"Hai Mas Brian!" sapa Bella ketika ikut menjemput bosnya di Bandara Ngurah Rai siang itu.Kening Brian berkerut dalam melihat mantan kekasihnya yang menjemput dirinya di bandara, sedangkan Hendrawan tak nampak di mana pun. "Lho, kok kamu yang jemput sih, Bell. Di mana Hendrawan?" balasnya sembari celingukan mengedarkan pandangannya di gerbang kedatangan penumpang pesawat dalam negeri."Hmm ... dia sakit perut, Mas. Jadi yang jemput sopir aja makanya aku gantiin dia di sini. Yuk kita ke parkiran mobil!" jawab Bella lalu menggandeng lengan pria bertubuh atletis dan jangkung itu."Eits ... tolong ya, jangan pegang-pegang. Kamu itu cuma sekadar karyawatiku bukan pacar apa lagi istri. Aku sudah nikah!" tegur Brian menepis tangan Bella yang melingkari lengannya. Setelah itu dia menyeret kopernya dan melangkah cepat menuju ke pintu keluar bandara.Sopirnya, Bli Restu telah menunggu Brian dengan Pajero Sport hitam di depan pintu keluar Bandara Ngurah Rai. Dari arah belakang, Bella berlari-lar
"Ayo jawab, kenapa kok kayak kebingungan gitu sih? Kami butuh tahu ke mana menantu kami pergi sejak sore sampai jam satu pagi," desak Pak Kevin Teja Kusuma sembari menatap curiga ke arah Suzy. Kali ini Nyonya Vanessa enggan untuk membela menantunya karena dia juga penasaran dengan jawaban Suzy. Dia hanya terdiam tanpa berniat menambah tekanan untuk perempuan muda yang seumuran dengan puteri bungsunya itu."A—aku ... aku pulang kerja, Pa, Ma," jawab Suzy terbata-bata. Dia tak tahu bagaimana harus berbohong ketika berada dalam kondisi terdesak seperti saat ini. Seandainya menjawab dugem, orang tua suaminya pasti berpikir dia telah selingkuh ketika Brian tak ada di Jakarta. Jadi mungkin kejujuran lebih diterima dengan baik, pikir Suzy."Kerja? Pekerjaan apa yang dilakukan di malam hari sampai harus pulang dini hari? JAWAB!" cecar Pak Kevin dengan suara nyaring hingga membuat Suzy memejamkan matanya ketakutan.Sebenarnya Nyonya Vanessa yang lembut hatinya tak tega melihat Suzy dihardik o
Bunyi getaran ponsel Brian membangunkan Bella yang kelelahan melayani Brian beberapa ronde nonstop. Sementara pria jantan yang staminanya tak perlu diragukan lagi itu lelap beristirahat pasca bergulat bersama Bella di atas ranjang tadi, diam-diam Bella membuka ponsel Brian.'Huhh, sialan. Ada pesan dari sainganku ternyata. Kubuka deh apa isi pesannya sekalian kuhapus aja biar Mas Brian nggak keinget sama Suzy!' batin Bella seraya menbaca pesan dari istei sah Brian. Dia tersenyum licik setelah mengetahui apa yang tertulis dalam pesan itu.Dengan segera Bella menghapus pesan dari Suzy bahkan memblokir nomor wanita itu di HP Brian. Tadi rupanya saat dia dan Brian asik indehoy, ada beberapa kali missed calls dari istrinya. Namanya lagi seru bertarung panas masa sih peduli dengan ponsel yang sekadar bergetar saja di nakas.'Ohh, jadi kerjaan si Suzy itu aslinya penari kabaret tho?! Syukurin ortunya Mas Brian mergokin pulang dini hari, rasain akibatnya! Emang enak jadi gelandangan ... diusi
"Tuan Harry, panti asuhan yang disebutkan oleh pengasuh anak itu mengonfirmasi bahwa pada tanggal Serena hilang, mereka menerima seorang bayi berusia setahun yang diserahkan wanita misterius," ujar Bill Keller, detektif swasta yang disewa jasanya untuk mencari puteri kandungnya yang hilang dua puluh tahun silam.Harry Livingstone membalik badannya dari balik kaca jendela kantornya di Jakarta Pusat. Dia menghela napas lalu berkata, "Ajak kepala pengawalku untuk menjemputnya, Bill. Aku ingin menemuinya dan memintanya tinggal kembali bersamaku!""Tentu saja, Tuan Harry. Saya permisi!" sahut Bill Keller lalu meninggalkan ruang presdir Cocoa Palm World Company. ***Sesampainya di Denpasar, Bali usai pesawatnya mendarat, Suzy segera mencari taksi bandara untuk mengantarnya ke mess karyawan Teja Kusuma Realty di Candidasa. Dia tak ingin menggunakan taksi online lagi karena trauma kejadian naasnya yang lalu saat nyaris diruda paksa sopir iseng.Perjalanan mobil itu berjalan lancar selama dua
"Bella, kamu ngaku saja deh. Apa kamu ngasi guna-guna ke Pak Brian? Dia nggak bakalan kayak orang kena pelet begini kalau posisi normal!" desak Hendrawan yang menemui Bella sendirian di depan pintu toilet kantor cabang Tanah Lot yang baru ditempati selama seminggu ini.Janda kembang itu tertawa renyah sembari menatap sinis kepada Hendrawan. "Mau tahu aja! Urusin aja kerjaan kamu sendiri, ngapain kamu ngurusin aku, hahh?!" tukasnya judes lalu melangkah melewati pemuda itu.Namun, Hendrawan segera menangkap lengan Bella seraya memperingatkan, "Kamu jangan macam-macam ya sama Pak Brian! Dia sudah punya istri, ngapain juga ngeladenin kamu. Dasar janda kegatelan!""Ckk ... lepasin nggak, atau kamu kulaporin ke Mas Brian kalo udah kurang ajar ngegodain aku di toilet!" ancam Bella sembari melotot.Akhirnya, Hendrawan dengan terpaksa melepaskan cengkeraman tangannya di lengan Bella. Dia mendesis kesal melihat wanita itu melenggang pergi dengan sok kecantikan."Aduh, kok jadi runyam begini sih
Sesuai rencananya kembali ke Jakarta untuk mencari istrinya, Brian pun segera meluncur ke rumah keluarga Teja Kusuma dari bandara. Dia disambut oleh papa mamanya di ruang tengah rumah mereka."Hai, Brian. Apa kabar?" sapa Nyonya Vanessa seraya memeluk hangat putera kesayangannya."Hai, Ma. Baik. Oya, di mana Suzy?" sahut Brian celingukan mencari sosok istrinya.Mamanya sontak menoleh ke arah Pak Kevin Teja Kusuma. Maka Brian pun curiga dan bertanya, "Ada apa ini? Apa terjadi sesuatu saat aku berada di Bali?""Papa juga mau bertanya tentang pekerjaan wanita yang kau nikahi, Brian. Minggu lalu Suzy pulang dini hari dengan dandanan seperti wanita penghibur. Setelah kutanyai, ternyata dia kerja di kelab malam. Apa kau bisa menjelaskan ke Papa?" ujar Pak Kevin bersedekap menghadap ke arah Brian."Ya, Suzy memang masih terikat kontrak dengan The Glam Expat Night Club. Dia penari kabaret, bintang utama panggung di sana. Namun, dia tidak melayani tamu secara seksual sama sekali. Buktinya adal
"Aku papa kandung Suzy. Dia puteriku yang telah lama hilang. Kau pasti Brian Teja Kusuma bukan? Kenalkan, aku Harry Livingstone!" jawab Tuan Harry Livingstone sembari mengulurkan tangan kanannya kepada suami puterinya."Iya, saya Brian Teja Kusuma. Salam kenal, Sir!" Dengan wajah syok berat Brian segera menjabat tangan papa mertuanya itu. Dia tak menyangka bahwa istrinya masih memiliki orang tua kandung dan bule pula. Sepertinya nama keluarga Livingstone agak familiar di kalangan high society, pikir Brian dalam diam seraya mengingat-ingat."Hari sudah lewat tengah malam, Pa. Ayo kita pulang saja sekarang!" desak Suzy tanpa memedulikan Brian yang tak rela melepasnya pergi."Suz, kita harus bicara empat mata. Apa kamu marah kepadaku? Tolong maafkan aku dan papa mamaku, please!" Brian menangkap lengan kiri istrinya agar tak pergi meninggalkannya begitu saja.Senyuman tipis tersungging di bibir merah Suzy, dia menatap Brian lurus-lurus. "Okay, aku memaafkan kalian. Mungkin lain kali kita
"Serena, kamu di sini rupanya! Papa ingin mengajakmu sarapan bersama," ujar Tuan Harry Livingstone seraya melangkah masuk ke ruang tamu kediamannya. Matanya bertemu dengan Brian yang segera bangkit dari sofa dan segera menyalaminya sopan."Selamat pagi, Mister Livingstone. Maaf saya bertamu pagi-pagi sekali!" ucap Brian dengan tak enak hati. Dia memang tiba begitu pagi karena kuatir Suzy tak ada di rumah bila kesiangan.Pria berdarah Amerika Serikat yang sekilas genetiknya mirip dengan Suzy itu pun merangkul bahu puterinya sambil berkata, "Darling, kita ajak Brian sarapan pagi bersama saja ya? Kalian berbincang santailah, Papa tak akan mengganggu!""Iya, Pa. Aku nggak masalah," sahut Suzy yang dipanggil dengan nama Serena semenjak tinggal di kediaman ayah kandungnya. Dia pun mengajak Brian pindah ke ruang makan bersama mereka.Beberapa pelayan rumah berjejer mengelilingi mereka bertiga di meja makan untuk membantu bila ada peralatan makan atau minta minuman atau makanan yang kurang da