Share

Dua Puluh Tujuh

"Raka."

Aku itu menoleh saat suara yang kukenal terdengar memanggil. Aku bangkit, dan langsung mencium takzim Bude Arni. Tidak menyangka bisa bertemu di tempat makan ini.

"Bude gabung sini," ujar Luna.

"Boleh, Budhe juga lagi nggak ada urusan."

Sejenak aku terdiam, jujur saja tidak begitu suka berlama-lama bersama Budhe Arni. Pasti nanti akan membahas masalah adiknya. Itu sangat aku hindari.

Walaupun keberatan, aku harus tetap bersikap ramah. Bagaimanapun Budhe orang tua.

"Kamu sama Mama sehat, Ka?" 

"Sehat, Budhe."

Sejenak kami terdiam dalam pikiran masing-masing. Setelah itu, Luna lebih dahulu pamit karena jam makan siangnya sudah hampir habis. 

Aku tahu, setelah Luna pergi, akan ada sesuatu yang membuat moodku kurang baik.

"Budhe mau bicara, Raka bersedia mendengarkan?"

"Selagi itu bukan tentang dia."

Budhe Arni pasti paham yang kusebut den
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status