Fic meminta Jefri untuk mengantarnya pulang. Sepanjang perjalanan dia terus teringat dengan tampilan di dalam foto itu.Memikirkan itu Fic benar benar sangat marah.Rafael sudah berani sekali mencium istrinya. Apa dia cari Mati?Fic ingin melihat, apakah Erina kali ini mau untuk bercerita padanya tentang kejadian itu.Sementara Erina yang sudah berada di kamar terlihat begitu gelisah. Apa dia harus menceritakan kejadian tadi kepada Fic? Tadi Erina takut Fic salah paham dan marah.Ketika dia sedang kalut, pintu terbuka. Fic sudah berdiri menatapnya dengan tatapan yang sulit dimengerti.Fic melangkah masuk."Fic. Kamu sudah pulang?" Erina nampak gugup.Fic hanya mengangguk, melepas sepatunya dan jasnya. Bahkan Melirik Erina yang tidak bergerak dari tempatnya untuk sekedar membantunya."Bagaimana tadi? Apa berjalan lancar?" Fic bertanya, sekarang berjalan mendekati Erina. Fic langsung memeluk Erina dari belakang."Ah, iya Fic. Semua berjalan lancar." Erina masih seperti gugup."Kamu suda
Fic mungkin masih saja terpengaruh dengan bayangan Foto Rafael yang sedang mencium bibir Erina. Akibatnya, dia terus saja merasa cemburu dan bahkan malam ini tidak ingin melepaskan Erina sedikitpun.Dia mendekap tubuh Erina terus. Ada ketakutan teramat dalam tentang sebuah kehilangan."Hanya karena kehadiranmu, hidupku bisa bersemangat kembali. Hanya karena aku bisa memilikimu aku merasa hidupku kembali berarti." Fic mengucap kalimat itu tepat di dekat telinga Erina.Erina menoleh, sedikit menjauhkan tubuhnya."Aku tidak akan pergi Fic. Aku sudah berjanji. Ku mohon kamu bisa mempercayaiku.""Aku percaya padamu Erina. Tapi terkadang, waktu yang tidak bisa dipercaya. Jadi, jangan sekalipun memberi kesempatan waktu untuk menghancurkan kebahagiaan ini. Aku dan kamu, jangan ada yang ketiga."Erina tersenyum. "Tidak akan ada. Selama kamu bisa menjaga cintaku, aku juga akan bisa menjaga cintamu.""Aku akan menjaganya, kamu mau berjanji?""Kita akan berjanji bersama Fic."Fic kembali memeluk
"Jika bukan milik Mentari, lalu Milik siapa Fic? Bolehkah aku mengetahuinya?"Fic Menoleh dan tersenyum. "Tentu saja. Kamu memang harus mengetahuinya. Aku akan bercerita."Dada Erina berdebar menanti cerita dari masa lalu Fic selain Mentari."Saat itu, usiaku masih sembilan belas tahun. Pertama kalinya aku memberanikan diri untuk keluar dari Rumah ini setelah mengurung diri selama bertahun tahun didalam kamar pasca kecelakaan yang menimpa Mentari.""Aku pergi keluar rumah dengan berjalan kaki, bermaksud untuk mengeluarkan diri dari rasa Frustasi ku. Aku berjalan terlalu jauh dari rumah lepas dari sepengetahuan siapapun. Tetapi ketika aku berada diluar, aku melihat begitu banyak mobil dijalanan. Pikiranku tiba tiba kacau. Bayangan kecelakaan mobil Mentari tiba tiba membayang di mataku. Jeritan Mentari terdengar di telingaku. Aku mendadak panik dan berlari kebingungan."Fic menjeda kalimat dan menatap Erina."Aku tidak sadar telah berlari ke sebuah Rel kereta api. Aku terjatuh disana. K
"Tuan… Aku telah menemukan Pria tiga bulan lalu yang bersama Nona!" Bisik Jefri."Apa?" Fic langsung mendongak."Siapa?" Fic membelalakkan matanya seperti rasa tidak percaya."Anda tidak akan percaya dengan ini semua!" Tidak ingin bertanya apapun lagi karena rasa penasaran yang begitu membuncah, Fic segera mendekati Erina."Erina. Ayo kita pulang."Steven Jobs yang mendengar itu langsung bertanya."Pulang? Yang benar saja Presdir Albarez! Pestaku saja baru akan di mulai." Ucap Steven Jobs dengan nada sedikit kecewa."Maafkan aku. Tapi ada hal yang sangat mendesak. Tidak mengapa ya? Setidaknya aku sudah datang dan memperkenalkan istriku padamu." Fic menepuk bahu Steven Jobs."Ah, Baiklah kalau begitu. Terimakasih sudah mau datang."Erina juga merasa heran, tetapi dia tidak berani untuk menolak. Segera mengikuti langkah kaki Fic yang menarik Lembut tangannya.Dalam perjalanan pulang, di dalam mobil Erina melirik wajah Fic yang terlihat begitu serius dan menegang."Fic. Sebenarnya ada m
Bibir Fic terlihat bergetar begitu juga dengan tangannya. Fic memang tidak bisa mengingat dengan baik wajah gadis yang ada pada malam itu. Tetapi ketika melihat kerlingan mata Erina, bentuk alis dan bibir Erina, Fic bisa merasakan jika itu begitu mirip. Ketika kulitnya bersentuhan dengan kulit Erina, dia akan teringat hal yang sama dengan hal yang pernah ada dimalam tiga bulan yang lalu itu.Pantas saja. Fic selalu merasa seperti Mengalami Dejavu. Itu karena gadis malam itu adalah Erina.Fic tidak tahu harus bagaimana sekarang. Pria yang membuatnya mati Penasaran itu ternyata adalah dirinya. Dosa besar yang sangat ingin ia lupakan, Gadis yang sudah ia koyak kesuciannya, ternyata adalah Erina.Apakah ini Takdir? Takdir yang begitu indah untuk menyatukan mereka.Jefri tersenyum penuh arti."Aku harus mengucapkan selamat kepada anda Tuan.""Nona Erina telah memberikan kesuciannya kepada anda. Kalian benar benar hebat. Bisa bertemu setelah berpisah, kemudian menikah dan saling jatuh cin
Di dalam kantor, Fic terus tersenyum membayangkan kenyataan yang ia ketahui semalam itu.Hatinya terus berdebar dipenuhi bunga bunga bermekaran. Seperti tidak tahan menunggu waktu sore untuk segera pulang berjumpa dengan Erina.Indahnya! Bertemu dan tiba tiba bercinta tanpa kesadaran, berpisah dan kemudian bertemu lagi lalu Fic jatuh cinta dan pada akhirnya menikah. Sekarang cintanya terbalas. Semua terasa indah bagi Fic.Sementara itu di kantor Stasiun Televisi. Mereka sedang berkumpul melihat beberapa Foto yang sedang tren di internet."Benarkah ini Foto Presdir Albarez beserta Nyonya Albarez?" Kak Awan menunjukan Foto."Iya benar! Ini adalah Presdir Albarez!" Yang lain berkomentar."Benarkah? Astaga! Seperti apa Wajah Nyonya Albarez? Pasti sangat cantik!" Oca berseru kemudian cepat mengamati.Siapa yang tidak mengenal Presdir Albarez meskipun itu hanya sekedar Foto saja. Dari auranya saja sudah bisa dikenali jika itu adalah Presdir Albarez. Apalagi Fotonya yang sangat menampakkan
Erina tidak mengerti kenapa Fic tiba tiba membawanya ke tempat yang paling ingin dilupakan dalam hidupnya.Fic tahu jika Erina berat untuk melangkah. Fic sengaja menggenggam erat tangan Erina."Ayolah. Di dalam sana, kejutan yang telah aku siapkan untukmu."Dengan sangat ragu Erina melangkah juga untuk mengikuti langkah kaki Fic. Padahal kaki Erina gemetaran, keringat dingin telah mengalir ke rahangnya. Bukan Erina tidak mengingat, dia masih sangat mengingat dengan jelas bagaimana bentuk jalan di ruangan ini bahkan setiap sudut ruangannya. Karena ketika pertama kali masuk kemari itu, dia datang dalam keadaan sadar seratus persen.Fic bukan tidak tahu jika Erina sedang tidak baik baik saja. Fic sempat tidak tega, tetapi demi memberi kejutan kepada Erina, Fic terpaksa berbuat setega ini.Fic berhenti di depan sebuah pintu kamar hotel. Seketika darah Erina membeku ketika matanya menatap Nomor yang ada di pintu hotel ini. Wajahnya langsung pucat pasi.Tidak salah lagi, ini adalah kamar di
Fic sedikit mengangkat tubuhnya. Dia menangkupkan kedua telapak tangannya ke pipi Erina."Jika kamu mendengar ini, kamu tidak akan percaya Erina."Fic menatap lekat kedua mata Erina. Fic sudah tidak sanggup untuk menahan sedikit lama lagi. Dia ingin segera memberitahu Erina kebenaran tiga bulan yang lalu.Erina masih menunggu."Katakan apa maksudmu Fic?""Erina. Tiga bulan yang lalu, malam kejadian yang terjadi padamu itu, apakah kamu tahu jika itu juga terjadi padaku?"" Apa kamu tidak sadar dengan posisi kita saat ini? Apa kamu tidak bisa mencium aroma tubuhku?"Erina semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Fic."Pria yang telah menodaimu malam itu adalah aku, Erina. Dan Gadis yang pernah aku ceritakan padamu tempo lalu itu, adalah kamu."Hah!Erina begitu terkejut dan seketika terduduk."Kamu bilang apa?" Erina mengguncang bahu Fic yang juga ikut duduk."Gadis yang telah kunodai itu adalah kamu. Dan aku, adalah pria yang bersamamu malam itu. Disini, dikamar inilah."