Setelah Wirya terlihat mulai tenang, Arga perlahan mendekat, di tangannya tersemat sepucuk surat, "pangeran Wirya, sebenarnya sebelum kepergiannya, Putri Clamire sempat menitipkan surat wasiat ini. Mendiang sang putri berpesan kepadaku untuk memberikan surat ini, di saat dirinya telah tiada." Wirya menerima surat yang berwarna krim dengan kuncian stempel mawar merah, serta berkeliman emas. Dengan gemeteran Wirya mulai membaca bait demi bait wasiat sang ibunda, 'Jalanilah kehidupan sesuai yang kau inginkan anakku. Setiap kali kau akan melakukan sesuatu, pikirkanlah dulu baik-baik. Hiduplah dengan bebas, sampai maut mempertemukan kita lagi.' Setelah Wirya menyelesaikan membaca kalimat terakhir, pandangan matanya berubah kosong, pupil matanya bergerak-gerak gelisah. Bukan karena dirinya akan menangis lagi. Tidak, fisik lelah Wirya tidak bisa melakukan hal itu sekarang. Melainkan karena dirinya bimbang, sebagai pangeran yang terbuang penyemangat hidupnya selama ini hanyalah Ibunya seo
"Yang mulia pangeran, Kekaisaran ini sejatinya tak lain dari sebuah delusi semata." Arga berjalan mendekati bangku Wirya, dia tengah menjelaskan sejarah-sejarah kelam kerajaan."Sederhananya, seperti alat penghubung antar manusia. Namun untuk para rakyat jelata dan budak, mereka tak memerlukan pangkat tinggi dari kebebasan sejati." sedangkan, Wirya berfokus pada semua penjelasan materi.Mereka sekarang tengah berada di sebuah ruangan berelemen kayu yang di desain untuk proses belajar-mengajar, Wirya tampak serius mendengarkan penjelasan sang guru. Sambil di catatnya semua materi yang disampaikan di atas sebuah buku agar tidak terlupa."Sebaliknya, akan lebih baik jika membiarkan mereka melarikan diri dari beban mengerikan yang mengekang mereka.""Ambillah semua yang anda inginkan pangeran. Meskipun sesuatu itu sudah memiliki pemiliknya. Anda tak perlu goyah dengan menghormati kekayaan." Semua benih-benih akan kekejaman kerajaan sang guru jabarkan kepada m
"Sombong sekali!." ketus Huli, setelah mendengar sumpah dari si pemuda. Raynar menahan napasnya, seketika tekanan udara di ruangan itu secara tiba-tiba berubah menjadi amat berat dan menyesakkan. 'A –apa ini?' "Jaga bicaramu Tuan, jika kau masih sayang dengan nyawamu itu." Gcreet! Mata Raynar menyipit merasakan sakit saat kedua pergelangan tangannya seperti di remas sesuatu, ia melirik sekilas dan mendapati kedua tangannya yang tengah diikat oleh semacam... sulur?, Kenapa sejak tadi ia selalu melihat sulur di mana-mana?. Raynar menatap wanita di hadapannya dengan datar, "Apa maumu?" Tanyanya menantang dengan gaya khas seorang Syaron. "Lihat keadaanmu Tuan, kau tidak dalam keadaan bisa bersikap 'angkuh' dan 'sok tinggi' sekarang." wanita itu berdiri, membuat syal beludru yang sejak tadi berada di pundaknya bergerak mengikutinya. Ctik! Jentikan jari di depan wajahnya refleks membuat Raynar mengerjap. Dia
"Singkirkan tanganmu." Ucap Raynar dingin."Kenapa kau begitu pemarah?." Alis Huli berkerut sebelum, sebuah senyuman manis nampak di wajahnya. "Apa kau begitu takut ku sentuh?" Mata Raynar mengerjap."Pffft... Tuan Raynar, ternyata kau benar-benar seorang penakut." Ucap wanita itu, sebelah tangannya ia gunakan untuk menutupi mulutnya. Menahan suara tawanya untuk keluar."Tuan Raynar, apa kau punya kelainan?, gangguan mental?." Tanya Huli."Singkirkan. tanganmu." Ucap Raynar lebih dingin.Wanita pirang itu tersenyum mendengar ucapan dingin dari pangeran mahkota, "Sepertinya dua-duanya." Tebaknya seraya menegakan tubuhnya.Gigi-gigi Raynar bergemeletak, "Singkirkan. tanganmu. dari. sana." Ucapnya penuh penekanan.Huli menyeringai, "apa aku benar?" Tanya wanita itu. Tangannya terus mengelus, bergerak memutari perut berotot dan dada bidang milik sang lelaki.Seet..."Ukh..."Perih, ringisan itu terdengar dari Ra
Tak melupakan kehadiran pangeran ke-5 yang sedari tadi bersembunyi di dinding luar goa. Rahardian tampak amat sangat terkejut begitu mendengar jeritan-jeritan tersiksa dari Raynar, juga tentang fakta kematian rekan setimnya. Sang pangeran bahkan menutupi mulutnya erat, takut suara napasnya dapat terdengar oleh lawan bicara Raynar. Rahardian tadi sempat mengintip sedikit ke dalam, dan dia mendapati bahwa seseorang di dalam goa itu, ialah sesosok wanita dengan penampilan seksi. Tak pernah terbayangkan oleh Rahardian, jika mereka akan berakhir setragis ini. Rahardian bergerak gelisah ketika mendengar bahwa kakaknya akan mendapatkan siksaan selanjutnya, walau bagaimanapun dia harus menolong si pangeran mahkota. Rahardian tahu bahwa Raynar sejatinya telah mengorbankan dirinya sendiri demi menyelamatkannya, namun pengorbanan Raynar tak tanggung-tanggung, dia bahkan sampai rela menerima hukuman dari tindakan ceroboh sang adik.
Lautan meliputi 71% bumi. Lautan adalah perairan yang sangat dalam, luas dan misterius, banyak sekali cerita legenda tentang makhluk yang hidup di dalamnya, dan yang paling terkenal adalah kisah mengenai kehidupan Orang Laut yang di kabarkan sebagai makhluk abadi penjaga lautan. Sebuah cerita fantasi yang berasal dari imajinasi para manusia. Cerita yang tak pernah nyata, dan hanya sebatas bualan belaka. Pernahkah kalian berpikir bahwa kisah itu sungguh adanya? Mungkin pernah, ketika kalian masih seorang bocah yang dengan mudahnya ditipu oleh para orangtua. Dunia itu luas, tak sesempit pemikiran kalian. Bukankah masih banyak hal yang jadi misteri di dunia ini? Kalian para manusia, hanya bisa mempercayai apa yang kalian lihat secara langsung saja. Sedangkan jika kalian tidak melihatnya, kalian hanya akan menganggap suatu hal sebagai kebohongan saja. Sebuah opini yang nyata, bukan? Sebagian besar dari bumi adalah laut. Laut yang teramat sangat luas nan dalam. Me
"Barang murah, kualitas gak murahan." "Ayo, di beli!, di beli!." Langkah kaki pertama Syrenka, membawanya ke keramaian pasar di ibu kota kerajaan Maheswara. Di acara jalan-jalannya ini, Syrenka juga sesekali melihat pedagang-pedagang kaki lima di pinggiran jalan yang sedang asyik menjajakan dagangan mereka. Hingga Mata Syrenka tertarik dengan pedagang yang menjual berbagai aksesoris wanita. Dia pun lantas menghampiri kios tersebut. Syrenka melihat sebuah kalung berliontin giok putih dengan bentuk bulan sabit, yang menyatu dengan sebuah batu merah berbentuk bulat. "Nona mata anda sangat jeli, kalung itu memang paling laris terjual akhir-akhir ini, kalung itu bernama bulan yang memeluk matahari. Batunya juga sangatlah indah. Bisa di berikan sebagai hadiah kepada orang terkasih," jelas si pedagang. "Bulan yang memeluk matahari?" ulang Syrenka, sembari kembali memperhatikan dengan seksama liontin di k
Di saat gaun-gaun indah tersibak karena tarian pesta, saat bau rokok tercampur dengan aroma parfum serta bebauan wine, Tampaklah seorang gadis cantik dengan gaun berwarna abu muda, berhiaskan pita berwarna merah muda, yang menjuntai di ikatan pinggang, dan kedua ujung lengan gaunnya yang bermodel balon. Rambut peraknya di biarkan tergerai dengan jepitan pita berwarna senada di sisi kanan rambutnya. Sedangkan gadis itu memakai sepatu flat yang terbuat dari berlian bening, membuat sepatu transparan itu berkaulan di bawah sinaran lampu, layaknya sepatu kaca milik Cinderella. Malam ini, Berbagai tatapan mulai dari kagum, meneliti, hingga iri hanya terarah pada Syrenka, seorang gadis biasa yang tidak di ketahui asal usulnya –yang anehnya, berhasil mendapatkan posisi putri mahkota. Beberapa kali gadis itu menghela nafas, tampak kebosanan. Lantaran dia sedari tadi hanya berdiri di tengah lantai dansa, tepat di bawah gantungan lampu nan megah. "Tuan