Share

Bab 2 POV Ervan

Pov Ervan

"Sial, bre**"k," umpatku sambil memukul mukul tanganku.

Rahangku mengeras, emosi kurasakan meledak ledak di dadaku, kepalaku bahkan sudah panas saat ini.

Aku tak percaya Rena bisa lakukan ini padaku, dia selama ini selalu tunduk dan patuh padaku, tapi kenapa sekarang kenapa dia berani?

**"**

Flasback

"Rani, saya mau keluar dulu, kalau ada apa apa bilang saja pada Pak Dion,saya ada urusan," pesanku pada Rani sekretaris kantorku.

Aku ada janji mau menemani Elisa shoping hari ini.

Elisa gadis 20 tahuh yang aku kenal lewat f******k beberapa bulan yang lalu,dengan modal sedikit merayu dengan kata kata manis gadis itu bertekuk lutut di hadapanku.

Siapa tak kenal Ervan Aldino, mantan mahasiswa tertampan di uversitas **** yang mampu menundukkan banyak wanita wanita sexsi dan cantik.

"Baik Pak," jawab Rani. Bahkan aku juga pernah memacari Rani dulu pas awal awal jadi sekretarisku.

"Maap Pak,"kata Rani yang membuatku berhenti melangkah.

Ku balikan badanku dan bertanya," ada apa?"tanyaku.

"Kalau Bu Rena telpon, saya jawab apa?"tanya Rani. Ku lirik jam di tanganku,jam 11.30.

Biasanya di jam makan siang memang Rena akan sibuk menelpoku, apabila tak berhasil menghubungi aku maka dia akan menelpon Rani sekretarisku.

"Bilang saja aku ketemu klien," kataku sambil berlalu meninggalkan ruanganku.

Aku bersiul ria sambil berjalan menuju parkiran mobil.

Sesampainya di dalam mobil,kurapikan rambutku terlebih dahulu agar kelihatan makin ganteng dan Elisa makin tergila gila pada aku.

[Mas kamu dimana?] Pesan dari Elisa.

[Ini lagi otw jemput kamu sayang]balasku.

[Cepetan! Panas ini] balas Elisa.

[Siap putri cantikku] balasku dengan imot love. Aku yakin muka Elisa memerah saat ini sambil senyum senyum sendiri.

Segera ku lajukan mobilku menuju universitas tempat kuliah Elisa.

Kulajukan mobilku dengan kecepatan sedang, suasana di jalan cukup ramai tapi untunglah jalan yang ku lewati tak begitu macet parah sehingga aku bisa cepat sampai di kampus tempat kuliah Elisa.

Kulihat Elis sedang menungguku di depan pintu gerbang kampus, gadis cantik tersenyum ke arahku.

"Maap ya sayang lama,biasa macet,"kataku.

"Gak papa sayang, yang penting jadi shoping kan?"

Aku tersenyum mengembang.

"Ya jadi dong sayang, masa enggak,"jawabku dengan senyum mengembang di bibirku.

Elisa pun spontan memelukku," terima kasih sayang, jadi makin cinta,"kata Elisa dan sebuah ciuman mendarat di pipi kanan dan kiriku.

Segera ku rangkul pinggang rampingnya dan berjalan menuju mobil mewah milikku.

Ku bukakan pintu, lalu dengan sedikit membungkuk aku berkata," Silahkan Tuan putri,"

Elisa yang gemes menjewer kedua pipiku,"ih makin cinta dech," kata Elisa.

Setelah Elisa masuk aku pun masuk ke kursi pengemudi.

"Pangeran siap mengantar Tuan Putri kemana saja," kataku tersenyum menatap wajah Elisa.

"Udah ah Mas, gombal melulu,"

"Ini serius sayang,kok gombal sih,"

"Wkwk iya percaya, ayo jalan keburu promo habis," kata Elisa.

Di sepanjang perjalanan aku tak henti menggoda Elisa dan dia yang gemes tak jarang menjewer kupingku, mencubit pipiku ataupun mencubit pinggangku.

Aku juga merasakan beberapa kali ponselku, aku yakin itu Rena yang menelpon tapi bodo amatlah,malas aku melayani nenek nenek itu. Kalau bukan karena kaya aku juga tak mau menikah dengannya.

*****

Aku segra memarkirkan mobilku di parkiran sebuah mall yang cukup besar di kotaku.

Setelah mobil terparkir aku segera membuka pintu untuk Elisa dan berjalan beriringan masuk kedalam mall.

"Sayang, aku mau itu ya?"kata Elisa, cewek cantik sexsi yang sudah 6 bulan ini aku pacari.

"Ambil saja sayang,asal ada imbalanya,"kataku sambil mencolek hidung bangir Elisa.

Sebenarnya wajah Elisa taklah secantik Renata, perempuan pewaris perusahaan Hadi Wijaya Corporation, sebuah perusahaan yang bergerak di bidang eksport import.

Sayang meskipun kaya tapi Renata tak bisa merawat diri, dia lebih sering memakai gamis dan jilbab instan yang bahkan kadang tanpa riasan make up. Sungguh membosankan sekali melihatnya.

Ku lirik Elisa yang sedang memilih milih barang sementara aku asyik membalas pesan Firman sahabatku.

Sungguh mengantarkan wanita belanja itu membosankan, tapi demi Elisa, wanita cantik yang selalu bisa memenuhi hasratku, aku rela menemaninya belanja.

"Sayang kok kamu main ponsel melulu sih," kata Elisa protes sambil cemberut.

Aku tersenyum melihat tingkahnya, sungguh dia cantik kalau lagi marah seperti ini sekalipun.

"Maap sayang," kataku lembut.

"Siapa sih, cewek ya?"tanya Elisa ketus.

"Ciye cemburu ni,"godaku sambil menaik turunkan alisku.

"Awas kamu kalau main cewek,"kata Elisa bernada ancaman yang ku balas senyuman.

"Kamu kalau marah makin cantik,"kataku menggoda.

"Gak usau gombal," kata Elisa.

"Heleh, kamu suka kan."godaku sambil mengedipkan mataku yang di balas cubitan di pinggan oleh Elisa.

Sungguh bahagia rasanya berduaan dengan gadis cantik dan muda seperti Elisa.

"Sayang, aku ambil tas itu ya," kata Elisa menunjuk ke tas dengan merk terkenal.

"Demi kamu apa ya enggak sayang."

"Makasih sayang," jawab Elisa dan sebuah ciuman mendarat di pipiku.

Elisa kembali memilih milih barang yang dia mau dan aku setia mengikutinya dari belakang dan membawakan belanjaannya sambil sesekali menggodanya.

Aku tak peduli berapapun habisnya belanjaan Elisa, uang tak masalah bagiku, hanya dengan modal tampang manis dan ngegombal aku bebas meloroti harta istriku.

Beberapa barang sudah di beli, tas, sepatu, lipstik dan beberapa baju.

"Sudah?"tanyaku sambil mengembangkan senyuman.

"Emang boleh?"

"Boleh dong asal...," aku berbisik di telinga Elisa," aku dapat service yang memuaskan," godaku nakal.

Plack..

Elisa memukul tanganku.

Aww...

Ku usap tanganku, kuat juga tenaga ni cewek.

"Rasain," kata Elisa sambil mengibaskan rambutnya membuatku gemas.

'Kalau tak banyak orang ku gigit,"godaku.

"Gigitlah," kata Elisa sambil menjulurkan lidahnya.

****

"Semua 80 juta Pak," kata kasir cantik berambut sedikit pirang itu.

"Ok Mbak,"

Ku buka dompet kulit dengan merk ternama hadiah dari Rena istriku dan mengeluarkan benda pipih yang biasa buat transaksi itu.

"Maap Pak, saldo bapak tidak cukup,"

Deg, mana mungkin, aku tahu saldoku bahkan lebih dari 200 juta.

"Mbak salah kali,coba di ulang lagi!"kataku, mukaku sudah memerah kini karena malu.

"Tetap gak bisa Pak, saldo Bapak tidak cukup," kata kasir setelah melakukan transaksi lagi.

"Gimana sih, katanya banyak duwit,"Elisa mulai menggurutu sambil cemberut.

Aku tiba tiba ingat kartu ATM Rena yang aku bawa, saldonya tentu saja banyak.

"Coba ini mbak!"kataku.

Kasir itu pun mengambil kartu yang aku berikan walau kulihat wajahnya sedilkit kesal.

"Maap Pak,ini juga gak bisa, silahkan ke belakang dan tinggalkan barang belanjaan bapak," kata kasir itu. Sungguh kalau bisa menghilang aku ingin menghilang karena malu.

"Kalau gak punya duwit gak usah sok sok an belanja banyak la Mas, bikin antri aja," kata mak mak di belakangku dan memandang sinis ke arahku.

****

"Gimana sih Mas,katanya kamu kaya,belanja segini saja gak mampu, tampang saja keren tapi kere,"

Plack....

Elisa menampar pipiku dan meninggalkan aku di parkiran mobil.

Ku buka pintu mobil dan membantingya dengan kasar.

"Sial, a***g, b***t," umpatku sambil memukul mukul setir mobil.

Drt drt, dengan sedikit kesal ku ambil ponselku dari atas nakas.

Mataku membulat, tubuhku gemetar,jantungku berdegub kencang seolah mau lompat melihat sebait pesan dari nomorku sendiri.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Isabella
rasain loooo no.atm mu di blok oleh istrimu. kere aja belagu
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status