Share

SA - Bab 22

Rahisa masuk ke kamar saat aku baru saja hendak menutup mata. Perempuan itu memberi senyum teduh, kemudian duduk di tepian ranjang. Memeriksa suhu tubuh dengan menaruh telapak tangan di dahi, lalu menanyakan apa ada yang sakit, lalu menawarkan makanan.

Dia sudah begitu sejak tiga hari lalu. Sejak aku memutuskan untuk enggak pergi dari ranjang, kecuali untuk ke kamar kecil. Rasanya aku masih enggak punya selera untuk melakukan apa pun. Semua terlihat berantakan, gelap dan suram.

Bahkan, meski sangat ingin ke rumah Ayah, aku enggak berani melakukannya.

"Dia datang lagi," kata Rahisa pelan dan hati-hati.

Mataku memicing. "Kan aku udah bilang. Enggak mau ketemu dia. Suruh dia pulang."

Gatan kemari kemarin sore. Aku minta tolong Rahisa untuk mengusir lelaki itu. Aku enggak mau ketemu dia lagi. Sudah cukup urusan kami. Kalau dia memang mau bertanggungjawab soal anaknya, bisa kirim uang lewat transfer.

"Dia kelihatan melas banget, Nes."

Aku menggeleng enggak peduli. Itu pasti hanya akal-akal
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status