Share

2-Rencana Licik

"Kau bukan cukup berlebihan Tuan Shen. Tapi kau sangat berlebihan!" ujar seorang gadis bersayap yang datang tanpa diduganya. 

Shen Xiao menoleh ke arahnya. Gadis dengan sayap biru cantik itu seorang Blue Phoenix, Hewan kontraknya, tampak menunjukkan raut wajah kesal sembari bersedekap dada.  

"Darimana saja kau? Aku menunggu mu sejak tadi, kau tidak ada muncul." Tanpa peduli perkataan gadis Phoenix itu, Shen Xiao lebih memperdulikan keberadaannya sedari tadi yang tak ada bersamanya malah menghilang dan membuatnya repot sendiri berhadapan para Kultivator Aliran Hitam di sini. 

"Aku hanya berjalan-jalan di sekitaran hutan di dekat sini," ujar gadis Phoenix itu, Xin Xin, namanya. Gadis itu tampak menunjukkan wajah tak bersalahnya padahal Tuannya—Shen Xiao, sudah memasang wajah mengesalkan. 

"Apa gunanya kau menjadi Hewan kontrak ku jika kau malah mengabaikan ku?!" tunjuk Shen Xiao memakinya. 

"Aku tidak mengabaikan mu! Kau sendiri yang tidak menghubungi ku!" elaknya tak ingin disalahkan. "Lagian, siapa yang akan tahu jika kau dalam situasi seperti ini, huh?" dengusnya memalingkan wajah ke arah lain.

Shen Xiao menggerutu kesal dalam hatinya, "Bisa-bisanya aku memiliki Hewan kontrak yang tidak menurut seperti ini." 

"Siapa bocah ini? Sepertinya dia memiliki darah Red Phoenix." Xin Xin, gadis Phoenix itu terbang di atas Lin Tian yang pingsan. Ia memeriksa keningnya, baru saja disentuh keningnya, ada simbol api merah yang muncul merespon cepat sentuhannya. 

Melihatnya juga. Shen Xiao menjadi penasaran dengan Lin Tian. Kemarahannya yang tadi disebabkan Xin Xin menjadi hilang digantikan tawa lantangnya yang menggelegar. 

"Aku mendapatkan barang langkah! Ha ha ha!" 

"Dia bukan barang," ujar Xin Xin menatapnya malas. 

"Sama saja, yang terpenting dia akan berguna untukku, khe ... khe ... khe ... ini akan menarik," gumamnya menyeringai misterius. 

Xin Xin yang melihat ekspresi wajah yang ditunjukkan Tuan-nya menjadi merinding sendiri. Biasanya jika Shen Xiao menunjukkan ekspresi mengerikan seperti ini, sudah pasti ada sesuatu yang berbahaya sedang direncanakannya.  

--- 

Di pegunungan berkabut yang di dalamnya terdapat Sekte Besar Aliran Hitam. 

Kini terlihat di suatu ruangan. Berkumpulnya para Kultivator Tingkat Tinggi yang merupakan para Tetua dan Peninggi Sekte. Sekte ini adalah Sekte Kabut Hitam. Sekte tertinggi para Kultivator Aliran Hitam. Dan ditempat inilah para Kultivator muda diajarkan.  

Tapi, tentu Sekte Aliran Hitam tak sebanyak Sekte Aliran Putih yang tak bisa dihitung jumlahnya. Baik dari Sekte Tingkat Rendah sekalipun, Sekte Aliran Putih pemenang jumlahnya. Namun jumlah bukanlah hal yang menentukan kekuatan Sekte. Tapi kemampuan dari para penerusnya, murid-muridnya, itulah yang menjadi penentu suatu Sekte dinyatakan Sekte besar. 

Dan di Sekte Kabut Hitam inilah tempat para jenius Kultivator dan Beladiri berada cukup banyak sampai-sampai salah satu Sekte Aliran Hitam ini sangat diwaspadai. 

"Duan Chen, tindakan mu ceroboh sekali, Misi yang kau berikan kepada murid-murid kita itu suatu tindakan yang gegabah!"  

Seorang pria tua kurus berjanggut panjang hitam dan memilih wajah yang pucat pasih seperti mayat hidup itu berdiri dari duduknya dan menggebrak meja seraya menunjuk pria berbadan kekar yang bertelanjang dada memiliki kulit paling gelap sendiri di antara yang lain.  

Brak! 

"Kau membuat beberapa murid berbakat kita terbunuh!" ujar pria berjanggut panjang itu penuh amarah.  

"Aku tidak bersalah, mereka yang memaksa meminta Misi itu," ujar pria berbadan kekar itu mengelak. Duan Chen, pria itu seorang Tetua Sekte atau pengajar di Sekte ini dan juga memiliki kerja sambilan sebagai penjaga Misi para murid Sekte Kabut Hitam. 

"Harusnya kamu menghalangi mereka!" kata Tetua Wu—Wu Ming, seorang pengajar di Sekte juga dan ia memiliki status yang lebih besar dari Duan Chen. 

Duan Chen melipat tangannya di dada, pria kekar itu berkata dengan angkuh, "Aku tidak bersalah, yang salah itu murid didik mu dan juga keponakan mu. Aku tahu kau marah pada ku karena keponakan mu menjadi korbannya. Tapi, tak seharusnya kau menyalahkan ku yang tugasku di sini hanya mengajar dan menjaga pusat Misi. Jika ku katakan aku sudah melarang mereka, maka aku sudah melarang, tetapi para bocah nakal itu memaksa ku memberikan Misi itu pada mereka dengan ancaman bahwa mereka akan melaporkan itu kepada mu. Ck, ck, mereka bocah yang cerdik dan manja. Cara didikan mu itu cukup mengesankan ku." Geleng-geleng Tetua Duan Chen saat memikirkannya. 

"Ka-kau ... apa maksud mu mengatakan itu?! Kau ingin bertarung dengan ku?!" 

"Sudah cukup Tetua Wu. Kau juga Tetua Duan," ujar Tetua Agung melirik Tetua Wu Ming dan Tetua Duan De bergantian.

Mereka berdua langsung terdiam tak berani berbicara lagi jika sudah angkat tangan Tetua Agung yang memiliki tempramen paling susah ditebak diantara Tetua lainnya. 

Tetua Agung seorang Kultivator yang sudah hidup cukup lama tapi tubuhnya tampak awet muda dibandingkan Tetua lainnya. Meskipun begitu, kemampuannya jangan diragukan lagi, apalagi ia baru saja keluar dari latihan tertutupnya selama beberapa tahun ini. 

"Sepertinya banyak kekacauan yang terjadi selama aku latihan tertutup," katanya begitu lembut, tapi terasa jelas bila ia begitu sangat kecewa mengenai masalah besar yang menimpa Sektenya ini. 

"Ini semua karena keteledoran kami. Tetua Agung bisa menghukum kami semua yang ada di sini," ujar wanita bercadar hitam tipis yaitu Tetua Huanran dengan hati-hati membuka suaranya begitu lembut.  

Semuanya mengangguk setuju karena tak ada pilihan lain selain mengikutinya, daripada harus menerima pertanyaan yang menyulitkan mereka dari Tetua Agung yang sangat mereka takuti.  

"Saat aku latihan tertutup, aku juga memusatkan pengelihatan ku untuk mengamati Sekte ini. Aku cukup senang kalian bisa menemukan bakat-bakat yang luar biasa. Setidaknya itu menutupi masalah saat ini, tapi tentu saja, kejadian kali ini aku tidak ingin terulang kembali." Diakhir katanya, Tetua Agung menekankan perkataannya dengan aura pembunuh yang dimilikinya. 

Semua Tetua merasa napasnya tercekat dan tubuh mereka menjadi bergetar. Padahal mereka berada di tingkat yang lumayan tinggi sebagai Tetua, tetapi itu terasa tak sebanding jika harus dibandingkan dengan kekuatan Tetua Agung mereka. 

"Kami janji tidak akan mengulanginya lagi!" seru para Tetua yang ada di sini kecuali Tetua Agung yang hanya memasang wajah ramahnya sebagai topeng wajahnya di hadapan mereka semua. 

Dan di saat mereka semua keluar. Tetua Agung yang masih berada di ruangan itu mengubah sikapnya yang semula ramah menjadi dingin tanpa sedikit pun ekspresi ditunjukkan di wajahnya. 

"Siapapun yang mengambil nyawa murid-murid Sekte ku, aku pastikan kamu habis di tangan ku!" ujarnya dengan suara keras, namun tak terdengar keluar karena ruangan ini kedap suara. 

Sedangkan pelaku yang membunuh sebagian banyak murid-murid dari Sekte Kabut Hitam yang membantai Desa Matahari. Tampak kini tengah ribut berebutan daging bakar yang dibakarnya tanpa ingin membagikan daging buruannya kepada mereka berdua, Xin Xin dan Lin Tian. 

"Kalian jika ingin daging, buru saja sendiri, jangan ambil milikku!" tegasnya melarang mereka berdua mengambil daging miliknya.

Komen (6)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mantap bah
goodnovel comment avatar
MAF_0808
hati hati shen xiaou
goodnovel comment avatar
Liya liyana
lanjut baca bab berikut nya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status