Share

37. Nasehat teman.

Ceklek!

Pintu kamarku terbuka, Mama datang menghampiriku, tatapan matanya sulit aku artikan. Ia duduk di sebelahku.

Tangannya terbentang memelukku dan membawaku ke dalam pelukannya, yang untuk pertama kalinya terasa hangat untukku.

"Jika ingin menangis, menangislah Nak. Jangan ditahan. Lepaskan sesak di dadamu, habiskan air matamu saat ini, agar nanti kamu menghadapinya, tak ada lagi air mata yang tersisa!" ucapnya. Cukup membuat air mataku kembali mengalir sangat deras.

"Mas Dika, Ma. Mas Dika dia ...," ucapanku tergantung di tenggorokan. Rasanya sulit sekali mengucapkannya kembali. Rasa sakit ini kian menyiksa setiap aku mengucap dan mengingatnya.

"Sssttt ... jika tak sanggup mengatakannya, tak usah dikatakan Intan. Mama mengerti, bahkan sangat mengerti. Tak ada yang lebih mengerti akan rasa itu selain Mama. Tenangkan dirimu. Menangislah jika itu memang perlu. Setidaknya sesak di hatiku bisa sedikit berkurang,"

Tangis yang sedari kemarin aku tahan-tahan akhirnya pecah juga. Kup
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status