Share

Bab 21

Jihan meletakkan kembali gawai yang ada di tangannya dengan mata berkaca-kaca, kepalanya mendongak dengan memandang langit-langit rumah sembari menghela nafas panjang.

Usahanya untuk menahan air mata yang hendak jatuh tak berhasil, air mata itu tetap jatuh membasahi area pipi. Wanita itu mengambil kembali gawai bukan untuk menjawab telepon melainkan mematikan daya gawai.

"Ma, maafin aku, Ma. Lebih baik aku pergi daripada aku harus tinggal sama papa."

Jihan kembali beres-beres rumah dengan air mata yang sesekali masih menetes. Namun, sekuat hati wanita itu mencoba mengalihkan pikirannya ketika melihat isi dapur masih terlihat kosong.

.

.

"Al, apa sebaiknya aku cari rumah kost sendiri, ya?" Tanya Jihan di saat mereka tengah makan malam yang baru di beli Alfian.

"Loh, kenapa? Kamu masih belum percaya sama aku kalau aku bakal menjaga—"

"Bukan itu maksudku, Al."

"Lantas?" Tanya Alfian sambil memandang Jihan.

Jihan dan Alfian duduk di lantai beralaskan tikar plastik, mereka tampak seperti p
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status