Xin Xin dan Lin Tian terpaksa berburu di hutan bersama. Keduanya sama-sama memasang wajah kesal, apalagi Lin Tian yang saat ini menahan rasa lapar. Bocah laki-laki itu sampai meruntuk kesal dengan keserakahan Shen Xiao atas makanan.
Dikiranya sebelumnya, Shen Xiao akan berbaik hati memberikan daging kepada mereka walaupun mereka tak ada membantu apapun atas buruan dan masakannya.Tapi, sepertinya dugaannya salah. Shen Xiao itu orang yang serakah yang baru kali ini Lin Tian kenal dan temui!Sungguh menyesal ia bertemu dengannya. Sekalipun ia ditolong dan disembuhkan penyakitnya, jika begini perlakuan Shen Xiao padanya. Bukankah lebih baik ia mati saja?Memikirkan soal mati, Lin Tian menjadi murung seketika. Saat membayangkan wajah ayah, ibunya dan orang-orang desa yang mati mengenaskan. Hatinya menjadi perih, seperti ribuan jarum menghujaninya. Meski mereka sudah dimakamkan dengan layak. Tetap saja ia masih merasa terpuruk kehilangannya."Hei Lin Tian! Jangan bengong di sana! Sini bantu aku!" seru Xin Xin memanggilnya.Tersadar atas lamunannya. Sontak saja Lin Tian berlari menyusul Xin Xin yang sudah lebih jauh jaraknya darinya."Xin Xin, kau minta bantu apa? Sepertinya tidak ada apa-apa di sini." Lin Tian tak melihat hewan buruan apa yang didapatkan Xin Xin. Ia merasa heran memandangnya.Xin Xin memukul kepala Lin Tian sebal. "Bodoh, kau mengira aku sudah mendapatkannya? Begitu kamu yang enak, huh!"Lin Tian mengelus kepalanya yang rasanya lumayan sakit dipukul Xin Xin dengan runtukkan kecil, "Sakit~ aku mengira kamu sudah mendapatkannya, siapa yang tahu itu? Kamu kan temannya orang serakah itu. Aku mengira kamu sehebat dia."Xin Xin memicingkan matanya menatap tajam Lin Tian. "Lin Tian, aku ini seorang gadis, jangan samakan aku dengannya. Dan kau ... !" Xin Xin menunjuk wajah Lin Tian. "Kau itu yang harusnya laki-laki yang berburu, bukan malah aku!"Menyibakkan rambut birunya, Xin Xin berkata kembali, "Aku ini gadis yang cantik, aku tidak ingin membuat seujung kuku ku terluka hanya karena berburu ini.""Tapi, aku kan ... ""Lin Tian, kamu tidak ingin aku terluka kan?" Xin Xin segera memotong ucapan Lin Tian, dengan mengedip-ngedipkan kedua matanya gadis itu berusaha membujuk Lin Tian agar mau menurutinya.Akhirnya Lin Tian pasrah. Ditatap seperti itu membuat hati kecil Lin Tian goyah. Seperti saat dimana teman-temannya mengajukan permohonan padanya. Lin Tian mau tak mau menerimanya. Memang hati yang terlalu lunak, Lin Tian merasa kesulitan memiliki hati seperti ini."Terimakasih Lin Tian, kamu memang yang terbaik! Kalau begitu aku akan menunggu mu di atas pohon ya! Aku akan memantau mu dari atas!" ucap Xin Xin girang tak menyangka rayuannya itu akan berhasil pada Lin Tian. Bocah polos, Xin Xin menjadi senang, setelah sekian lama hidup selalu diatur, akhirnya saat-saat yang ditunggunya Xin Xin bisa mengatur seorang bocah polos.Coba saja Xin Xin bisa membatalkan kontrak dengan Shen Xiao, mungkin Xin Xin ingin menjadi Hewan kontrak Lin Tian saja yang bisa sangat mudah dijadikan pelayannya seperti ini, bukan ia yang menganggap orang yang membuat kontrak dengannya sebagai Tuan-nya. Xin Xin seorang Blue Phoenix, Hewan Surgawi yang dikenal langkah dan hebat, memiliki keangkuhan tersendiri dan sulit dipatuhkan menjadi bawahan saking angkuhnya hewan tersebut. Sampai-sampai Shen Xiao sendiri sering beradu mulut dengannya, walaupun pada akhirnya Xin Xin 'lah yang mengalah. Mau bagaimana pun, Shen Xiao itu Tuan-nya dan dia tak bodoh.Duduk di atas dahan pohon. Xin Xin mengambil posisi bersandar, duduk begitu nyaman dengan kaki ia silangkan dan kedua tangan ia lipat di dada sambil menikmati tontonan dari bocah yang ia bodohi itu."Kita lihat, sampai sejauh mana kamu akan bertahan Lin Tian," gumam Xin Xin sedikit menarik simpul senyuman di bibirnya."Sekarang apa yang akan ku lakukan? Huft ... selama ini hidupku hanya bertani merawat padi, gandum dan jagung di ladang. Jika permasalahan berburu, biasanya ayah yang melakukannya."Setelah dipikir-pikir. Lin Tian selama ini hidup terlalu manja dan jikapun mengerjakan pekerjaan, itu pasti pekerjaan yang ringan, hanya menyirami tanaman di kebun atau jika membantu ibunya. Ia pasti akan disuruh menyapu halaman rumah dan itu kadang membuatnya kesal sendiri, padahal itu bukanlah pekerjaan besar dan melelahkan tak sampai membuat perutnya kelaparan.Lin Tian memegangi perutnya, memandang perut kecilnya itu, Lin Tian perlahan menarik napasnya perlahan lalu membuangnya. "Ternyata ibu benar, kelaparan itu lebih menyulitkan dari yang dikira. Seharusnya aku tidak pernah menyisakan makanan ku sedikit saja saat itu, sekarang aku menyesal, bu."Menggelengkan kepalanya. Sebisa mungkin Lin Tian menghilangkan pikiran untuk mengingat kenangan dengan orang tuanya yang hanya akan membuatnya semakin terpuruk dan menyedihkan. Dengan sekuat mungkin, Lin Tian membuat dirinya semangat kembali untuk meluruskan jalan takdir hidupnya. Dan kini, saatnya ia berperang melawan rasa laparnya dan ia harus mencari solusinya dengan cara memburu di hutan yang tak pernah dijamahnya.Dari pengelihatannya yang kurang jelas karena suasana sedikit gelap, meski hari sudah pagi. Karena kedalaman hutan, tentu suasana sekitar tak sama dengan suasana saat di luar.Didapatkan sebuah kayu yang lumayan kuat. Lin Tian membuat ujung kayu itu runcing dengan dibantu batu tajam yang ada di sekitarnya. Lin Tian membuat kayu itu sebagai senjatanya untuk berburu.Walaupun tak ingin mengingat tentang kenangan saat bersama ayahnya, tetapi ingatan itu seakan memaksanya melihat. Sampai sesuatu keberuntungan dari ingatannya saat Lin Tian dengan ayahnya. Lin Tian pernah bertanya tentang senjata apa saja yang digunakan ayahnya saat berburu.Saat ditanya, ayahnya begitu antusiasnya mengatakan padanya tentang apa saja senjata yang bisa digunakan untuk berburu. Begitu jelas sampai ingatan itu tetap melekat dalam pikiran Lin Tian sampai saat ini.Setelah persiapan selesai. Lin Tian yang sudah membawa senjata sebuah kayu dan apa saja barang berguna yang bisa ia dapatkan di sekitar lokasi hutan seperti akar merambat yang bisa ia jadikan tali dan satu kayu yang cukup besar untuk membawa hewan apa saja yang akan dibawanya nanti.Perburuan untuk pertama kalinya, kini Lin Tian mulai.Setelah memantapkan hati dan tekad yang kuat. Lin Tian mulai berjalan menyelusuri hutan dengan langkahnya perlahan sambil memasang setiap indra yang dimilikinya untuk mencari posisi hewan di hutan iniKresek!Telinga Lin Tian berkedut, sesuatu dapat didengarnya. Lin Tian langsung memusatkan pendengarannya untuk lebih memastikan jelas dimana letak suara yang didengarnya.Semakin Lin Tian mengikuti arah suara itu, semakin suara itu terdengar jelas. Sampai saat di depan semak-semak belukar. Lin Tian dengan kayu yang ujungnya sudah diruncingkan itu secara hati-hati siap mengacuhkan ke depan.Satu, dua langkah Lin Tian ambil untuk mendekatinya. Hingga saat tiba di depan semak-semak itu Lin Tian mengangkat tinggi-tinggi kayu runcingnya, Lin Tian yang saat itu akan menghunuskan kayunya kebawah menjadi terhenti di saat Lin Tian melihat seekor bayi Harimau Putih kecil tampak meringkuk dengan kondisi tubuh penuh luka."Bayi Harimau?" Lin Tian memastikan sekitarnya dahulu sebelum mengambil bayi Harimau Putih itu.Setelah memastikan tak ada keanehan Lin Tian segera mengambil bayi Harimau yang sepertinya usianya masih sangat mudah."Malangnya, kamu pasti kehilangan orang tua seperti ku juga," ucap Lin Tian saat sudah menggendongnya dengan hati-hati Harimau kecil itu."Menyedihkan, ternyata dia lebih menyedihkan daripada kamu.""Aah?!"Lin Tian terlonjak kaget atas kehadiran Shen Xiao tanpa disadarinya sampai membuat bayi Harimau Putih itu terlepas dari gendongannya.Untung Shen Xiao yang hanya dengan satu tangan langsung cepat menangkapnya dan mendekapnya. "Berhati-hatilah, tubuhnya begitu rentan dari tubuh kecil mu." Shen Xiao berkata menohoknya.Meski perkataan Shen Xiao lumayan pedas didengarnya. Tapi perkataan Shen Xiao itu tak sepenuhnya salah dan Lin Tian tak bisa marah atas sebab itu. Ia sekarang hanya khawatir dengan kondisi bayi Harimau itu."Kamu lapar ya?" Shen Xiao menggigit ujung jari tangannya dan lalu memberikan darahnya ke mulut bayi Harimau Putih itu dengan penuh perhatian sampai membuat Lin Tian serius memperhatikannya.Sikap Shen Xiao begitu berbeda dengan Harimau itu, terlihat jelas di wajah mengesalkan Shen Xiao menjadi sangat ramah bahkan penuh perhatian seperti itu kepada Hewan kecil itu.Dan bukan hanya itu saja yang Lin Tian perhatikan. Sesuatu yang tak diketahui Lin Tian, Harimau yang penuh luka itu menjadi sembuh hanya dengan meminum darah Shen Xiao dengan ganasnya sampai satu jari tangan Shen Xiao dimasukkan ke dalam mulutnya."Kau tidak takut tangan mu dimakan?" Pertanyaan polos itu lolos dari mulut Lin Tian karena rasa penasarannya yang besar.Shen Xiao tertawa kecil mendengarnya. "Apa kamu kira Hewan sekecil ini akan bisa memakan tangan ku? Dia hanya bayi, kamu saja saat bayi tidak bisa memakan sesuatu yang keras.""Manusia dan hewan itu berbeda. Ayahku pernah mengatakan jika Hewan sejak bayi sudah memiliki sesuatu yang tak dimiliki manusia langsung dari lahir, yaitu gigi," ujar Lin Tian menyimpulkannya.Shen Xiao sedikit takjub mendengar perkataan cerdas dari bocah kurus yang berada di sampingnya."Jika manusia biasa itu mungkin benar yang ayah mu katakan, tapi jika itu seorang Kultivator, beda cerita," papar Shen Xiao menjelaskannya lebih baik. Menatap teduh Lin Tian, Shen Xiao lanjut berkata, "Kamu mungkin tidak akan percaya, tapi itu kebenaran.""Aku percaya, dunia ini sangat besar dan sesuatu yang sulit untuk dipercayai itu, mungkin saja terjadi," kata Lin Tian dengan mantap.Shen Xiao tertegun mendengarnya. Tak ia sangka bila bocah laki-laki yang tampak bodoh itu memiliki pemikiran yang membuatnya tertarik padanya. "Sepertinya benar, aku dilahirkan dengan keberuntungan," batin Shen Xiao merasa bangga sendiri saat sadar dengan kemampuan yang dimiliki Lin Tian dan juga, hewan yang digendongnya ini. Ia bukan sekedar hewan buas biasa. Tetapi Seekor Demon Best Tingkat Tinggi yang kemungkinan besar ketika dirawat bisa menjadi hewan surgawi seperti Xin Xin."Tangkapan yang besar lagi Tuan, kau beruntung," bisik Xin Xin yang sudah berada di sampingnya terbang dengan kedua sayap biru menyala 'nya, gadis itu mendekatkan wajahnya untuk melihat bayi Harimau Putih itu lebih jelas.Kruyuk!Pandangan serius mereka semulanya tertuju pada bayi manis Harimau Putih yang berada dalam gendongan Shen Xiao, seketika mereka beralih bersamaan memandang ke arah Lin Tian."A-anu ... sepertinya aku sudah sangat lapar," kata Lin Tian gugup mengakuinya."Selesai ini, kita akan ke kota, benarkan Shen Xiao?" Xin Xin berputar-putar di atas Shen Xiao yang tengah tertidur di rerumputan bersama dengan Bian Xiao, nama bayi Harimau yang Shen Xiao dapat dari Lin Tian. Lin Tian sendiri tertidur pulas di samping Shen Xiao, sedikit berjaga jarak karena secara langsung Shen Xiao memintanya agar tidur tak dekat-dekat dengannya. Padahal suasana sudah menuju siang hari. Tetapi mereka masih saja tidak ada pergerakkan untuk bangun, padahal Xin Xin sudah membuat keributan. Xin Xin memang tak menganggu Lin Tian, ia hanya mengganggu Shen Xiao saja yang lebih penting untuk mengatur arah jalan mereka selanjutnya. "Shen Xiao, kita akan ke kota kan?" Xin Xin mendekatkan bibirnya di telinga Shen Xiao sampai menggelitik telinga Shen Xiao. Tetapi sepertinya, rasa kantuk Shen Xiao lebih besar dibandingkan gangguan yang diberikan Xin Xin. Sampai Xin Xin mendengus kesal. "Kebiasaan sekali, selalu saja sulit bangun. Begini nih jika seminggu sekali ba
Di dalam kegelapan hutan. Terdapat dua anak kecil berbeda jenis kelamin tengah berlari cepat berusaha menghindar dari kejaran orang-orang yang membantai habis Klan mereka. Mereka berdua berlari tak tahu arah memasuki hutan yang sama sekali tak pernah mereka jamah, hanya demi bisa meloloskan diri dari para pembunuh yang berniat menghabisi seluruh Klan mereka. Apalagi mereka berdua satu-satunya lah yang tersisa dari Klan tersebut.Salah satunya, anak laki-laki yang tubuhnya sedikit tinggi dari anak perempuan di depannya denhan jarak usia 3 tahun lebih tua dari anak perempuan yang menggandeng tangannya berusaha mengajaknya berlari cepat dengan anak perempuan itu yang mengarahkannya. Namun, sepertinya terlihat sendiri, anak laki-laki itu sudah merasa tak sanggup lagi untuk berlari kembali dalam keadaannya yang terluka parah seperti itu. Dia sampai berhenti sambil memegangi perutnya yang terluka akibat terkena serangan pedang dari pembunuh bayaran tersebut.Merasa saudara laki-lakinya terhe
"Xin Xin! Habisi mereka!" seru Shen Xiao menyuruh Xin Xin bergerak maju melawan para pembunuh bayaran yang mengepung mereka.Xin Xin mendengus, memutarkan bola matanya malas. "Kebiasaan." Sudah ia duga, Tuan-nya yang berotak licik ini pasti akan mempermainkannya lagi. Sekarang lihatlah, setelah memanggil para pembunuh yang bersembunyi itu dengan sendirinya, bukannya dia yang melawan, malahan melibatkan Xin Xin lagi-lagi. "Tuan tidak akan turun tangan selama ada bawahannya di sini, kau harus mengingatnya Xin Xin." Shen Xiao menunjukkan senyum simpul yang begitu mengesalkan sampai setiap kali Xin Xin melihatnya merasa muak sendiri. Wajahnya memang lumayan ditambah senyumannya itu, tapi kelakuannya itu selalu menutupinya. "Kak Shen, apa Xin Xin bisa melawan mereka?" Lin Tian bertanya ragu. Bocah lelaki itu sampai menarik lengan baju Shen Xiao merasa takut.Shen Xiao menoleh ke arahnya. "Kau lihat saja, dia itu pintar bermain api. Asal kamu tahu, tidak ada orang yang mampu memegang tang
"Ka-kakak, bangun ... aku takut."Shen Xiao mengusap matanya kemudian dia memijit pangkal hidungnya. Suara gadis itu muncul kembali, ia mendengarnya, sangat jelas dari indra pendengarannya yang sangat tajam.Apa yang dilakukan Shen Xiao itu membuat dua orang pembunuh bayaran yang memiliki senjata andalan panah menjadi berpikir bahwa pemuda itu tengah dalam kegelisahan, mereka menganggapnya, dia khawatir dan takut dengan gertakkan mereka. "Sudah kuduga, dia pasti hanya Tuan Muda sampah yang lemah," kata salah satu dari mereka. Melihat tingkah Shen Xiao, perasaannya menjadi yakin bahwa pemuda itu hanya pemuda cacat saja yang lemah.Satunya lagi menanggapi, "Kau benar, sepertinya dia berada di hutan ini juga karena keluarganya menginginkan dia mati saja. Mungkin, dia aib keluarga karena kecacatannya."Hanya seorang saja yang beranggapan berbeda. Dia mengabaikan para rekannya memilih memperhatikan pemuda itu begitu serius dengan kedua mata tajamnya. "Aku yakin ada sesuatu yang salah," pi
"Kau memungut anak kecil lagi?" Xin Xin memandang Shen Xiao hampir dibuat geleng-geleng kepala.Sudah menghilang ntah kemana sampai malam hari sudah terasa mencengkram di dalam hutan ini. Pemuda itu datang-datang membawa dua orang anak yang kiranya salah satunya seusia dengan Lin Tian, sebelas tahun. Dan satunya lagi sekitar tujuh-delapan tahun.Tapi, ada satu hal yang membuat Xin Xin dibuat menggeleng-geleng kepala ketika melihat Shen Xiao menggendong seorang anak laki-laki sedangkan Shen Xiao tampak membawa dirinya sendiri saja kesulitan dengan tongkatnya itu. "Shen Xiao-- ""Panggil aku Tuan Shen," tukas Shen Xiao mengatur panggilan Xin Xin dengan tegas. Xin Xin menganggukkan kepalanya, walaupun wajahnya terpasang tertekuk. Semulanya menatapnya menjadi mengalihkan wajah kembali ke depan yang terdapat api unggun, dibuat secara langsung oleh Lin Tian yang kini pemuda itu bersama Bian Xiao si bayi Harimau tengah tertidur beralas daun talas.Shen Xiao mengetahui Xin Xin pasti tengah m
Sang fajar sudah menyingsikan wujudnya. Sahut menyahut kicauan burung menyambut kedatangannya. Sesegar udaranya, sesosok pemuda yang kini disibukkan berburu di hutan dengan menjadikan anak-anak umpannya, begitu sangat semangat sekali membuat para anak-anak menjebak hewan masuk ke dalam perangkapnya.Dia hanya menangkring di atas pohon dan hanya mengarahkan anak-anak untuk berlari demi lolos dari kejaran Hewan Buas yang ingin diperangkapnya. Tapi Xin Xin kebanyakan yang membantu anak-anak lolos dari kejaran Hewan Buas tersebut. Shen Xiao lebih banyak mengaturnya saja, sedangkan dia santai di atas pohon memandangi mereka dari bawah. Xin Xin memandangnya begitu sinis, dia bisa membawa anak-anak bersama mereka, tapi tidak bisa menjaga anak-anak dengan baik dan akhirnya Xin Xin juga yang turun tangan.Xin Xin melesat terbang ke arahnya sambil berteriak memanggilnya, "Tuan Shen!""Pelankan suara mu, kau bisa membuat sekawanan Serigala Darah muncul di sekitaran sini." Shen Xiao memperingatin
"Ayo anak-anak manis, makanlah." Mereka bertiga melihat kepedulian Shen Xiao merasa heran. Setelah memasakkan sup daging dari peralatan masak yang ntah darimana asalnya begitu terlihat lengkap, seperti langsuny diambil dari dapur restoran, Shen Xiao menyajikan sup itu ke mangkuk dan memberikannya kepada mereka bertiga dengan hati-hati. Shen Xiao turut makan seperti mereka juga, dia duduk bersila di antara mereka dan menikmati makanan itu bersama-sama dengan tenang dan begitu fokus pada makanannya. Ada yang aneh, ketiga anak itu memikirkannya. Sampai suara Lin Tian terdengar di tengah makan mereka. "Kak Shen, di mana Xin Xin?" tanya Lin Tian, menyadari tak adanya gadis Blue Phoenix itu di sini sejak tadi, bahkan ketika makan, Xin Xin tak ikutan hadir menikmati makanan yang dibuat Shen Xiao dari hasil buruan mereka dan Xin Xin turut andil membantu mereka bahkan dia juga mengajari mereka bertiga cara menguliti kulit para Hewan Buas tersebut. Karena bermacam-macam Hewan yang mereka ta
Suara berisik dari luar membuatnya terbangun. Semulanya ia tertidur sangat pulas dengan tidak tahu malunya berada di tempat orang. Tempat tinggal kerabat pedagang yang memberikanya tumpangan. Namun kini juga memberikanya kamar untuk ditinggali untuk sementara waktu. Sangat menguntungkan, tak perlu lagi ia susah payah mencari penginapan di kota. "Kakak! Kau tahu kan bagaimana situasi kota ini? Kau seharusnya tidak asal membawa orang asing ke sini! Kau ingatkan waktu lalu apa yang terjadi dari tindakan baik mu itu?!" Shen Xiao melihat keluar, sedikit ia membuka pintunya untuk melihat siapa yang berdebat di luar. "Li Mei, pemuda itu dalam keadaan buruk, dia bahkan tidak bisa bicara karena keadaannya sekarang. Li Mei, keluarga kita tidak pernah membiarkan orang lain yang tengah terluka begitu saja. Adikku dengarkanlah kakak mu kali ini saja," mohon pria berbadan gempal menyatuhkan kedua tangannya pada seorang gadis yang dilihat dengan kedua mata hitam pekat Shen Xiao. Gadis yang seperti