya orang serakah itu. Aku mengira kamu sehebat dia."

Xin Xin memicingkan matanya menatap tajam Lin Tian. "Lin Tian, aku ini seorang gadis, jangan samakan aku dengannya. Dan kau ... !" Xin Xin menunjuk wajah Lin Tian. "Kau itu yang harusnya laki-laki yang berburu, bukan malah aku!"

Menyibakkan rambut birunya, Xin Xin berkata kembali, "Aku ini gadis yang cantik, aku tidak ingin membuat seujung kuku ku terluka hanya karena berburu ini."

"Tapi, aku kan ... "

"Lin Tian, kamu tidak ingin aku terluka kan?" Xin Xin segera memotong ucapan Lin Tian, dengan mengedip-ngedipkan kedua matanya gadis itu berusaha membujuk Lin Tian agar mau menurutinya.

Akhirnya Lin Tian pasrah. Ditatap seperti itu membuat hati kecil Lin Tian goyah. Seperti saat dimana teman-temannya mengajukan permohonan padanya. Lin Tian mau tak mau menerimanya. Memang hati yang terlalu lunak, Lin Tian merasa kesulitan memiliki hati seperti ini.

"Terimakasih Lin Tian, kamu memang yang terbaik! Kalau begitu aku akan menunggu mu di atas pohon ya! Aku akan memantau mu dari atas!" ucap Xin Xin girang tak menyangka rayuannya itu akan berhasil pada Lin Tian. Bocah polos, Xin Xin menjadi senang, setelah sekian lama hidup selalu diatur, akhirnya saat-saat yang ditunggunya Xin Xin bisa mengatur seorang bocah polos.

Coba saja Xin Xin bisa membatalkan kontrak dengan Shen Xiao, mungkin Xin Xin ingin menjadi Hewan kontrak Lin Tian saja yang bisa sangat mudah dijadikan pelayannya seperti ini, bukan ia yang menganggap orang yang membuat kontrak dengannya sebagai Tuan-nya. Xin Xin seorang Blue Phoenix, Hewan Surgawi yang dikenal langkah dan hebat, memiliki keangkuhan tersendiri dan sulit dipatuhkan menjadi bawahan saking angkuhnya hewan tersebut. Sampai-sampai Shen Xiao sendiri sering beradu mulut dengannya, walaupun pada akhirnya Xin Xin 'lah yang mengalah. Mau bagaimana pun, Shen Xiao itu Tuan-nya dan dia tak bodoh.

Duduk di atas dahan pohon. Xin Xin mengambil posisi bersandar, duduk begitu nyaman dengan kaki ia silangkan dan kedua tangan ia lipat di dada sambil menikmati tontonan dari bocah yang ia bodohi itu.

"Kita lihat, sampai sejauh mana kamu akan bertahan Lin Tian," gumam Xin Xin sedikit menarik simpul senyuman di bibirnya.

"Sekarang apa yang akan ku lakukan? Huft ... selama ini hidupku hanya bertani merawat padi, gandum dan jagung di ladang. Jika permasalahan berburu, biasanya ayah yang melakukannya."

Setelah dipikir-pikir. Lin Tian selama ini hidup terlalu manja dan jikapun mengerjakan pekerjaan, itu pasti pekerjaan yang ringan, hanya menyirami tanaman di kebun atau jika membantu ibunya. Ia pasti akan disuruh menyapu halaman rumah dan itu kadang membuatnya kesal sendiri, padahal itu bukanlah pekerjaan besar dan melelahkan tak sampai membuat perutnya kelaparan.

Lin Tian memegangi perutnya, memandang perut kecilnya itu, Lin Tian perlahan menarik napasnya perlahan lalu membuangnya. "Ternyata ibu benar, kelaparan itu lebih menyulitkan dari yang dikira. Seharusnya aku tidak pernah menyisakan makanan ku sedikit saja saat itu, sekarang aku menyesal, bu."

Menggelengkan kepalanya. Sebisa mungkin Lin Tian menghilangkan pikiran untuk mengingat kenangan dengan orang tuanya yang hanya akan membuatnya semakin terpuruk dan menyedihkan. Dengan sekuat mungkin, Lin Tian membuat dirinya semangat kembali untuk meluruskan jalan takdir hidupnya. Dan kini, saatnya ia berperang melawan rasa laparnya dan ia harus mencari solusinya dengan cara memburu di hutan yang tak pernah dijamahnya.

Dari pengelihatannya yang kurang jelas karena suasana sedikit gelap, meski hari sudah pagi. Karena kedalaman hutan, tentu suasana sekitar tak sama dengan suasana saat di luar.

Didapatkan sebuah kayu yang lumayan kuat. Lin Tian membuat ujung kayu itu runcing dengan dibantu batu tajam yang ada di sekitarnya. Lin Tian membuat kayu itu sebagai senjatanya untuk berburu.

Walaupun tak ingin mengingat tentang kenangan saat bersama ayahnya, tetapi ingatan itu seakan memaksanya melihat. Sampai sesuatu keberuntungan dari ingatannya saat Lin Tian dengan ayahnya. Lin Tian pernah bertanya tentang senjata apa saja yang digunakan ayahnya saat berburu.

Saat ditanya, ayahnya begitu antusiasnya mengatakan padanya tentang apa saja senjata yang bisa digunakan untuk berburu. Begitu jelas sampai ingatan itu tetap melekat dalam pikiran Lin Tian sampai saat ini.

Setelah persiapan selesai. Lin Tian yang sudah membawa senjata sebuah kayu dan apa saja barang berguna yang bisa ia dapatkan di sekitar lokasi hutan seperti akar merambat yang bisa ia jadikan tali dan satu kayu yang cukup besar untuk membawa hewan apa saja yang akan dibawanya nanti.

Perburuan untuk pertama kalinya, kini Lin Tian mulai.

Setelah memantapkan hati dan tekad yang kuat. Lin Tian mulai berjalan menyelusuri hutan dengan langkahnya perlahan sambil memasang setiap indra yang dimilikinya untuk mencari posisi hewan di hutan ini

Kresek!

Telinga Lin Tian berkedut, sesuatu dapat didengarnya. Lin Tian langsung memusatkan pendengarannya untuk lebih memastikan jelas dimana letak suara yang didengarnya.

Semakin Lin Tian mengikuti arah suara itu, semakin suara itu terdengar jelas. Sampai saat di depan semak-semak belukar. Lin Tian dengan kayu yang ujungnya sudah diruncingkan itu secara hati-hati siap mengacuhkan ke depan.

Satu, dua langkah Lin Tian ambil untuk mendekatinya. Hingga saat tiba di depan semak-semak itu Lin Tian mengangkat tinggi-tinggi kayu runcingnya, Lin Tian yang saat itu akan menghunuskan kayunya kebawah menjadi terhenti di saat Lin Tian melihat seekor bayi Harimau Putih kecil tampak meringkuk dengan kondisi tubuh penuh luka.

"Bayi Harimau?" Lin Tian memastikan sekitarnya dahulu sebelum mengambil bayi Harimau Putih itu.

Setelah memastikan tak ada keanehan Lin Tian segera mengambil bayi Harimau yang sepertinya usianya masih sangat mudah.

"Malangnya, kamu pasti kehilangan orang tua seperti ku juga," ucap Lin Tian saat sudah menggendongnya dengan hati-hati Harimau kecil itu.

"Menyedihkan, ternyata dia lebih menyedihkan daripada kamu."

"Aah?!"

Lin Tian terlonjak kaget atas kehadiran Shen Xiao tanpa disadarinya sampai membuat bayi Harimau Putih itu terlepas dari gendongannya.

Untung Shen Xiao yang hanya dengan satu tangan langsung cepat menangkapnya dan mendekapnya. "Berhati-hatilah, tubuhnya begitu rentan dari tubuh kecil mu." Shen Xiao berkata menohoknya.

Meski perkataan Shen Xiao lumayan pedas didengarnya. Tapi perkataan Shen Xiao itu tak sepenuhnya salah dan Lin Tian tak bisa marah atas sebab itu. Ia sekarang hanya khawatir dengan kondisi bayi Harimau itu.

"Kamu lapar ya?" Shen Xiao menggigit ujung jari tangannya dan lalu memberikan darahnya ke mulut bayi Harimau Putih itu dengan penuh perhatian sampai membuat Lin Tian serius memperhatikannya.

Sikap Shen Xiao begitu berbeda dengan Harimau itu, terlihat jelas di wajah mengesalkan Shen Xiao menjadi sangat ramah bahkan penuh perhatian seperti itu kepada Hewan kecil itu.

Dan bukan hanya itu saja yang Lin Tian perhatikan. Sesuatu yang tak diketahui Lin Tian, Harimau yang penuh luka itu menjadi sembuh hanya dengan meminum darah Shen Xiao dengan ganasnya sampai satu jari tangan Shen Xiao dimasukkan ke dalam mulutnya.

"Kau tidak takut tangan mu dimakan?" Pertanyaan polos itu lolos dari mulut Lin Tian karena rasa penasarannya yang besar.

Shen Xiao tertawa kecil mendengarnya. "Apa kamu kira Hewan sekecil ini akan bisa memakan tangan ku? Dia hanya bayi, kamu saja saat bayi tidak bisa memakan sesuatu yang keras."

"Manusia dan hewan itu berbeda. Ayahku pernah mengatakan jika Hewan sejak bayi sudah memiliki sesuatu yang tak dimiliki manusia langsung dari lahir, yaitu gigi," ujar Lin Tian menyimpulkannya.

Shen Xiao sedikit takjub mendengar perkataan cerdas dari bocah kurus yang berada di sampingnya.

"Jika manusia biasa itu mungkin benar yang ayah mu katakan, tapi jika itu seorang Kultivator, beda cerita," papar Shen Xiao menjelaskannya lebih baik. Menatap teduh Lin Tian, Shen Xiao lanjut berkata, "Kamu mungkin tidak akan percaya, tapi itu kebenaran."

"Aku percaya, dunia ini sangat besar dan sesuatu yang sulit untuk dipercayai itu, mungkin saja terjadi," kata Lin Tian dengan mantap.

Shen Xiao tertegun mendengarnya. Tak ia sangka bila bocah laki-laki yang tampak bodoh itu memiliki pemikiran yang membuatnya tertarik padanya. "Sepertinya benar, aku dilahirkan dengan keberuntungan," batin Shen Xiao merasa bangga sendiri saat sadar dengan kemampuan yang dimiliki Lin Tian dan juga, hewan yang digendongnya ini. Ia bukan sekedar hewan buas biasa. Tetapi Seekor Demon Best Tingkat Tinggi yang kemungkinan besar ketika dirawat bisa menjadi hewan surgawi seperti Xin Xin.

"Tangkapan yang besar lagi Tuan, kau beruntung," bisik Xin Xin yang sudah berada di sampingnya terbang dengan kedua sayap biru menyala 'nya, gadis itu mendekatkan wajahnya untuk melihat bayi Harimau Putih itu lebih jelas.

Kruyuk!

Pandangan serius mereka semulanya tertuju pada bayi manis Harimau Putih yang berada dalam gendongan Shen Xiao, seketika mereka beralih bersamaan memandang ke arah Lin Tian.

"A-anu ... sepertinya aku sudah sangat lapar," kata Lin Tian gugup mengakuinya.

Komen (4)
goodnovel comment avatar
Liya liyana
baru sadar bener juga hewan dari lahir udah punya gigi...
goodnovel comment avatar
MAF_0808
harimau aja tuh dimakan
goodnovel comment avatar
Rifatul Mahmuda
Lin Tian pemikiran nya keren banget. cerdas
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status