Zerkin awalnya ke kafetaria dengan tujuan menemui Diana. Namun saat dirinya memandang dari meja ke meja, wanita incarannya tidak kunjung terlihat. Yang mata Zerkin tangkap justru lelaki familiar yang membuatnya masih berjalan pincang hingga sekarang. "Oliver, belikan aku makanan. Aku ada urusan." Walau belum mendengar persetujuan dari Oliver, Zerkin telah pergi meninggalkannya. Dirinya berjalan ke arah Edwan yang terlihat sibuk dengan ponsel dan makanannya. Saat sudah berdiri tepat di samping Edwan, Zerkin menyapa lelaki itu. "Halo, suami Diana." Segera saja, Edwan mendongakkan kepalanya. Zerkin tersenyum menatap wajah lelaki itu. Walau bibir Zerkin tersenyum, namun tatapan matanya tajam. Dan dua lelaki itu tahu bahwa ada dendam di masing-masing diri mereka yang ditunjukan untuk satu sama lain. Setelah lima detik bertatapan dengan suasana hening. Edwan mengalihkan pandangan dan kembali sibuk dengan makanannya. Mengabaikan Zerkin karena menganggap hanya membuang waktu saja. Namun
Waktu masih menunjukan jam lima kurang lima belas menit. Tapi Edwan sendiri telah berdiri di devisi Diana untuk pulang bersama. Dirinya sudah menyelesaikan seluruh pekerjaan miliknya. Sengaja Edwan datang lebih cepat agar lelaki brengsek itu tidak mendahului dirinya.Ini adalah kali pertama Edwan ke divisi Diana. Maka dari itu, kehadirannya kembali menarik perhatian. Namun Diana yang menjadi alasan Edwan ke sini justru tampak sibuk di depan komputer. Tidak menyadari suaminya yang telah menjadi sarana bisik-bisik dari rekan satu divisi.Edwan melangkah maju. Kemudian berdiri di belakang Diana sehingga dapat melihat apa yang wanita itu sedang kerjakan. Edwa mengulas senyum kecil saat Diana masih belum juga sadar akan kehadirannya."Apakah aku salah memasukkan angka? Kenapa selisihnya banyak sekali?" gumam Diana sembari melihat tabel keuangan yag masih dirinya kerjakan.Edwan yang berada di belakangnya menunduk. Mata miliknya ikut membaca laporan keuangan yang Diana kerjakan. Dan saat m
Di hari jum'at pagi, setelah selesai memasak sarapan, Diana berjalan ke kamar mandi di bagian dapur untuk buang air kecil. Dirinya dengan santai membuka pintu dan masuk sembari merapikan cepolan rambutnya yang sedikit berantakan. Saat kemudian mengangkat pandangan, mata Diana dengan segera melotot saat melihat hal yang dirinya tidak pernah duga.Diana membeku di tempat. Dirinya melihat Edwan yang membelakanginya sembari membasuh tubuh yang telanjang dengan sabun. Hal itu membuat Diana tidak tahu bahwa di dalamnya ada Edwan karena tidak ada suara air beserta pintu kamar mandi yang tidak terkunci. Edwan yang sudah selesai menggunakan sabun membalikkan badan karena ingin menaruh sabun itu pada tempatnya kembali. Namun kemudian, dirinya ikut kaget saat melihat Diana yang berdiri diam dengan wajah yang sangat merah."Diana? Kamu kenapa?" tanya Edwan sembari memandang Diana penuh tanda tanya.Diana segera sadar dari kegiatan terkejutnya. Wajahnya semakin memerah karena sekarang Edwan tidak
Saat Oliver hendak kembali ke ruangannya, dirinya tidak sengaja melihat seorang wanita yang berjalan tertatih-tatih dengan bantuan tembok. Oliver sebenarnya tipe yang tidak ingin hidupnya terepotkan dengan orang lain. Maka dari itu, awalnya Oliver ingin mengabaikannya. Namun saat dekat dengan wanita itu, tiba-tiba tubuh wanita itu hendak terjauh. Membuat Oliver refleks menangkapnya sebelum terbentur ke lantai."Hai-hati!"Oliver yang selama 26 tahun tidak pernah menyentuh wanita untuk pertama kalinya melakukannya. Ia memegang pinggang wanita itu erat. Dan tangannya juga terasa di genggam oleh si wanita."Ma-maaf." Wanita itu membalikkan badan. Dan Oliver mengumpat di dalam hatinya saat tahu siapa wanita yang dia peluk.Diana. Wanita incaran Zerkin. Brengsek.Walau Oliver belum pernah bertemu Diana, namun wajah Diana bisa Oliver kenal dengan mudah. Bagaimana tidak, ia sempat melihat foto wanita itu dari dokumen yang di berikan Jimm untuk Zerkin. Kemudian dirinya juga melihat saat Zerki
Kalyani berulang kali melihat pada Diana. Namun wanita itu belum kembali dari kamar mandi padahal sudah hampir satu jam. Istirahat pun tinggal 10 menit lagi."Aku akan mencarinya," putus Kalyani. Namun kemudian, ponselnya berdering. Memunculkan nama Diana. Dirinya sampai lupa sudah memiliki nomor Diana karena memintanya kemarin. Dasar.>> Kalyani. Aku ada di IHC. Tadi aku terpeleset.Astaga, pantas saja Diana tidak segera kembali. >> Aku akan segera ke sana, Kak.Setelah membalas pesan Diana, Kalyani segera merapikan mejanya. Jam istirahat sudah sebentar lagi. Tidak masalah jika dia korupsi waktu 10 menit. Lagian setiap pegawai juga terkadang menggosip bukannya bekerja."Hei, kau."Saat sedang sibuk membereskan meja. Kalyani dikejutkan dengan suara seseorang. Membuat Kalyani menoleh dan matanya melebar melihat orang yang berada di sampingnya adalah Mr. Edwin. Manager divisi sebelah dan suami Diana."I-iya, Mr. Edwin?""Diana di mana?" tanya Edwan saat melihat Diana tidak di mejanya.
Saat turun dari mobil dan akan ke apartemen mereka, Diana masih tetap di gendong oleh Edwan. Membuat satpam yang melihatnya menggoda Diana karena itu.Mereka kemudian sampai pada apartemen mereka. Tangan Edwan memasukkan pin, kemudian membawa mereka masuk.Diana pun diturunkan di sofa depan televisi. Kemudian Edwan membuka jas dan dasi miliknya."Kamu duduk aja. Biar aku yang masak."Ucapan Edwan membuat Diana membelalak. Sejak kapan suaminya bisa masak?"Kamu bisa masak, Mas?"Edwan sebenarnya tidak terlalu yakin. Namun jika masak makanan simple dirinya bisa. Nasi goreng misalnya. "Bisa. Aku masakin nasi goreng, yaa?"Diana mengangguk, "O-okey, Mas."Setelahnya Edwan berjalan ke dapur. Meninggalkan Diana berada di ruangan tv dengan hati was-was. Takut apartemen mereka kebakaran. ***Setelah menunggu 20 menit, Edwan kembali dengan membawa dua piring nasi goreng. Untung saja ketakutan Diana tidak datang. Apartemen mereka masih baik-baik saja. Diana memandang nasi goreng buatan Edwan
Edwan dengan fokus bekerja pada komputer miliknya. Memantau proposal strategi pemasaran digital yang telah diserahkan kepadanya. Namun kemudian, terdapat email masuk dari atasannya. General Manager. Membuat Edwan mengerutkan kening penasaran.Edwan membuka email tersebut, kemudian membaca di bagian subjek.> Perjalanan Dinas Ke Bali - Bertemu dengan KlienDari subjeknya, Edwan sudah dapat mengetahui isi dari email itu. Dirinya dengan khawatir mulai membaca isi keseluruhan.> Dear Edwin Edison> Saya ingin anda melakukan perjalanan bisnis ke Bali pada tanggal 7 Agustus 20XX hingga 11 Agustus 20XX untuk tujuan pertemuan dengan klien penting kita, Mr. Adipta A.> Pertemuan ini di harapkan untuk dapat fokus dalam memperluas jangkauan pemasaran digital kita dan mempererat hubungan dengan mitra di sana.> Berikut adalah rincian lebih lanjut terkait perjalanan dinasmu : Edwan membaca keseluruhan email itu dengan tangan mengepal. Dirinya tidak bisa menolak ini. Namun di satu sisi, dirinya ta
Diana memasuki mobil. Diikuti oleh Edwan yang juga terduduk di sampingnya. Lelaki itu menaruh tas di kursi belakang kemudian sedikit melonggarkan dasi yang terasa mengikat lehernnya. Juga menggulung lengan kemeja miliknya hingga siku."Diana ... ingin makan malam bersama di luar?" tawar Edwan kepada Diana. Dirinya ingin menghabiskan waktu dengan Diana sebelum melakukan perjalanan dinas ke Bali. Dirinya ingin membuat Diana semakin percaya kepadanya.Diana tidak pernah menyangka Edwan akan menanyakan itu kepadanya. Dengan semangat wanita itu mengangguk, "Iya, Mas. Mau."Sudah lama sekali mereka tidak pernah makan di luar. Berapa yaa ... 2 tahun lebih."Adakah restoran yang ingin kamu kunjungi?" tanya Edwan. Diana berfikir sejenak. Kemudian pikirannya langsung tertuju pada restoran di mana suaminya pertama kali melamarnya. Ia ingin kembali ke sana. Kemudian mengenang masa itu kembali."Ingat restoran yang kamu gunakan untuk melamarku, Mas?" tanya Diana antusias.Edwan yang mendengar itu