Raja Setan Seruling Maut langsung buka mulut, "Perempuan yang baru datang! Apakah kehadiranmu di tempat ini untuk buka urusan denganku!"
Perempuan yang tak lain Nenek Cabul adanya, pasang senyum. Dicobanya mempergunakan daya tarik yang dimilikinya guna memikat Raja Setan Seruling Maut. Sikap yang diperlihatkannya itu memancing dengusan Siluman Kawah Api.
"Orang yang telah lama ingin kujumpa! Sudah tentu aku tak memiliki keinginan seperti itu! Yang ada, justru keinginan untuk bergabung denganmu! Julukanku.... Nenek Cabul!"
Raja Setan Seruling Maut hanya sekilas arahkan pandangan pada payudara Nenek Cabul. Di lain kejap dia berkata diiringi dengusan, "Diam di tempatmu! Kau kupilih pula sebagai saksi dari pertarungan yang akan kulakukan! Dengar baik-baik! Bila ada yang berbuat tak menyenangkanku, akan kubunuh saat ini juga!"
Kendati masing-masing orang, kecuali Siluman Kawah Api, keluarkan dengusan, namun mereka tak ada yang membuka mulut. Kesemuanya bertany
Suara Pendekar Bijaksana terdengar lagi.Kali ini ditujukan pada Raja Setan Seruling Maut kembali, "Aku akan muncul bila orang yang kutunggu datang! Percayalah, dialah satu-satunya orang yang dapat mengalahkan dan menghancurkan seluruh sepak terjangmu!"Sebelum Raja Setan Seruling Maut membuka mulut, terdengar suara, "Peri Gelang Rantai! Rasa-rasanya kita belum terlambat datang! Mungkin mereka sedang mempersiapkan satu sambutan yang sangat meriah untuk kita!"-o0o-Masing-Masing orang, kecuali Raja Setan Seruling Maut yang sedang geram dan menduga-duga di manakah beradanya Pendekar Bijaksana lantas mencelat ke depan dan lepaskan serangan-serangan dahsyat, alihkan pandangan ke kanan.Mereka melihat dua sosok tubuh muncul di sana. Yang berada di sebelah kiri, seorang lelaki tua namun masih memiliki tubuh tegap dengan kumis menjuntai. Melangkah dengan kedua tangan berada di punggung. Yang seorang lagi, seorang nenek berpakaian panjang hitam penuh tamb
Sementara itu, bibir perempuan berpayudara besar namun sudah kendor itu tersungging seringaian penuh ejekan. Di pandanginya sejenak benda yang berada di tangannya. Sebuah trisula yang terdiri dari empat buah jajaran besi dan sepanjang lengan orang dewasa. Dua buah besi saling berapatan dan memberikan jarak yang agak renggang di bagian tengah. Keempat besi yang berangkai itu berujung lancip dan sama rata. Lalu dengan kepala ditengadahkan dan suara dingin, Nenek Cabul berseru, "Mungkin kau sudah ditakdirkan untuk mampus disenjata milikmu sendiri. Raja Dewa! Tetapi aku masih berbaik hati! Kuberi kesempatan kau untuk merebutnya! Bila kau berhasil mendapatkan benda ini, maka kau tetap sebagai pemiliknya! Hanya saja, jangan terlalu banyak berharap!"Untuk sesaat Raja Dewa tak berucap. Matanya lekat menatap Trisula Mata Empat yang tergenggam erat di tangan Nenek Cabul."Apa pun yang terjadi, aku akan tetap menghadapi semua ini...." Habis membatin demikian, lelaki tua namun be
Kejap lain, Dewi Kematian berkata, "Sudah kukatakan, aku tak punya urusan dengan manusia itu! Bila kau hendak melakukannya, silakan!"Maung Kumayang menggeram."Keparat betul! Perempuan ini memang telah mengikat janji denganku untuk membunuh Si Buta dari Sungai Ular! Tetapi, dia telah mengatakan tak punya urusan dengan Seruling Maut! Peduli setan! Aku tak mau lagi diperbudak oleh lelaki berpakaian merah-merah itu! Seruling Gading harus kumiliki!"Habis membatin demikian, dengan anggukan keras dan suara dingin, Maung Kumayang berkata, "Baik! Kau tak perlu repot dengan urusanku! Aku akan...."Kata-kata Maung Kumayang terputus, tatkala terdengar satu suara diiringi tawa yang konyol, "Wah, wah! Pestanya sudah dimulai, ya? Ada Nenek Cabul! Ada Dewi Kematian! Dan ada Maung Kumayang! Lho, Iho... kenapa dengan lelaki berpakaian merah-merah itu? Apakah dia sudah gila! Masa bodoh! Aku mendapat lawan yang mana, nih!"-o0o-Seketika masing-masing orang
"Kau akan merasakan yang lebih hebat lagi!"Wuuutttt! Wuuuttt!Kali ini Si Buta dari Sungai Ular tak mau bertindak ayal. Setelah melompat ke samping dan begitu kakinya menjejak tanah, segera dihempos tubuhnya ke depan. Pukulan 'Geledek' sudah dilepaskan.Seketika menghempas gelombang angin raksasa. Merasakan gelombang angin dahsyat menggebah ke arahnya, Maung Kumayang mengulangi sekali lagi gerakannya.Saat itu juga menderu satu gelombang angin mengandung hawa panas tinggi. Namun yang mengejutkan, justru terdengar seruan tertahan dari Maung Kumayang.Bersamaan dengan itu, lelaki yang kini berdiri membungkuk itu segera membuang tubuh ke belakang bila tak ingin tubuhnya tersambar hawa panas dari pancaran sentakan tenaga yang dilepaskan Manggala.Rupanya, pemuda dari Sungai ular ini sudah alirkan tenaga inti ‘Geledek’ yang dipadukan dengan Ajian ‘Badai Topan Samudra!’ milik Istana Dasar Samudra.Dewi Kematian yang
RAMBATAN siang kini sudah menjelma menjadi senja. Bias-bias sisa matahari seharusnya me mancing perhatian orang karena keindahan yang meraja dan pesona yang sukar ditepiskan. Di penghujung sana, beberapa ekor Ular beterbangan dan seakan membentuk sebuah lukisan yang menawan. Namun, tak seorang pun dari orang-orang yang berada di Bukit Watu Hatur yang tertarik untuk menikmati keindahan itu. Masing-masing orang sibuk mempertahankan diri.Peri Gelang Rantai yang berhasil menghalau setiap serangan Siluman Kawah Api dengan gelang-gelang hitamnya, kali ini sudah mencelat melancarkan serangan. Rupanya, Peri Gelang Rantai benar-benar hendak menuntaskan seluruh pertarungannya.Siluman Kawah Api sendiri berulangkali menggeram keras dan memaki-maki. Sulit baginya untuk memperpendek jarak. Sekali dua kali dia memang berhasil memusnahkan dan memukul jatuh gelang-gelang hitam yang dilepaskan oleh Peri Gelang Rantai. Namun kembali lagi dia harus berjumpalitan menghindarinya.B
Memikir demikian, pemuda dari Sungai ular ini pun mempercepat gerakannya. Dicecarnya Maung Kumayang terlebih dulu yang benar-benar keheranan karena ternyata ramuan yang diminumnya tak banyak membawa hasil menghadapi Si Buta dari Sungai Ular. Bahkan lelaki bercodet ini mulai disadarkan oleh pikirannya sendiri. Kalau dia terlalu muluk untuk mendapatkan Seruling Gading dengan kemampuan yang tak seberapa itu! Menerima serangan gencar yang dilancarkan Si Buta dari Sungai Ular, Maung Kumayang berulang kali menjerit tertahan dan tunggang-langgang dengan wajah pucat laksana tak berdarah!Sementara itu, mendapati Maung Kumayang dalam keadaan kritis, Dewi Kematian seakan melupakan kejengkelannya pada Maung Kumayang saat bersama-sama dengan Dewi Topeng Perak. Dia pun turun membantu. Si Buta dari Sungai Ular menggeram gusar saat merasakan gempuran di belakangnya. Cepat dia membuang tubuh ke belakang dan hinggap dengan kedua kaki dipentangkan di atas tanah.Tatapannya diarahkan sat
"Celaka! Bila belum teratasi juga... semua orang yang berada di sini bisa mati. Apakah aku... oh! Bukankah Peri Gelang Rantai mengatakan Trisula Mata Empat bisa menandingi Seruling Gading? Bila memintanya dari Nenek Cabul, bisa dipastikan kalau perempuan itu tak akan memberi....”Di antara orang-orang yang sedang menghadapi masalah besar itu, sosok Pendekar Bijaksana yang diharapkan muncul oleh Seruling Maut Darah, tetap tak menampakkan batang hidungnya. Keadaan ini membuat Raja Setan Seruling Maut bertambah gusar. Dipercepat alunan Seruling Gading. Raja Dewa yang dari hidungnya telah mengalirkan darah segar, berkata dengan tersendat pada Nenek Cabul, suaranya pelan dan sarat kesakitan, "Kau... tentunya... tak ingin mati.... Pergunakan... Trisula.... Mata Empat... untuk... menahan getaran.... Seruling Gading...."Nenek Cabul yang tubuhnya bergetar hebat pula mengangkat kepalanya. Kepucatan wajahnya semakin nampak."Apa... apa... yang mesti... kulakukan...,
“Ternyata... masih ada rahasia Tulang Ekor Naga Emas yang belum terpecahkan." Menyambung batin Manggal lagi.Sementara itu Raja Setan Seruling Maut yang sedang meniup Seruling Gading tersentak kaget. Seketika lelaki berpakaian merah-merah ini melengak dengan kepala tegak dan segera mengangkat tangan kirinya.Blaaarrr!Sesaat letupan keras terjadi. Namun gemuruh pusaran Tulang Ekor Naga Emas yang keras, terus mengarah pada Raja Setan Seruling Maut. Lelaki berpakaian merah-merah ini terkesiap. Cepat dia buang tubuh ke samping dan bersamaan dengan itu ditiupnya kembali Seruling Gading.Seketika mengalun suara yang semakin lama bertambah keras. Raja Dewa dan Peri Gelang Rantai yang tadi sesaat menarik napas lega karena alunan Seruling Gading tertahan oleh kuatnya gemuruh Tulang Ekor Naga Emas, kembali harus mengalirkan tenaga dalam masing-masing ke telinga!Di seberang, Manggala yang bertambah yakin dengan keampuhan Tulang Ekor Naga Emas, terus m