Jaeran mencoba untuk menghubungi nomornya, akan tetapi yang mengangkat panggilan bukanlah Rosa melainkan Sarah. Kakak ipar dari isterinya, ... Agak sedikit merasa heran dengan nada ketus Sarah yang begitu tak mengenakan telinganya. "Aku segera ke sana, ..." Lalu Jaeran memutuskan panggilannya. Pemuda agak terheran dengan sikap yang ditunjukkan oleh sang kakak ipar perempuannya, pasalnya ia tak mengetahui penyebab pasti atas dropnya sang isteri. Jaeran melengang pergi meninggalkan tempat yang menjadi tempat bernaungnya selama ini, ... Pemuda itu lekas segera melajukan mobilnya cepat.
Mahendra yang sejak tadi menunggu Lami keluar dari rumah sakit, kedua pemuda itu tak sengaja saling bertemu tanpa bertegur sapa. Jaeran yang masih terlihat buru-buru dan Mahendra yang masih tetap bertahan pada posisinya, ... Jaeran tau jika ia benar-benar menegur teman lamanya karena saling mengenal satu sama lain, ia akan melewatkan kesempatan bertemu dengan sang isteri. Lami berjal
Maria menahan kesabarannya saat ini, dikarenakan adanya kesalahan penulisan nama pada akhir test DNA tersebut. Secara ilmiah mengatakan jika kandungan memiliki banyak tekanan pada janin tidak disarankan untuk melakukan hal tersebut namun itu bukan jadi sebuah masalah untuk perempuan itu, ... Perempuan itu tetap melakukan apa yang ingin ia lakukan satu jam menunggu membuatnya merasa bosan, ketika namanya sudah dipanggil dengan cepat perempuan itu segera menghampiri ruang laboratorium rumah sakit. Perempuan itu berjalan ke arah parkiran seraya mencari letak mobilnya, lalu melesat meninggalkan rumah sakit, perempuan itu melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi mengarah ke percetakan murah. Guna mengubah isi surat rumah sakit tersebut, ...Saat sampai percetakan dengan langkah kaki tergesa-gesa menuju pintu toko percetakan, perempuan itu agak tergopoh dan segera meminta pada penjaga toko untuk mengubah isi surat tersebut. “Akan memakan waktu yang lama,” Mar
Jerome menatap lurus pintu jati berwarna hitam. Pemuda itu mengatur nafasnya agar tak terlihat gugup, hey! Dia bukan ingin melihat sosok kekasih namun melainkan ingin melihat sosok kakak ipar perempuannya. Ketika mengetuk pintunya, bukan, bukan Rosa yang menerima kehadirannya akan tetapi sang kakak. Jaeran menatapnya sengit dan tajam, pemuda tampak berdecak kesal lalu berbalik arah seraya menutup kembali pintunya. Saat di dalam Rosa muncul ingin melihat ke arah luar namun lelaki itu langsung bergegas menariknya agar masuk kembali ke dalam rumah, perempuan itu agak penasaran dengan siapa suaminya berbincang ketika membuka pintu. “Kamu ngobrol sama siapa tadi?” Jaeran menggeleng kepalanya cepat.“Gak ada,” Rosa memincingkan matanya curiga lalu melangkah mendekat ke arah depan. Perempuan itu tersenyum manis pada Jerome yang masih berada di depan rumah, perempuan yang kini menyambut kedatangannya ke kediamannya itu membuat raut wajah sa
Maraka tergelak saat mendengar lelucon dari Jerome yang pada kenyataannya itu sama sekali bukan lelucon yang dilontarkan oleh pemuda tersebut, akan tetapi dengan recehnya pria itu menertawakan dirinya. Maraka sama sekali tidak mengerti jika hal itu adalah sebuah kisah yang mencoba Jerome sampaikan, ... Lelaki itu masih tetap tergelak dengan sikap humor yang berlebihan. Akan tetapi pemuda yang saat ini tengah bermain ponsel itu hanya mengulas senyum simetris dan melirik sang teman, jangan tanyakan bagaimana Maraka saat ini. Yang pasti tewas dalam tawa, bukan berarti ia meninggal dunia itu tidak sama sekali. Kedua pria yang saling bersahabat itu, melangkahkan kakinya keluar dari kamar lalu menuruni tangga menuju lantai bawah, rumah yang semula ramai kini tampak begitu sunyi; sepertinya sudah tidak ada lagi para ibu-ibu yang meramaikan suasana rumahnya.Sudah cukup terbiasa dengan hal tersebut, sang mama hanya meninggalkannya sendirian deng
Rosa membersihkan meja kerjanya yang sedikit berantakan karena terlalu banyak berkas kontrak dan perizinan novelnya yang tak ia rapihkan, perempuan itu agak sedikit merasa lelah dan menegakkan tubuhnya dengan perlahan-lahan. Perempuan itu tersenyum seraya mengusap perutnya yang membesar, ... Jaeran mengetuk pintunya yang terbuka sedikit lalu meminta sang isteri agar beristirahat sejenak agar tidak terjadi masalah pada kehamilannya. Rosa menggeleng kepalanya cepat lalu kembali melakukan aktivitasnya, lelaki tersebut tidak yakin apakah alasan sang isteri tak mau satu meja dengannya karena masih memiliki rasa marah di dalam dirinya. Jaeran menahan lengannya yang masih memegang berbagai tumpukan kertas dan menarik kasar tangannya, pemuda itu agak tersentak ketika melihat reaksi dari sang isteri. “Kamu kenapa, hm?” Tanya lelaki itu melembut.“Kamu tanya aku kenapa? Ya kamu pikir aja sendiri,” acuh Rosa yang kemudian melanjutkan langkahnya meninggalkan ruang kerjanya.
Setelah semua terkendali, lelaki itu menarik kenop pintunya lalu menghela panjang kemudian melangkahkan kakinya menuju lantai bawah. Lelaki itu memejamkan matanya serta mengatur desah deru nafasnya yang memburu kemudian langkahnya terhenti saat dihadapannya ada sosok sang kakak yang menggeram marah' dan menatap manik legamnya dengan tajam. Dari awal Jerome sudah tau konsekuensinya akan sangat fatal bagi hubungan keduanya, ... Namun apakah ia akan membiarkan perempuan yang ia cintai membiru dingin menjadi jasad? Tentu saja tidak. "Ngapain ke sini?" Seru Jaeran dingin."Seharusnya gue yang tanya sama loe mas. Ke mana aja?" Tangan keduanya terkepal kuat dan siap saling hajar satu sama lainnya, kemudian kedua lelaki sama-sama mendengar suara khas seseorang baru bangun tidur memanggil nama Jerome. "Berhenti di sana atau loe masuk kuburan!" Desis sang suami yang menahan lengan sang adik lelakinya itu. Namun
Dirga menghela berat lalu melepaskan jasnya dan kemudian ia letakkan di mana saja, lelaki itu berpikir cukup lama untuk melakukan apa keputusan ini tepat atau tidak terlalu mudah bagi Jaeran menyakiti adiknya yang selalu memberikan kesempatan berulang kali pada pemuda tersebut, ... Namun seperti tidak akan ada kata jera dalam kamus si perempuan yang menjadi hambatan mereka. Dari awal hingga kini lelaki itu sudah duga jika permasalahan ini adalah tentang wanita lain, namun karena sang adik terlalu menutup masalah rumah tangganya serta kesehatannya yang mulai menurun. Dirga khawatir akan berdampak terhadap hubungan juga kehamilan sang adik, ... Pemuda itu memijat pelipisnya pening ketika mendengar berbagai macam cerita yang Jaeran katakan padanya. Ia sudah tidak bisa lagi menahan diri untuk mengatakan apapun yang ada di dalam benaknya, lagipula mereka berdua sudah terikat dalam pernikahan dan Dirga tau akan hal itu, lelaki yang kini menatap manik sang ipar tersebut tak bis
Bukan mau Jerome menetap dan berada disamping perempuan yang kini tengah memakan ice cream dengan gurat senang lelaki itu hanya menjaga sang putri sebentar sebelum pangerannya kembali dari arena pertempuran--- seperti itu singkatnya. Jerome menatap senyum manis tersebut dan membelai lembut wajah yang selalu menangisi sosok pemuda lain, ... dalam do’anya Jerome selalu meminta agar sang kakak iparnya aman dan damai di manapun mereka berada. Bahkan Jerome rela jika harus mengorbankan nyawanya, pemuda itu mengusapi lembut wajah Rosa yang tengah memandangnya penuh tanya. “Jangan sakit lagi ya,” jeda sesaat sebelum lelaki itu melanjutkan kata-katanya. “Aku sakit setiap liat kamu sakit,” lirih pemuda tersebut.“Jangan nangis,” pelan Rosa yang menangkup wajah tegas pemuda itu. “Aku bahagia kok sama kamu,” senyum itu terulas. Andai Rosa sadar siapa yang saat ini bersamanya mungkin perempuan tak akan mengatakannya dengan senyum yang begitu indahnya, Jerome merasakan per
Hanya perlu waktu sebentar baginya untuk memulihkan keadaan seperti sediakala dan saat itu tiba perempuan tersebut yakin jika dirinya sudah bisa datang menemuinya kembali sampai saat ini, ... Perempuan itu masih tetap memilih untuk menutup akses apapun dari sang suami, bukan karena dirinya tak mau menerima kehadiran suaminya kembali namun untuk waktu lama perempuan tersebut ingin sendirian terlebih dahulu, ... Masalah perihal pemeriksaan atau yang lainnya ia masih bisa memanggil dokternya secara pribadi untuk datang ke rumah. Senyum yang terpatri dalam ruangan itu membuat sang kakak menghela pelan, bahkan sang adik ipar pun ia larang datang menemuinya. Perempuan itu banyak melamun sendiri, dirinya terlalu banyak berpikir mengenai hubungannya dengan sang suami, sudah beberapa hari sang suami tak berusaha mengunjunginya atau hanya saling berbalas pesan singkat. Tak terasa air matanya meluruh mendadak sesak dalam dadanya sangat mempengaruhi kesehatan bayinya, Dirga semakin la