Share

Penawaran Nagita

Aku mengelus dada pelan. Khanif menjemputku jauh dari Bandung untuk dibawa ke Jakarta. Menuju toko perhiasan langganan keluarga Sentawibara. Menelan saliva berulang, Khanif sangat antusias dengan pernikahan kami. Sedang hatiku, biasa saja. Ya Allah! Berdosakah aku dengan perasaan ini?

Kami bertiga turun, menginjakkan kaki ke dalam toko perhiasan yang sepak terjangnya sudah diakui puluhan tahun lamanya.

"Selamat Siang, Bu Nia Nirmala, Bu Kasih dan ....."

"Khanif," sahut ibu.

"Maaf," ujar pelayan toko. Orang yang sama pada saat terakhir kali aku menginjakkan kaki di sini.

"Tidak apa. Ini putra bungsu saya. Baru pulang dari Mesir," ujar ibu ramah. Pegawai toko itu hanya mengangguk pelan.

"Jadi apa yang bisa saya bantu?" tanyanya sopan dan mengulas senyum ceria. Hal yang wajib dilakukan bagi mereka yang melayani pembeli.

"Cincin nikah," jawab Khanif. Pegawai toko tersebut mengangguk dan tersenyum. Dia melangkah menuju etalase perhiasan di belakangnya.

"Mau modelnya seperti apa, Mas?" tany
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status