Dua hari pasca kejadian tersebut, Maya langsung minta pulang pada Zayyan. Padahal Zayyan sudah menyiapkan waktunya jikalau calon istrinya itu meminta untuk tetap melanjutkan rencana liburannya. Namun, yang tak disangka justri gadis itu setelah selama dua hari hanya menghabiskan waktu di hotel langsung mengajaknya pulang saat itu juga. Hal yang mengejutkan untuk dirinya. Zayyan bahkan sampai bertanya tiga kali untuk memastikan dan Maya tetap dengan pilihannya. Maka hari inilah, Zayyan dan Maya telah berada di pesawat yang akan membawa mereka berdua pulang. Sementara itu Dita tetap berada di Bali dan melanjutkan rencana liburannya dengan sendiri. Maya hanya bisa mengucapkan maaf dan ditanggapi dengan santai oleh Dita. Untuk Ian sendiri, lelaki tersebut telah menghilang selepas kejadian kemarin. Tanpa mengatakan kemana perginya ia hanya meninggalkan pesan pada Zayyan untuk pamit. Dan Zayyan tak menanyakan apapun karena entah mengapa ia merasa Ian sedikit bertingkah aneh akhir-akhir ini.
"Maya," panggil Zayyan yang membuat gadis tersebut menoleh. Sehari setelah kepulangan mereka dari Bali, Zayyan datang mengajak Maya pergi ke taman bermain yang berada di pinggiran kota. Perjalanan yang ditempuh membutuhkan waktu hampir satu jam dengan mobil melewati jalanan kota. Zayyan memesan tiket sementara Maya tampak menoleh kesana kemari melihat area sekitar. "Ayo,kita masuk." Zayyan mengambil tangan maya dan menggandengnya. maya tampak terkejut dengan kontak fisik yang tiba-tiba dari calon suaminya itu. Entah mengapa semenjak dari Bali, Zayyan menjadi lebih sedikit aktif dibanding sebelumnya. Biasanya Zayyan hanya selalu diam memperhatikan dan selalu Maya menjadi pihak yang paling aktif. Zayyan lebih sering memberikan respon dibanding aksi. Namun kini lelaki yang tengah menggandengnya jadi berbeda. Zayyan jadi sedikit lebih cerewet. Dia jadi sering menanyakan dirinya. Entah
"Hacih ...." Dita menoleh menatap Ian yang tak henti-hentinya bersin. Tatapan kasian ia lontarkan pada Ian yang sedang terbungkus selimut dengan kain basah mengompres dahinya."Dingin banget Dit," keluhnya yang sudah kesekian kalinya.Dita berdecak kesal dan berkata, "makanya jangan sok jadi pahlawan kesiangan. Malam-malam pake kaus dalam sok tahan banting sama angin malam. Rasain kan jadi masuk angin!"Kemarin malam setelah insiden Dita yang diganggu oleh pria mabuk dan diselamatkan oleh Ian, dirinya dengan percaya diri melepaskan kemejanya untuk diberikannya pada Dita. Demi melindungi Dita dari angin malam, Ian hanya mengenakan kaus dalam yang menyebabkan dirinya demam keesokan harinya.Setelah membelikan obat, Dita juga membantu Ian makan dengan menyuapinya. Baru beberapa menit yang lalu pria itu selesai makan dan minum obat, keluhan tentang rasa sakitnya masih saja terlontar. Mendengarnya membuat Dita jadi ikut pusing.
"Hellooo!" seru Ian saat memasuki rumah MayaDi hari Minggu yang cerah ini Ian datang mengunjungi rumah maya dengan membawa satu lusin donat dari merek terkenal. Dusnya yang berwarna oranye itu ia letakkan pada meja ruang keluarga. Maya yang sedang bersantai menonton televisi langsung beranjak membuka dus tersebut."Wooo!" Mata Maya berbinar saat melihat salah satu menu donat kesukaannya berjajar dalam dus tersebut. "Thanks Mas Ian!" ucapnya setelah itu langsung menggigit donat di tangannya dengan bersemangat."Sendirian May?" tanya Ian dengan kepala celingukan seolah mencari seseorang."Barusan Mami pergi, emang nggak ketemu? Kalo Papah biasalah tugas luar kota." Maya memicingkan matanya saat melihat Ian yang seperti mencari sesuatu. "Cari apa?""Tumben nggak keluar sama Zayyan," balas Ian mengabaikan pertanyaan terakhir dari Maya."Lhah situ nggak tau kalo Mas Yan pergi? Nggak mungkin kan Mas Ian ke sini tanpa tahu hal itu?"
"Aww, eh?" Maya mendongak saat merasakan sesuatu yang hangat pada kepalanya. Ia terkejut saat melihat Zayyan yang berdiri masih dengan pakaian kerjanya."Lhoh, Mas Yan kok di sini?" tanya Maya dengan wajah bingung. Seingatnya laki-laki itu bilang akan kembali besok, tetapi mengapa Zayyan sudah pulang malam ini?"Emang nggak boleh Mas di sini?" Zayyan duduk di sebelah Maya setelah melepas jas dan melonggarkan dasi. Dia sangat lelah hari ini usai berkendara selama kurang lebih hampir empat jam perjalanan."Bukan itu, Mas Yan kan bilang pulangnya besok. Aku kaget aja Mas udah di sini. Mas Yan langsung ke sini?""Dibuatin minum dulu dong neng Masnya. Keliatan lhoh itu mukanya kecapekan malah masih ditanya-tanyain gitu," timpal Ratih saat memasuki ruang keluarga. Ia tadi yang membukakan pintu untuk calon menantunya itu. Agak terkejut karena dia mendengar dari putrinya jika Zayyan masih di luar kota dan akan pulang keesokan harinya."Hehe, maaf
Sudah satu minggu terlewatkan Maya dan Dita lalui sebagai anak magang di kantor Ian. Maya sudah dua kali ini pergi keluar diajak oleh salah satu staf senior di sana mengunjungi resto milik perusahaan Ian. Di sana Maya ditunjukkan bagaimana keadaan resto serta diajak ikut meeting dan tak lupa bisa menyicipi menunya. Untuk yang terakhir ini Maya sangat menyukainya.Waktu isirahat telah tiba. Maya beranjak dari kursinya dan melangkah menuju tempat Dita. Keduanya pun melangkah bersama menuju kantin kantor. Namun, langkah mereka tertahan. Tiba-tiba saja Ian datang dan membuat beberapa staf khususnya wanita yang tampak sangat bahagia melihat Ian. Apalagi hal ini kejadian yang sangat langka. Ian sangat jarang menunjukkan dirinya di kantor, maklum sebagai orang yang memiliki jabatan teratas, maka hanya orang tertentu yang bisa bertemu dengannya. Tapi, tak jarang mereka bisa bertemu dengan Ian secara tak sengaja. Entah ketika di lobi atau di lorong.Ian yang terbilang masih
Pada siang yang trik di hari Minggu ini Maya dan Dita sudah nongkrong di cafe dengan laptop terpajang di hadapan mereka. Selama kurang lebih setengah bulan menjalani masa magang, Maya dan Dita sudah mulai berpikir mencari judul untuk tugas akhir mereka nanti. Melalui magang yang mereka jalanin, dua gadis bersahabat ini sudah mendapatkan bayangan topik yang akan diangkat. Maka dari itu, mereka hari ini berencana akan pergi ke toko buku mencari sumber teori penunjang topik tugas akhir.Usai membeli buku, keduanya mampir ke cafe yang berada di lantai satu di gedung yang sama terdapatnya toko buku tersebut. Tampak terlihat dua mahasiswi ini tengah serius memandangi laptop dan buku secara bergantian. Maya yang mulai merasa lelah dan haus mengambil gelas minum dan tersadar bahwa minumannya telah habis. Ia menoleh pada Dita dan gelasnya yang juga sudah kosong."Dit, mau pesen minum lagi?" tawar Maya yang langsung diangguki oleh Dita."Iya, sama aja kayak sebelumn
Zayyan menghabiskan waktu makan malamnya di rumah Maya. Tadinya dia ingin mengajak Maya keluar, tetapi tidak jadi karena tiba-tiba Ratih menawarkannya makan malam di sini. Saat ini Zayyan sedang duduk dengan Bimo ---ayah Maya--- berbincang banyak hal sembari menunggu Maya dan maminya memasak. sepertinya ini akan menjadi pengalaman pertamanya mencoba hasil masakan Maya.Setelah lama menunggu, akhirnya tiba juga waktunya. Zayyan melihat Maya yang sedang menata berbagai lauk pauk di meja makan. Entah mengapa melihat pemandangan ini ada rasa aneh muncul dalam hatinya."Mas Yan, kok bengong gitu? Kenapa?" Zayyan langsung tersadar dari pikirannya saat mendengar suara tanya dari Maya. Ia berdeham sedikit menyembunyikan kecanggungannya dan rasa malu yang tiba-tiba merambatnya. Untung saja jika Zayyan malu yang merah telinganya, bukan wajah atau pipinya. Jika tidak dirinya akan kesulitan menyembunyikan wajahnya.Usai semua menu tertata dan semua anggota telah duduk