Part 50
Riswan dan Risma sedang dalam perjalanan pulang kembali menuju rumah, setelah sebelumnya mereka sempatkan untuk makan dan mampir sejenak di restoran cepat saji yang tidak jauh dari tempat bapaknya dirawat.
Mobil yang dikendarai Riswan mulai masuk halaman rumah emak. Terlihat sepi dan lengang, sekeliling rumah emak pun terlihat tidak ada yang lalu lalang.
Risma lantas membuka pintu utama rumah tersebut, dengan ditemani suami dan anak-anaknya, Risma pun segera masuk dan langsung menuju kamar utama. Kamar tidur Emak dan bapak.
Risma langsung menuju bufet tempat tidur tempat emak menyimpan sertifikat rumah. Sementara Riswan dengan Yuli dan Neti duduk di karpet lantai ruang tamu.
Dua pintu kaca bufet yang diperiksa oleh Risma, dia belum juga menemukan surat-surat yang dimaksud oleh emak. Sampai Risma membuka-buka bawah bantal dan kasur, tetap tidak dia temukan.
"Bang, Bang Riswan!?" panggil Risma pada suaminya.
"Iya, Sayang," jawab
Part 51 "Assalamualaikum ... Yah! Samsiah!" juga tidak ada balasan. Suasana masih terlihat lengang. "Sepertinya Samsiah tidak ada, Neng." "Iya, Bang. Eneng coba panggil Ela aja yah, Bang." "Ya sudah, tapi sepertinya sepi juga Neng." "Eneng coba panggil dulu, Bang?" Riswan mengangguk, sesekali matanya melihat ke arah rumah induk untuk memperhatikan anak-anaknya dari kaca rumah yang lebar. Yuli dan Neti masih terlihat bermain di sana. Risma segera menuju rumah Ela, mencoba memanggilnya beberapa kali, dan ternyata sama saja, tidak terdengar ada jawaban dari dalam rumah. Risma pun segera kembali mendekati suaminya. "Iya, Bang, nggak ada juga?" "Kita balik pulang saja, yah, jika ada waktu nanti kita kembali ke sini lagi," ucap Riswan. "Iya, Bang," jawab Risma, lalu menggandeng Riswan untuk kembali ke rumah Emak.Risma segera mengunci kembali pintu rumah emak, sementara Riswan dan dua putrinya menunggu di dep
PART 52Prinsip kejujuran dalam berusaha selalu ditekankan oleh kakek dari Riswan sedari kecil. Tidak ada tolerir bagi pihak-pihak yang mencoba bermain-main dengan melanggar prinsip dasar Niskala group. Kejujuran. Kebohongan hanya akan menyelamatkan sesaat dengan kebohongan yang baru, tetapi akan terus berbohong untuk menutupi kebohongan sebelum-sebelumnya, dan selamanya akan terus berbohong agar tidak pernah terbongkar.Penyuapan dan penyogokan yang terus menerus akan menimbulkan sebuah masalah. Jika ada kesalahan yang diperbuat, seseorang yang seharusnya memberikan hukuman atau peringatan akan merasa tidak enak hati untuk menjatuhkan hukuman karena sudah memakan uang sogokan yang diberikan, sampai akhirnya kesalahan yg diperbuat semakin bertambah banyak, hingga usaha atau bisnis tidak akan berkembang, dan bahkan juga tutup ataupun bangkrut.Amran, Ela, dan Samsiah masih saja terdiam, pertanyaan Riswan membuat mereka tidak tahu bagaimana menjawabnya, karena yan
PART 39Menjelang Siang, dengan wajah yang suram, Amran keluar dari kantor kepolisian setelah melaporkan kehilangan satu buah mobil truk yang dia sewakan. Laporan surat keterangan dari kepolisian itu sangatlah penting buat dia mengurus ke leasing mobil, tempat dia membeli mobil itu dengan cara kredit. Sudah lima hari berjalan dari masa sewa mobil itu berakhir dan belum juga dikembalikan.Hari-hari yang sangat buruk bagi Amran. Musibah datang silih berganti. Dari diputuskan kontrak kerja dengan perusahaan perkebunan, kehilangan motor, mobil, istrinya pun Nengsih belum juga pulang ke rumah, untuk menjemput sang istri di rumah mertua, dirinya merasa sungkan, karena dia sendiri yang sudah mengusir Nengsih dari rumah.Menjelang senja, Amran baru sampai ke rumah. Selepas dia dari kantor polisi dia lanjutan buat mengurusi laporan kehilangan ke pihak leasing, dan dia benar-benar lelah harus bolak balik mengurus ke sana ke mari.Rumahnya terlihat sepi, terlihat gela
PART 54Setengah jam memasuki waktu subuh, Riswan terbangun dan segera bergegas untuk mandi. Istrinya Eneng masih tertidur pulas, dikecupnya sebentar kening sang istri, yang semalam baru saja melayaninya dengan baik.Riswan baru saja selesai mandi dan Eneng masih terlelap tidur, tersenyum tipis, dihampirinya sang istri, mendekatkan wajahnya ke arah Risma sembari mengusap lembut rambut dan kening wanitanya dengan penuh kasih sayang dan kelembutan."Neng, bangun Sayang," bisik Riswan lembut di telinga istrinya."Hmmm." tubuh yang terbalut baju tidur berwarna putih berenda itu hanya menggeliat sekejap, lalu kembali terpulas. Riswan tersenyum geli melihatnya.Dikecupnya lama bibir sang istri tercinta, hingga mata cantik berbulu mata lebat itu mengerjap-ngerjap, kelopak matanya terbuka dengan wajah sang suami tepat menempel di wajahnya."Abangg ....," Didorongnya pelan tubuh Riswan, agar sedikit menjauh darinya, dan Riswan masih berada di a
PART 55"Masuk yuk, Bang," ajak Risma kepada Riswan."Neng memang bawa kunci rumahnya?""Bawa Bang, dari rumah, kan memang niatnya tadi kepengen mampir ke rumah ini. Eneng kangen Bang dengan rumah ini." Risma menatap dalam dari depan halaman, melangkah maju dan mulai membuka pintu rumah."Bertahun-tahun kita menghabiskan waktu di rumah ini Bang," gumam Risma, tidak butuh jawaban, tetapi Riswan bisa mendengarkan.Risma mulai melangkah masuk, diikuti oleh Riswan. Matanya memandang ke sekeliling rumah, sudah mulai berkaca-kaca dia. Semua kenangan seolah-olah melintas kembali di pikirannya, dari saat mengawali berumah tangga sampai memiliki Yuli, kemudian disusul Neti. Susah senang mereka alami dan lewati bersama.Riswan merengkuh dan memeluk bahu istrinya, mencium jilbab sang istri tercinta. Dia memahami jika Eneng sedang bernostalgia mengingat masa-masa mereka mengawali hidup bersama di rumah ini."Jika dipikir-pikir, Risma bodoh juga y
Part 42Rohani, istri dari saudagar sembako, Mursan, matanya terus saja menatap ke arah jam dinding yang berada di dalam toko sembako tersebut. Sudah satu jam lebih suaminya belum juga kembali dari mengantar pesanan yang Rohani sendiri tidak tahu hendak diantar kepada siapa.Alasan suaminya Mursan, yang hendak mengantar pesanan kepada Umi Hasanah, istri dari Ustaz Arief ternyata sudah terbantahkan, suaminya berarti sudah mulai berbohong.Dia coba tanyakan kepada para pekerjanya di toko miliknya ini, semuanya menjawab tidak tahu.Tidak beberapa lama kemudian, terdengar suara motor yang khusus dipakai buat mengantar sembako, dan dari suaranya, Rohani sudah bisa mengenalinya. Benar saja, Mursan mulai terlihat mengendarai motor, dengan dua keranjang karung di kiri dan kanannya sudah terlihat kosong.Rohani mencoba bersikap tenang, walaupun hatinya kesal merasa sudah dibohongi oleh suaminya. Mursan kemudian mulai masuk ke toko sembako dan duduk di bangku
Riswan mempersilahkan Tante Sartika untuk beristirahat dahulu di kamar khusus tamu, lalu dia sendiri memilih untuk menyendiri sejenak di sisi tepian kolam renang, dengan tatapan lurus ke arah pegunungan yang tepat ada di hadapannya. Tidak terpikirkan oleh Riswan sebelumnya, langkahnya untuk menempuh jalur hukum yang berhubungan dengan kasus yang melibatkan keluarganya, akan berimplikasi pada retaknya hubungan kekeluargaan di antara mereka. Kemarahan dan kebencian dari saudara-saudara sepupunya adalah salah satunya. Bahkan mereka sampai berencana ingin membalas dendam dan mencelakakan dirinya. Langkahnya bertindak tegas kepada adik-adik dari ayahnya tersebut adalah sebuah shock terapi bagi bawahan-bawahannya yang lain, bahwa dia tidak tebang pilih dalam memproses sebuah pelanggaran, siapapun yang terlibat akan dia perkarakan. Apalagi jika sampai merugikan keuangan perusahaan, karena dapat berimplikasi pada keberlangsungan usaha yang dijalankan. Riswan
Part 58"Kang Amran, ini apa-apaan, sih." Samsiah mencoba menarik tangan Amran yang masih mencekal leher dari Mursan, yang tersudut di tembok."Kamu yang apa-apaan, tidak tahu malu." Amran berbalik menatap Samsiah, sementara tangan kirinya masih saja berada di leher Mursan. Pembicaraan walaupun penuh dengan penekanan, tetapi dilakukan dengan intonasi suara yang pelan, karena tidak ingin ada orang lain yang mendengar, ataupun adanya keberadaan Mursan di rumah janda baru ini."Kamu tidak sadar Samsiah, jika perbuatan kalian ini diketahui warga, bisa diarak keliling kampung, nggak malu kamu." Amran masih melotot ke arah Samsiah."Biasanya juga nggak ada yang tahu," jawab Samsiah dengan bodohnya. Pemahaman dan pemikirannya memang sedikit lamban.Amran lantas melepaskan cekalan tangannya pada leher Mursan, lalu mulai memutarkan video yang tadi dia rekam kepada Mursan. Saudagar sembako itu tercekat, tidak mampu untuk bicara. Samsiah yang juga ikut meliha