Share

30. Ambisi

Setelah Wirya terlihat mulai tenang, Arga perlahan mendekat, di tangannya tersemat sepucuk surat, "pangeran Wirya, sebenarnya sebelum kepergiannya, Putri Clamire sempat menitipkan surat wasiat ini.

Mendiang sang putri berpesan kepadaku untuk memberikan surat ini, di saat dirinya telah tiada." Wirya menerima surat yang berwarna krim dengan kuncian stempel mawar merah, serta berkeliman emas.

Dengan gemeteran Wirya mulai membaca bait demi bait wasiat sang ibunda, 'Jalanilah kehidupan sesuai yang kau inginkan anakku. Setiap kali kau akan melakukan sesuatu, pikirkanlah dulu baik-baik. Hiduplah dengan bebas, sampai maut mempertemukan kita lagi.'

Setelah Wirya menyelesaikan membaca kalimat terakhir, pandangan matanya berubah kosong, pupil matanya bergerak-gerak gelisah. Bukan karena dirinya akan menangis lagi. Tidak, fisik lelah Wirya tidak bisa melakukan hal itu sekarang.

Melainkan karena dirinya bimbang, sebagai pangeran yang terbuang penyemangat hidupnya selama ini hanyalah Ibunya seo
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status