Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan

Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan

By:  Te Anastasia  Completed
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
9.1
11 ratings
155Chapters
18.9Kviews
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

"Karena kesalahanmu, aku akan mengurungmu dan menjadikanmu wanita penghangat ranjangku!" Nasib malang menimpa Avalia Bella Sancia, hancurnya perusahaan dan kematian Papanya membuat Valia terpuruk. Ia terpaksa pergi meninggalkan segalanya, termasuk calon suaminya, untuk tinggal bersama Mama angkatnya. Bersama Mama angkatnya, Valia malah dikhianati. Valia dijual pada seorang Presdir tampan yang kejam. Aaron Peter Alieston memiliki perasaan tidak biasa pada Valia. Sebuah kebencian dan dendam yang ingin terbalaskan menggebu dalam hatinya pada sosok Valia. Ia berniat mengurung Valia seumur hidup dan memperlakukannya tanpa kelembutan. Namun pesona dan kejujuran yang semakin hari mulai terkuak dari Valia perlahan membuat Aaron goyah akan bara dendam di hatinya. Akankah Aaron berhasil dengan misi dendamnya, atau malah cinta mengalahkan mereka?

View More
Gadis Polos Tawanan Presdir Arogan Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
user avatar
Narika
Ditunggu karyanya yang laiiin!
2024-01-24 22:25:01
0
user avatar
Ava Chenna
seru. happy end. lanjut lagi kk
2023-11-27 03:24:45
0
user avatar
Robbyana Gorat
keren banget
2023-11-04 12:47:56
0
user avatar
Suriani Ummu Mujahidah
.........,bagus kok
2023-10-17 23:55:10
1
user avatar
Rich Mama
Ceritanya seru... (✿ ♡‿♡)
2023-10-06 14:44:58
0
user avatar
Mami Bella Beliana
mana lnjutnya?? kpan lanjutnya??.,
2023-09-20 23:30:44
0
user avatar
Mawar Indah Sari
ak mulai merasakn Aron kalah hihihi lanjut masak bab dikit skali kak thor
2023-09-16 12:27:39
0
user avatar
Serin Rianata
boleh lanjut kan. seru.
2023-09-13 16:58:06
0
user avatar
Mawar Indah Sari
update 2 kli sehari tak bisa ke kak Thor????
2023-09-12 01:45:43
0
user avatar
Andini Hapsari
mna lanjutan. knp cuman 5 tanggung bgt thor
2023-09-01 06:41:01
0
user avatar
Ningsih
akhirnya tamat kirain s2 bkl pj spt lalya dan mathias ajarin dong puh
2023-11-26 21:15:31
0
155 Chapters
Dijual Pada Laki-laki Misterius
“Malam ini kau akan menemui seseorang yang sangat penting. Diamlah di sini dan jangan coba-coba untuk kabur!” Seruan itu membuat Valia bingung. Wanita paruh baya tersebut memaksanya agar duduk di tepi ranjang besar di dalam sebuah kamar megah dan luas. Gadis dua puluh dua tahun itu masih tidak tahu apa yang hendak dilakukan ibunya. Sebelum datang ke tempat ini, Valia sudah dirias dengan cantik, bahkan mengenakan gaun indah yang melekat pas di badannya yang ramping. Valia tampak mempesona, meski raut wajahnya berkata sebaliknya. “Untuk apa Mama mengajakku ke sini? Sebenarnya siapa yang mau Valia temui?” tanya Valia dengan wajah gelisah. “Sudah, jangan banyak bertanya!" seru Helen, ibu angkatnya, dengan wajah galak dan tidak sabaran. Sesekali ia melirik jam di tangan kirinya."Tapi, Ma..." Valia tidak jadi melayangkan protes karena tatapan Helen langsung menghunusnya dengan tajam, membuat nyali Valia menciut. Ia hanya bisa mengepalkan tangannya dengan kuat.Helen mendengkus menatap
Read more
Berusaha Kabur
Dalam satu malam kehidupan Valia berubah drastis. Aaron membawanya pulang ke kediamannya yang megah. Laki-laki itu melangkah memasuki mansion miliknya yang seindah istana. Aaron berjalan menaiki anak tangga dan terhenti di depan sebuah ruangan yang pintunya masih tertutup."Baringkan dia di dalam kamar!" perintah Aaron, menatap dingin pada anak buahnya yang menggendong Valia. "Baik, Tuan." Sergio membawa masuk Valia ke dalam sebuah kamar dan membaringkannya perlahan-lahan di atas sebuah ranjang sebelum ia kembali keluar dan menutup pintu kamar itu. "Pastikan dia tidak bisa melarikan diri, Sergio!" seru Aaron melirik anak buahnya dari ambang pintu. "Tidak akan, Tuan. Nona Valia sepanjang perjalanan tertidur pulas. Mungkin dia kelelahan karena terlalu lama menangis," ujar Sergio menjelaskan. Laki-laki bertubuh gempal itu menundukkan kepala dengan sopan, mengikuti Aaron menuruni anak tangga menuju sebuah ruangan. Sementara di dalam kamar. Valia membuka kedua matanya lebar-lebar d
Read more
Tuan Muda yang Sangat Arogan
Setelah semalaman Valia dikurung di dalam kamar, pagi-pagi tadi pelayan mendatangi kamarnya dan membantu Valia membersihkan tubuhnya, juga memberikan pakaian ganti sebuah dress yang cantik. Bukan hanya itu, ternyata mereka mengajak seorang dokter laki-laki berwajah tampan yang kini tengah mengobati kaki dan tangan Valia. "Lukanya tidak terlalu dalam, hanya tergores sedikit. Tapi kau harus berhati-hati, Nona," ujar dokter tampan itu membalut telapak kaki Valia dengan perban. Valia diam tidak menjawab dan tidak meresponnya sama sekali. Laki-laki dengan jas putih itu meliriknya dengan tatapan memicing. "Ulurkan tanganmu, Nona Valia," pintanya, beralih duduk di tepi ranjang dan memeriksa telapak tangan Valia yang terluka. "Dari mana kau tahu namaku?" tanya Valia heran. "Siapa yang memintamu mengobatiku?"Dokter tampan itu tersenyum hangat tanpa menghentikan kegiatannya merawat luka Valia. "Panggil saja saya Dokter Fabio. Dan saya cukup tahu siapa Nona Valia dari Tuan Aaron yang penya
Read more
Tidak Membiarkannya Tenang
"Lebih baik aku mati kelaparan daripada di sini seumur hidup." Valia berucap nanar menatap langit-langit kamarnya. Kembali ia mengeliat menekan perutnya yang terasa sakit. Dua hari Valia menolak bujukan makan dari siapapun dan memilih mati kelaparan. Gadis itu meringkuk di atas ranjang dan menjambak sendiri rambut panjangnya, menangis frustrasi. "Kapan... Kapan aku tidak bisa pergi dari tempat ini, aku tidak bisa melakukan apapun di sini selain terus disakiti."Valia memukul bantalnya. "Sebenarnya apa salahku dengannya? Kemunafikan apa yang dia maksud?" Kata-kata Aaron saat itu terus terngiang di kepalanya, tentang kemunafikan di masa lalu. Ia benar-benar tidak mengerti apa yang Aaron maksud. Demi Tuhan, Valia bahkan tidak mengenal pria itu sebelum ini!Merasa putus asa karena berusaha kabur pun tidak mungkin, Valia tidak bisa melakukan apapun untuk membebaskan dirinya sendiri. Karena itu ia memilih untuk mati saja, daripada terperangkap seumur hidup bersama orang tak punya hati s
Read more
Aku Menginginkanmu Malam Ini
Hari sudah senja, Valia diam berdiri di teras belakang mansion. Tempat itu menyuguhkan langsung pemandangan indahnya lautan biru teluk Trieste. Hati Valia kini sangat resah gelisah. Pasalnya sejak kejadian kemarin, Aaron tidak lagi muncul di hadapannya. Valia memikirkan tentang luka di tangan laki-laki itu."Di mana dia dua hari ini?" lirihnya lemas. Valia meletakkan satu tangannya dinding pembatas setinggi pinggang di depannya. Sejenak Valia memilih duduk bersandar pada pilar dan menikmati semilir angin yang berhembus. "Dia terluka sama sepertiku," ucap Valia memperhatikan telapak tangannya yang masih terbungkus perban. "Apa dia baik-baik saja? Mungkinkah lukanya sangat fatal?" Valia menarik napasnya panjang memejamkan kedua matanya pelan. "Nona Valia!" Suara Merina, pelayan wanita itu pun mendekat dengan segelas air putih yang dia bawa."Nona sedang apa? Baru saja saya ambilkan air minum, tapi Nona sudah hilang dan ternyata berada di sini," ujar pelayan itu menyerahkan segelas
Read more
Bersembunyi Darimu, Berakhir Dalam Pelukanmu
"Kenapa hari cepat sekali berubah gelap, aku harus bagaimana malam ini?" Valia bersembunyi di balik selimut tebalnya memeluk bantal dengan erat. Perasaannya sangat resah gelisah tak bisa tenang. Aaron mengatakan padanya malam ini ingin ia puaskan. Valia merasa bingung dan ingin rasanya ia menghilang dengan cepat. "Apa yang harus aku lakukan? Aku tidak mau memuaskan Aaron, aku tidak mau tidur dengannya... Tidak mau!" Valia memukuli kepalanya dengan rengekan frustrasi. Di tengah ia meracau, tiba-tiba saja Valia tersentak saat seseorang menyentuh punggungnya di balik selimut. Sontak Valia menyibakkan selimut itu dan mendongak menatap siapa yang berada di kamarnya. "Pe-pelayan Merina!" Valia menatap sedih wanita itu dengan napas yang naik turun."Nona kenapa?" Pelayan Merina menyentuh kening Valia. "Nona masih pusing ya?" Valia menggeleng pelan. "Aku pikir tadi Aaron yang menyentuh punggungku," lirih Valia cemberut. Kekehan gemas terdengar dari bibir Merina. "Tuan Aaron sedang ber
Read more
Jangan Menyentuh Gadisku!
"Tidak akan ada yang membebaskan aku dari tempat ini. Aku berharap ada yang menolongku."Valia berucap sedih. Kedua matanya menatap jauh lautan lepas yang telihat sangat gelap si subuh hari. Sejak dua jam yang lalu, lebih tepatnya pukul tiga dini hari Valia terbangun dan keluar dari dalam kamar milik Aaron. "Aku ingin pulang," lirih Valia duduk memeluk kedua lututnya. "Aku tidak mau hidup berlama-lama di sini." Saat Valia menangis, tiba-tiba saja sesuatu mengendus dan menjilati pipinya dengan sangat lembut. Sontak Valia mengangkat wajahnya, ia terjingkat kaget mendapati siapa yang mendekatinya. "Astaga!" teriaknya terkejut. "Li-lizer, apa yang kau lakukan?" Valia mengembuskan napasnya pelan mendapati anjing Siberian Husky yang ternyata menjilati wajah cantinya. Sejenak Valia menatap wajah lucu hewan itu sebelum ia tersenyum. Jemari Valia terangkat mengusap bulu-bulu lembut kepala anjing itu. "Kenapa kau tidak tidur, Lizer? Ini masih petang. Udaranya sangat dingin di sini," uja
Read more
Tugasmu Malam ini
"Brengsek!" Teriakan keras lolos dari bibir Aaron. Kepalan tangan meninju kuat meja kayu di depannya. Rasa ingin marah meluap-luap dari hatinya. Sergio yang berdiri di dekat pintu pun hanya diam tertunduk melihat kemarahan Tuan Mudanya yang tidak bisa dihentikan. "Beraninya dia menginginkan Valia secara terang-terangan," desis Aaron dengan rahang mengetat. "Sam memang belum pernah melihat Nona Valia, Tuan," ujar Sergio menyahuti. Aaron tersenyum smirk. "Berkata menginginkan Valia, adalah kebodohan. Dia tidak akan mengira kalau sampai mati pun aku tidak akan melepaskan Valia, semudah itu!" desis Aaron dengan napas naik turun. Aaron tertunduk, menahan pikirannya yang dipenuhi kekesalan pada Sam, sahabat karibnya yang berani menawar Valia untuk dimiliki."Apa kau masih mengurung Valia?" tanya Aaron lirih. "Masih Tuan." Seketika Aaron keluar dari dalam ruangan kerjanya setelah tempat itu berantakan karena luapan emosi Aaron. Ia melangkah menuju kamar Valia di lantai dua. Begitu p
Read more
Tanda Kepemilikan
Pemandangan yang sangat langka saat bangun tidur terdapat wajah tampan di hadapan Valia. Pahatan wajah tampan bak dewa Yunani, dia yang begitu sempurna. Valia meringkuk segera memunggunginya. Sampai ia tersadar sesuatu menahannya untuk tidak menjaga jarak. "Apa ini," lirih Valia tak bersuara. Ia menyibak selimut yang menutupinya dan melihat lengan kekar Aaron yang melilit di pinggangnya dengan erat dan posesif. Valia terdiam sejenak. 'Aaron memelukku? Setelah semalam dia marah-marah dan mengatakan hal yang menyakitkan, sekarang dia memelukku dengan sangat erat.' Perlahan-lahan Valia mulai mencoba melepaskan pelukan itu sebelum ia malah merasa tertarik dengan erat. "Mau ke mana, Valia?" Suara serak Aaron menghentikan gerakan Valia. "Ini sudah pagi," jawab Valia menatap jendela besar yang sengaja tidak ia tutup. Aaron mengerang pelan, namun kali ini ia kembali menarik pinggang Valia lagi lebih erat. "Aaron..." Valia mulai tak nyaman. "Diamlah." Aaron masih memejamkan kedua ma
Read more
Ragu untuk Melangkah
Valia berdiri di depan pintu kamar Aaron yang sedikit terbuka, ia meremas jemarinya mengintip ke dalam sana. Entah kenapa, Valia harus melakukan hal ini. Padahal malam ini ia punya misi untuk kabur dan pergi menjauh sejauh-jauhnya dari Aaron. "Sedang apa berdiri di sana? Kemarilah." Valia menelan salivanya. Langkah kecilnya berjalan membawa Valia masuk ke dalam kamar itu. Dari ujung kepala sampai ujung kaki, Valia memperhatikan Aaron yang tengah bercermin dengan pakaian rapi. "Ada apa, Valia? Kenapa kau mengintipku? Apa kau ingin tidur di kamarku lagi, huh?" tanya laki-laki itu seraya memakai jam tangan mahalnya. "Emm... Tidak, tapi kalau aku boleh tahu, kau mau ke mana?" tanya Valia dengan polosnya. Aktivitas Aaron pun terhenti, selama ini di dalam hidupnya tidak ada yang bertanya ia mau ke mana, sedang apa, dan tidak ada yang peduli. Aaron menoleh, tiba-tiba bibirnya tersenyum miring menatap Valia dengan balutan gaun tidur merah muda bermotifkan bunga dan berlangan panjang.
Read more
DMCA.com Protection Status