"Sobatku Raja Penyihir! Cepat kemari!"
Meski Raja Siluman Sungai Ular telah memanggil, namun toh tetap berkelebat juga mendekati sosok yang dilihatnya sebagai Raja Penyihir.
"Kau...!"
Kerutan di kening Raja Penyihir tampak makin banyak. Hatinya merasa heran sekali melihat kemunculan Raja Siluman Sungai Ular.
"Jangan banyak tanya! Aku sudah tahu, apa yang ingin kau ucapkan," ujar Raja Siluman Sungai Ular begitu berada di dekat Raja Penyihir. Raja Penyihir alias Ki Damar Suto melengos.
Rupanya ia tak senang mendengar bentakan lelaki tua di hadapannya.
"Apa kau sudah menemukan muridku, Sobat?" terabas Raja Siluman Sungai Ular.
"Jangan banyak tanya! Aku sudah tahu, kau pasti akan menanyakan hal itu," balas Raja Penyihir ketus, menirukan gaya bicara Raja Siluman Sungai Ular tadi.
"Jangan bercanda, Sobat! Aku bersungguh-sungguh."
"Siapa bercanda? Aku tidak bercanda. Justru aku sedang mencari murid brengsekmu. Tapi, kenapa kau
"Sekali lagi kau belum juga menampakkan batang hidungmu, jangan salahkan kalau aku terpaksa mengobrak-abrik sungai ular ini, Raja Siluman Sungai Ular!" geram Penghuni Kubur, tak dapat lagi menahan amarah.Tetap tak ada jawaban.Habis sudah kesabaran Penghuni Kubur. Gerahamnya terlihat makin mengeras. Kedua pelipisnya pun bergerak-gerak. Jelas sekali kalau lelaki sesat ini tak sabar lagi untuk bertemu Raja Siluman Sungai Ular yang selama ini dicurigai sebagai pembunuh Empat Iblis Merah dari Hutan Seruni."Bajingan! Kau belum mau muncul juga, Raja Siluman Sungai Ular!" Penghuni Kubur menghentakkan kakinya kuat-kuat. Seketika, Sungai ular bergetar hebat. Bongkahan-bongkahan batu dan pasir berhamburan tinggi ke udara, membuat pemandangan di sekitarnya berselimut debu. Dan ketika debu yang membubung sirna tertiup angin, saat itu pula tercipta sebuah kubangan besar bekas pijakan kaki Penghuni Kubur."Bajingan! Benar-benar bajingan kau, Raja Siluman Sungai Ular!
Darah merah kehitam-hitaman kontan menyembur dari mulut Arum sari. Bersamaan itu kepalanya terkulai lemas. Si Buta dari Sungai Ular seketika jadi kalang kabut. Buru-buru dirabanya denyut nadi gadis itu. Masih bergerak-gerak kendati lemah sekali. Tapi itu cukup membuat Manggala lega. Ternyata sahabat cantiknya masih hidup. Perlahan-lahan tubuh Arum Sari dipondong dan dibawa ke tempat yang aman. Baru kemudian Si Buta dari Sungai Ular kembali menghadapi Penghuni Kubur."Kau harus bertanggung jawab atas celakanya gadis itu. Juga, atas kelancanganmu datang ke tempat guruku ini," desis Si Buta dari Sungai Ular setelah kembali di hadapan Penghuni Kubur.Penghuni Kubur hanya tertawa bergelak. Namun anehnya, kedua bibir lelaki sesat itu tak bergerak-gerak sama sekali. Bahkan tiba-tiba kedua tangannya menyentak ke depan.Wusss!Seketika meluruk dua gulungan bola asap hitam dari kedua telapak tangan Penghuni Kubur ke arah Si Buta dari Sungai Ular."Edan! Tua
Si Buta dari Sungai Ular menggeram keras. Suaranya yang terdengar sampai jauh ke pelosok lembah sungai ular. Sedang tubuhnya yang besar terlempar. Namun seperti kejadian pertama, sedikit pun tidak mengalami luka!Dan tiba-tiba Si Buta dari Sungai Ular telah menerjang hebat Penghuni Kubur.Wesss!Lelaki berbalut kain kafan ini terperangah kaget, tak menyangka Si Buta dari Sungai Ular akan menyerang begitu hebat. Bahkan sebelum serangan Si Buta dari Sungai Ular mengenai sasaran, terlebih dahulu telah berkesiur angin kencang menampar kulit tubuhnya. Tentu saja Penghuni Kubur tidak ingin tubuhnya jadi santapan empuk serangan lawan. Dengan gerakan indah tiba-tiba tubuhnya meliuk dengan tangan kanan menyampok ke samping.Namun rupanya kali ini Si Buta dari Sungai Ular bertindak cerdik. Tubuhnya bergerak cepat melompat ke samping untuk menghindari sampokan Penghuni Kubur dan ;"Ggggrrr...!"Dengan gerakan yang sangat cepat, Manggala merangkul tubuh
"Sekarang rasakan bogemku ini, ular Keparat! Heaaah...!"Penghuni Kubur menyentakkan kedua telapak tangannya ke atas. Laksana terdorong oleh satu kekuatan dahsyat luar biasa, tiba-tiba tubuh Garaga terangkat tinggi ke udara. Di saat demikian, tiba-tiba kekuatan dahsyat dari kedua telapak tangan Penghuni Kubur menyentak dahsyat ke bawah.Blammm!Garaga menggeliat hebat saat tubuhnya menghantam tanah yang diatasnya terdapat bongkahan-bongkahan batu. Tulang-tulang tubuhnya seakan mau hancur. Kali ini amarahnya makin berkobar. Kendati tak mengalami cedera sedikit pun, namun sudah cukup membuatnya harus mengadu nyawa terhadap Penghuni Kubur.Manggala sendiri yang melihat keadaan Garaga jadi cemas bukan main. Dengan susah payah pemuda itu melompat bangun. Manggalapun berniat untuk mengadu nyawa dengan Penghuni Kubur. Ilmu Sakti ‘Mata Malaikat’ siap digelar.Saat itu, Garaga tengah mengibas-ngibaskan ekornya beringas. Sepasang matanya yang men
Sosok tubuh Raja Penyihir dan Penghuni Kubur tampak saling berpentalan beberapa tombak ke belakang,Bukkk! Bukkk!Raja Penyihir terlihat terhuyung-huyung ke belakang. Sosoknya yang tinggi kurus bergoyang-goyang dengan tangan gemetar. Sepasang matanya yang kecil mengerjap-ngerjap penuh kagum menghadapi pukulan milik Penghuni Kubur tadi.Sementara di depan sana, sosok Penghuni Kubur tampak terhuyung-huyung jauh ke belakang, sebelum akhirnya terbanting keras di tanah berbatu. Tapi lelaki tua terbungkus kain kafan itu cepat melompat bangun. Raungannya yang sarat akan kemarahan seolah ingin merobek angkasa."Bajingan tua! Kubunuh kau!"Penghuni Kubur kembali menerjang Raja Penyihir garang dengan kedua telapak tangan segera dihantamkan ke depan. Kejap itu pula melesat dua larik sinar merah menyala dari kedua telapak tangannya disertai suara menggidikkan.Wesss! Wesss!Kening Raja Penyihir berkerut sebentar. Merasa heran dengan pukulan yang
Namun hal ini bukan berarti harus membiarkan Penghuni Kubur. Pemuda ini bertekad, tetap akan membuat perhitungan dengan tokoh sesat dari Hutan Seruni itu. Dan berhubung Arum Sari saat ini tengah membutuhkan pertolongannya, dengan sangat terpaksa niatnya harus ditunda untuk melabrak Penghuni Kubur.Perlahan-lahan Manggala mendudukkan Arum Sari. Sambil memegangi kedua bahu si gadis, pemuda ini beringsut ke belakang. Segera Si Buta dari Sungai Ular bersila dibelakang Arum Sari. Kedua telapak tangannya segera ditempelkan ke punggung si gadis."Kau sedang terluka, muridku! Jangan paksakan menyalurkan tenaga dalam ke tubuh gadis itu!"Si Buta dari Sungai Ular mendongak. Ternyata, Raja Siluman Ular Putih telah berdiri di belakangnya."Guru...!" Hanya itu yang terucap dari bibir Si Buta dari Sungai Ular.Sementara itu, Raja Penyihir tengah berada di atas angin. Akibat Penghuni Kubur membagi tenaga dalamnya tadi ke arah Arum Sari, kini kedua kakinya telah t
LAUT SELATAN mulai dibaluri sinar kuning keemasan dari ufuk timur sana. Pantulan cahaya matahari menciptakan pernik-pernik di permukaan air laut bak ribuan permata menghampar. Angkasa raya masih berselimut awan putih yang berarak, hingga membuat udara dingin pagi itu masih terasa.Sebuah perahu Layar kecil bergerak perlahan menuju pantai, membelah ombak-ombak yang kali ini terlihat tenang. Di atasnya, berdiri satu sosok tubuh ramping terbungkus pakaian ketat warna biru. Rambutnya yang panjang digelung ke atas, dihiasi manik-manik permata warna biru pula. Makin mendekati bibir pantai, makin jelas kalau sosok ramping di atas perahu layar itu ternyata wanita cantik dengan tubuh sintal. Sepasang mata cerah dengan hidung mancung. Bibirnya kemerahan, tampak merekah bagai delima masak.Begitu tiba di bibir pantai, si wanita bertubuh sintal ini menyembunyikan perahunya di balik rindangnya pohon bakau. Kemudian dengan satu lompatan yang ringan sekali, tahu-tahu tubuhnya telah m
MATAHARI MERAH jingga perlahan merangkak naik di garis laut sana, mengusir embun sisa-sisa tadi malam. Sinar matahari menghangati alam mayapada ini, memberi udara baru bagi setiap mahkluk. Ombak pantai Nusa Kambangan berkejaran bak tangan-tangan maut yang menjulur-julur menampar batu karang, menimbulkan suara bergemuruh."Heaaa.... Heaaa...!"Seiring suara angin kencang yang mendesau, terdengar pula suara garang dari seorang gadis cantik yang tengah berlatih silat di tepi pantai. Gerakannya lincah sekali. Kedua tangannya sesekali menyentak ke depan melontarkan jotosan. Seolah, di hadapannya ada seorang musuh yang tengah kewalahan menghadapi jurusnya. Sementara kedua kakinya sesekali berlompatan ringan dari batu karang yang satu ke batu karang lainnya. Seolah, tubuhnya tak berbobot. Padahal jarak antara batu-batu karang itu cukup jauh, hampir mencapai enam sampai tujuh tombak. Sekali saja gadis itu membuat kesalahan, bukan mustahil tubuhnya akan terbanting keras di batu