“Dalam kegelapan.. sosok seorang putra..dendam dan lara menutup kedua matanya. Dia terjerumus sebagai manusia...dan bangkit menjadi legenda.” Dia terlahir buta, oleh ayahnya, Raja Samudra. Ia diberikan nama Manggala Samudra. Manggala kecil lolos dari pembunuhan. Perintah pembunuhan yang langsung diberikan oleh permaisuri Raja Samudra.. Takdir kemudian membawa Manggala bertemu dengan Penguasa Sungai Ular, Raja Siluman Ular Putih yang kemudian mengangkatnya sebagai murid. Dengan kesaktian yang dimilikinya, Manggala melanglang buana memberantas keangkara murkaan hingga kemudian dia dikenal dengan nama SI BUTA DARI SUNGAI ULAR. Nah, Bagaimanakah kisah ini akan berjalan? Mengapa Permaisuri Raja Samudra ingin membunuhnya? Ada rahasia apa sebenarnya dengan diri Manggala? Mampukah Manggala menyingkap tabir tentang jati dirinya? Melibatkan cinta 2 perempuan paling fenomenal di Indonesia (Roro Kidul & Blorong) untuk mendapatkan cinta Manggala. Nantikan semua jawabannya dalam ; SI BUTA DARI SUNGAI ULAR
View More"Sobatku Raja Penyihir! Cepat kemari!"Meski Raja Siluman Sungai Ular telah memanggil, namun toh tetap berkelebat juga mendekati sosok yang dilihatnya sebagai Raja Penyihir."Kau...!"Kerutan di kening Raja Penyihir tampak makin banyak. Hatinya merasa heran sekali melihat kemunculan Raja Siluman Sungai Ular."Jangan banyak tanya! Aku sudah tahu, apa yang ingin kau ucapkan," ujar Raja Siluman Sungai Ular begitu berada di dekat Raja Penyihir. Raja Penyihir alias Ki Damar Suto melengos.Rupanya ia tak senang mendengar bentakan lelaki tua di hadapannya."Apa kau sudah menemukan muridku, Sobat?" terabas Raja Siluman Sungai Ular."Jangan banyak tanya! Aku sudah tahu, kau pasti akan menanyakan hal itu," balas Raja Penyihir ketus, menirukan gaya bicara Raja Siluman Sungai Ular tadi."Jangan bercanda, Sobat! Aku bersungguh-sungguh.""Siapa bercanda? Aku tidak bercanda. Justru aku sedang mencari murid brengsekmu. Tapi, kenapa kau
"Hm...! Lagakmu pongah sekali, Penghuni Kubur. Kau pikir kami takut mendapat gertak sambalmu?" geram Kakek Putih. "Kalau kami memang terlibat atas tewasnya Empat Bajingan Merah dari Hutan Seruni, kau mau apa, he!" lanjut Kakek Putih sengit."Bagus! Berarti tak salah lagi! Siapa pun juga yang berani mengganggu adik-adik seperguruanku, berarti mati! Tak peduli kalian berdua, Ratu Pring Sewu, maupun Raja Siluman Sungai Ular sekalipun!"“Jadi? Ap.... Apakah kau telah membunuh mereka?" tanya Kakek Kelabu, ragu-ragu membuka suara. Seolah, lidahnya terasa kelu."Belum semua. Yang jelas, nenek jelek itu sudah modar di tanganku!" sahut Penghuni Kubur, lantang."Apa? Kau telah membunuh Ratu Pring Sewu?" Kakek Putih dan Kakek Kelabu terperangah nyaris bersamaan."Tak ada gunanya kau tanyakan ini. Karena, sebentar lagi kalian berdua akan segera menyusul!""Setan alas! Kalau begitu, justru kaulah yang harus mampus di tangan kami, Penghuni Kubur!" t
"Aku sudah mendingan. Manggala. Memang dadaku masih sedikit nyeri. Tapi, kukira tak apa-apa. Mungkin sebentar lagi juga sembuh," ucap Arum Sari dengan senyum manis terkembang di bibir.Sewaktu Arum Sari menyebutkan kalau dadanya masih sedikit nyeri, tanpa sadar Manggala pun melirik ke bagian tubuh yang dimaksudkan gadis itu. Dilihatnya, pakaian yang menutupi dada si gadis memang sedikit terkuak lebar, menampakkan sebagian bukit kembarnya yang membusung indah."Ah...! Kau nakal, Manggala!" Arum Sari memberengut manja. Tanpa malu-malu, pakaiannya yang robek segera dibetulkan. Arum Sari memang sudah mengetahui tentang rahasia kedua mata putih Manggala, hal ini telah Manggala beritahu karena Manggala merasa tidak perlu lagi merahasiakan tentang mata putihnya kepada Arum Sari. Dia percaya sepenuhnya kepada Arum Sari untuk menjaga rahasia ini.Manggala malah cengar-cengir. Entah kenapa tangannya lantas bergerak ke atas, menggaruk-garuk kepala. "Sudah, kan?" tanya gadi
"Ah...!" Kakek Putih terkesiap kaget. Sungguh tak disangka kalau akan mendapat serangan demikian hebatnya. Padahal tadi, ia sebenarnya sedang mendesak Si Buta dari Sungai Ular. Menyadari dadanya hendak jadi sasaran empuk, Kakek Putih segera menarik mundur tubuhnya ke belakang. Sambil bergerak, tongkat di tangan kanannya cepat mengayun ke bawah."Hup!"Tiba-tiba Si Buta dari Sungai Ular berkelit ke samping. Saat itu pula patukan tangan kanannya telah meluncur ke iga Kakek Putih.Tuk! Tukkk!"Aaah...!"Dua kali iga kiri Kakek Pulih terkena patukan tangan Si Buta dari Sungai Ular hingga kontan menjerit kesakitan. Parasnya pias, saking terkejutnya. Iganya yang terkena patukan tadi terasa ngilu bukan main.Kalau saja Si Buta dari Sungai Ular mengeluarkan tenaga dalam tinggi, bukan mustahil iga Kakek Putih akan remuk. Tapi, Manggala tadi memang sengaja hanya mengerahkan sebagian dari kekuatan tenaga dalamnya."Hebat! Kau memang pantas menya
"Nah...! Memang itulah yang kuinginkan, Kelabu. Tapi, sayang. Bocah buta itu tak ada di sini. Kalau ada, sudah pasti kutantang bertarung," keluh Kakek Putih."Ya ya ya...! Bagaimana kalau kita cari saja bocah buta itu, Kang?" usul Kakek Kelabu."Baik! Aku setuju usulmu, Kelabu. Ayo, kita cari bocah buta itu!" .sahut Kakek Putih menye-tujui. Saat itu pula, Kakek Putih segera menjejak ke tanah. Sosoknya yang tinggi kurus pun segera berkelebat cepat, meninggalkan tempat itu. Namun baru beberapa tombak...."Tunggu, Kang! Lihat! Siapa yang datang!" teriak Kakek Kelabu yang belum beranjak dari tempatnya. Telunjuknya menuding ke jalan setapak tak jauh dari tempat ini.Mau tidak mau Kakek Putih harus berhenti. Pandangan matanya segera dialihkan ke arah jalan setapak. "Ah, iya" Kau benar, Kelabu. Inilah mungkin yang dinamakan pucuk dicinta ulam tiba. Ayo, cepat hampiri mereka!"Tanpa menunggu kesanggupan adik seperguruannya, Kakek Putih kembali berkelebat k
"Aku ada sedikit urusan denganmu. Tapi, nantilah. Aku ingin bercakap-cakap sebentar dengan ular peliharaanmu ini," kilah Raja Penyihir."Jangan diganggu, Damar Suto! Dia sedang bertapa," tegur Raja Siluman Sungai Ular, langsung."Oooo...!" Raja Penyihir mengangguk-angguk."Kau ada keperluan apa hingga susah payah datang kemari?""Oh, ya? Aku memang ada sedikit urusan denganmu, Raja Siluman Sungai Ular," jelas Raja Penyihir seraya menepuk jidat."Aku tahu. Setiap kau menemuiku, pasti ingin minta bantuanku, bukan?" tebak Raja Siluman Sungai Ular, tak bermaksud menyindir."Siapa yang butuh bantuanmu? Aku tidak butuh bantuanmu. Aku hanya ingin minta izin padamu," sungut Raja Penyihir tak senang."Minta izin apa?""Muridmu.... harus memanggilku guru. Untuk itulah aku minta izin padamu," papar Raja Penyihir."Oh, ya? Jadi kau sudah bertemu muridku!" sentak Raja Siluman Sungai Ular, gembira. "Sudah lama sekali aku tak bertemu d
"Siapa yang kau maksudkan, Ratu Pring Sewu?" tanya Si Buta dari Sungai Ular, tak sabar."Dia.... Dia... ah...!"Kepala Ratu Pring Sewu kembali terkulai. Sementara Si Buta dari Sungai Ular jadi gelisah bukan main. Manggala tak menginginkan Ratu Pring Sewu mati. Pemuda ini merasa harus dapat mengorek keterangan siapa yang telah berani mencelakakan perempuan tua ini, sekaligus ingin menyatroni Sungai ular. Maka, buru-buru Si Buta dari Sungai Ular menotok beberapa jalan darah di tubuh Ratu Pring Sewu yang kembali pingsan. Kali ini paras perempuan tua itu tampak demikian mengerikan. Pucat mirip mayat!"Katakan, Nek! Siapa yang memperlakukan ini semua?" desak Si Buta dari Sungai Ular tak sabar."Peng.... Penghuni Kubuuur...!'Bersamaan dengan putusnya ucapan, maka putus pula nyawa Ratu Pring Sewu dari raga. Kepalanya terkulai ke samping, tak bergerak-gerak lagi."Keparat! Lagi-lagi si keparat itu yang membuat ulah. Dulu kedua orangtuaku yang tewas
Penghuni Kubur menggeram murka. Sekali kibaskan kain kafannya dengan tangan kiri, maka gulungan-gulungan asap kekuningan itu pun sirna. Namun pada saat itu juga, sosok Ratu Pring Sewu sudah tak terlihat lagi."Setan alas! Sampai ujung dunia pun, tak mungkin aku membiarkanmu begitu saja, Bajingan!"Penghuni Kubur menggeretakkan gerahamnya kuat-kuat. Rahangnya sampai mengembung, saking tak tahannya menahan amarah menggelegak. Kedua telapak tangannya yang tadi siap dihantamkan ketubuh Ratu Pring Sewu segera dihantamkan ke depan. Maka seketika meluruk dua larik sinar hijau dari kedua telapak tangannya. Lalu....Blarrr...!Sebuah pohon besar dua lingkaran tangan manusia dewasa kontan bergoyang-goyang begitu terkena pukulan Penghuni Kubur. Pada bagian batang pohon yang terkena bekas pukulan kontan mengepulkan uap tipis kehijau-hijauan. Selang beberapa saat, terdengar suara bergemuruh yang diakhiri bunyi keras dari batang pohon yang tumbang!Blammm!
Tanpa ampun tubuh Ratu Pring Sewu kontan terbanting keras disertai keluhan tertahan. Untung saja tadi tubuhnya sempat bergeser ke samping. Kalau tidak, bukan mustahil dadanya akan hancur terkena hantaman Penghuni Kubur. Meski demikian pundaknya yang terkena hantaman terasa ngilu bukan main. Ratu Pring Sewu meringis kesakitan. Dengan susah payah kembali ia meloncat bangun. "Bajingan! Beraninya kau melukai Guru kami, he! Makanlah tongkatku, Tua Bangka Keparat!" teriak Gandrik gusar bukan main. Dan tanpa banyak cakap lagi, Gandrik segera menerjang Penghuni Kubur. Bersamaan dengan itu, Mawarni dan keenam murid Ratu Pring Sewu lainnya segera turut membantu serangan dengan senjata bambu kuning. "Jangan gegabah, Murid-muridku! Kalian bukanlah tandingannya!" teriak Ratu Pring Sewu gusar. Namun sayang, kedelapan orang murid Ratu Pring Sewu yang sudah kalap itu tak mau mendengar nasihat gurunya. Malah tongkat bambu kuning mereka makin hebat menyerang Penghuni Kubur. "Ha ha ha...! Anak-anak ma
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.