Pada saat Zhu Lian mendengar Bai Lu mengajaknya untuk berlatih tarung, ia agak terkesiap. Hari itu, mereka sudah kembali bertemu untuk kembali berlatih.Latih tarung memang diperlukan mereka yang tengah mendalami ilmu bela diri, guna mengetahui. Sejauh apa praktik jurus-jurus mereka.Hal tersebut juga berlaku dalam mengasah ilmu spiritual. Karena dengan cara itu, seorang guru akan dapat mengetahui. Sejauh mana cara muridnya menggunakan kekuatan mereka.“Ba-baiklah, Bai Lu,” Zhu Lian menanggapi dengan agak gugup.“Kenapa sepertinya kau terlihat ragu begitu, Zhu Lian?” tanya Bai Lu dengan mengangkat kedua alis.Bagaimana Zhu Lian tidak ragu. Dalam latih tarung, bisa saja seorang guru terkena hantaman dari muridnya. Begitupun sebaliknya. Malah kakek dari Zhu Lian tidak segan-segan memberi tamparan bahkan menyepak bokong cucunya.Saat itu, Zhu Lian merasa khawatir, dirinya akan mendaratkan serangan pada Bai Lu. Itulah mengapa dia berkata dengan tidak pasti barusan.“Euh …, aku hanya … kha
Berbarengan, Zhu Lian dan Bai Lu bekata singkat. Tubuh mereka merapat. Tangan Zhu Lian merangkul pundak Bai Lu yang perawakannya lebih pendek dari pada dia.Sebaliknya, Bai Lu melingkarkan tangan pada pinggang Zhu Lian. Pada saat saling meraih tadi, keduanya juga silih menahan agar mereka tidak terjatuh. Kini, wajah mereka begitu berdekatan.Kemudian, Bai Lu tersenyum lebih dulu. “Sampai di sini dulu sesi latihan kita,” katanya.Sejurus, Zhu Lian terdiam. Rasa-rasanya, dia ingin membalas ucapan Bai Lu itu dengan berkata: ‘Guru, kau cantik sekali’. Tetapi yang kata-kata yang keluar dari bibirnya tentu saja berbeda.“Baiklah. Terima kasih telah membimbingku hari ini,” ucap Zhu Lian dan keduanya saling melepaskan rangkulan.Mereka sempat berbincang mengenai perkembangan cara Zhu Lian menggunakan kekuatan spiritualnya. Kemudian, si tukang bakmi mesti kembali berdagangan. Menggunakan ilmu meringankan tubuh, Zhu Lian beranjak dari padang yang berada di kawasan Mekar Timur itu.“Sebuah latih
Begitu Zhu Lian berkata lantang pada Tiger, suasana di Gang Biru III menjadi hening. Suasana tegang tercipta. Lu Dai, anak perempuan Nyonya Ta menggendong putrinya yang sesenggukkan karena kebisingan yang dibuat Tiger.“Ah, si tukang bakmi sahabatku. Mengapa kau memanggilku kencang-kencang seperti itu. Sudah tidak sabar ingin menyetorkan iuran kebersihanmu?” Tiger menyambut sapaan Zhu Lian sembari melangkah mendekat pada sang pedagang.“Hahaha …!” rekan-rekan Tiger yang berjumlah 4 orang tertawa-tawa.Bergeming, Zhu Lian terus menatap sengit ke arah Tiger dan kelompoknya. Ia berkata lagi. “Aku rasa, cukup sampai di sini tingkahmu bersama teman-temanmu itu. Aku sudah muak melihatnya!”Hingga hari itu, tidak ada pedagang di Gang Biru III yang berani menantang Tiger. Karena, dia memang bekerjasama dengan seorang dari dinas tata kota. Untuk, melakukan pungutan liar di kawasan niaga tersebut.Tetapi sekarang, ada seseorang yang dengan berani bersuara. Bahwa, dirinya menentang apa yang dila
Tantangan dari Zhu Lian membuat Tiger yang telah melihat keempat pengikutnya terkapar terpaku sejenak di tempat ia berdiri.“Kenapa diam saja, Tiger? Ayo, maju sini!” ulang Zhu Lian seraya mengulurkan tangan. Jari-jemarinya bergerak tanda meminta Tiger untuk mendatanginya.Ditantang sedemikian rupa, Tiger diam saja. Melihat nasib teman-temannya, sudah barang tentu dia jadi berpikir berulang kali untuk memenuhi tantangan Zhu Lian tersebut.“Kalau kau diam saja, biar aku yang …”Melihat Tiger tak kunjung melakukan tindakan, Zhu Lian kembali berbicara. Baru saja si preman membuka mulut, terjadi hal yang tidak disangka-sangka oleh Tiger.Set!Mengerahkan ilmu Langkah Bayangan Anginnya yang diakui Luo Yan melebihi pendekar tingkat Elevate pada umumnya, sosok Zhu Lian mengelebat dengan cepat. Tahu-tahu saja, dia sudah tiba di depan Tiger yang terperangah.“… maju!” lanjut Zhu Lian bersuara.Bets!Tangan Zhu Lian menghentak ke depan, melepas sebuah pukulan ke arah wajah musuh. Tiger tidak se
Mendengar apa yang dikatakan oleh pedagang tetangga neneknya, Lu Ping mengangguk-angguk penuh harap.Melihat anak manis itu menangis, Zhu Lian iba pada Lu Ping. Merasa dia bisa menghibur anak semata wayang Lu Dai itu, Zhu Lian memutuskan. Mendapatkan Boneka Kelinci Salju bukanlah perkara rumit baginya.“Nak Zhu Lian, tidak usah kamu mengambil boneka itu untuk cucuku. Biarkan saja dia. Nanti juga Lu Ping akan melupakannya,” sergah Nyonya Ta.Mengerti apa yang dikatakan neneknya, Lu Ping semakin sedih. “Huuu … hu-hu-hu …! Aku ingin bonekaku kembali … hu-hu-hu-hu!”“Lu Ping, jangan begitu. Tidak boleh kamu merajuk seperti itu, apakah kau tega membuat Paman Zhu Lian pergi menantang bahaya demi sebuah boneka?” larang Lu Dai.Kocak juga. Perkataan Lu Dai kemungkinan membuat Lu Ping semakin gundah. Antara menginginkan boneka tersebut, namun perkataan ibundanya juga membuat dirinya merasa tidak tega pada Zhu Lian.“Huwaaa …! Tetapi aku ingin boneka itu, Ibu!” Lu Ping merajuk.Terang saja Zhu
Pertanyaan yang keluar dari mulut Zhu Lian tersebut terlintas dalam kepalanya. Lalu, langsung ia perkatakan begitu saja.Ada maksudnya Zhu Lian bertanya seperti itu pada Bai Lu. Apalagi kalau bukan untuk mengetahui. Mungkinkah Bai Lu telah memiliki seorang kekasih atau tidak. Zhu Lian berharap, dia akan mendapat petunjuk. Apakah dirinya memiliki kesempatan untuk bersanding dengan gurunya atau tidak.“Sejauh ini …, aku rasa … keluargaku terutama ayah dan ibuku tidak pernah mengatur dengan siapa aku harus bergaul. Sedangkan masalah berpasangan … jujur saja. Kedua orang tuaku belum pernah membicarakan tentang dengan pria seperti apa aku mesti bersanding.”Jawaban Bai Lu tersebut bagai memberikan kelegaan pada Zhu Lian. Sebab menurut dia, bisa saja dirinya memiliki kesempatan untuk mendekati sang guru.Akan tetapi Zhu Lian tidak berani untuk bertanya lebih lanjut. Apakah Bai Lu telah memiliki kekasih atau belum.“Mengapa kau bertanya seperti barusan?” tanya Bai Lu dengan raut manis penuh
“Ak-aku … mesti bekerjasama dengan Bai Lu sama seperti yang aku lakukan dengan Luo Yan?”Begitu batin Zhu Lian bertanya-tanya. Baginya sekarang, segala hal yang melibatkan Bai Lu terkait dirinya menjadi sangat istimewa.Apalagi, sistemnya memberitahu. Sinergi antara Zhu Lian dengan sang guru akan menghasilkan poin yang lebih tinggi dibanding saat Luo Yan membantu dia tempo hari.“Tapi, bagaimana cara aku mengajak Bai Lu berduet? Posisiku dengan Luo Yan waktu itu berbeda. Aku dan Bai Lu adalah guru dan murid. Diriku dalam proses belajar. Maukah dia melakukan serangan bersama-sama diriku?” Zhu Lian kembali bertanya-tanya dalam hatinya.Selesai menaklukkan para Buaya Batu, Zhu Lian dan Bai Lu meneruskan perjalanan. Karena mereka berada di lantai 4 terutama mulai memasuki lapisan terdalamnya, makhluk-makhluk di sana mulai menunjukkan betapa agresifnya mereka.Beberapa kali, keduanya harus berhadapan dengan monster-monster yang menghadang. Atau secara tidak sengaja, Zhu Lian dan Bai Lu men
Bai Lu yang berdiri di belakang Zhu Lian mengingatkan muridnya. Sembari memegangi bagian kanan wajahnya yang terkena terjangan Kelinci Salju, Zhu Lian melirik ke arah sang guru.“Terima kasih sudah mengingatkan, Guru,” ujar Zhu Lian. “Kenapa tidak sejak tadi kau mengingatkanku,” katanya agak mengomel.“Apakah aku mendengarmu menggerutu barusan?” goda Bai Lu dengan gaya anggunnya.Apapun yang diperbuat Bai Lu bisa ditolerir oleh Zhu Lian. Lagi pula, status dia adalah murid dari perempuan jelita itu. Sehingga saat itu, Zhu Lian menurunkan telapak tangan dari mukanya.“Tidak, Guru. Aku hanya … merasa sebal pada kelinci yang melakukan serangan mendadak itu,” ujar Zhu Lian. Ia melirik dongkol pada si kelinci yang bertengger di atas sebuah batu.Keberadaan Bai Lu bagai menajdi motivasi yang tinggi bagi Zhu Lian. Dalam benaknya, ia memastikan. Dirinya harus fokus untuk menghadapi makhluk yang ia buru tersebut.Apa yang dikatakan Bai Lu benar. Pada saat Kelinci Salju menyerangnya barusan, Zhu