Valen merasa terkejut dan bingung saat Karly, salah seorang muridnya di kelas 2 SD internasional, tiba-tiba bertanya tentang arti kata 'selingkuh' padanya.
Raut wajah Valen mencerminkan kebingungan dan kekhawatiran, karena pertanyaan tersebut jauh dari ekspektasinya untuk siswi yang masih duduk di kelas dua SD."Tunggu dulu. Karly mendengar kata-kata itu, darimana?" tanya Valen penasaran."Mama papaku bertengkar. Dan ada kata itu."Mendengar jawaban Karly itu, Valen langsung teringat akan sosok pria bertubuh atletis, berwajah tampan dan sangat ramah kepadanya.Itu adalah sosok Ayahnya Karly yang sering kali menjemput Karly di sekolah dan bertemu Valen."Apa yang terjadi? Ehm, apa kamu tahu siapa yang selingkuh.""Tentu saja, mama yang selingkuh.""Benarkah?""Iya. Waktu itu papa berteriak dan menangis. Papa bilang, kenapa kamu selingkuh dariku?""Hah?""Kasihan ayahnya Karly itu. Kenapa pria setampan dan sebaik itu, masih juga diselingkuhi?" batin Valen tidak rela.Valen tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang karena itu dia tidak lagi bertanya.Tapi besoknya Karly kembali mendekatinya dan berkata, "ternyata mama sudah 2 tahun selingkuh.""Hah?"Mendengar Kata-kata dari Karly ini, ingatan Valen kembali terbawa pada sosok ayahnya murid tersebut.Pria itu tergambar dalam pikirannya sebagai individu yang mapan, telah menginjak usia 40-an menurut data murid, namun masih terlihat muda. Terlihat berumur sekitar 33 atau 34 tahun.Pria itu memancarkan aura kebahagiaan dan kesehatan yang membuatnya terlihat jauh lebih muda. Tubuh atletis dan wajah tampannya memberikan kesan yang sulit dilupakan Valen.Bahkan, Valen pernah mendengar pembicaraan dari teman-temannya sesama guru yang membicarakan Ayahnya Karly dengan penuh kagum.Saat itu, Valen tidak ikut-ikutan membicarakan pria itu. Karena dia tidak mau mengganggu rumah tangga orang.Tapi, sesudah ini, mau tidak mau, dia mulai memikirkan akan Ayahnya Karly itu.Sebelum insiden ini, Valen tak pernah merasa tertarik pada pria itu. Namun, cerita tentang perselingkuhan yang dikatakan muridnya ini, mengundang perasaan campuran dalam hati Valen.Mungkin karena Ayahnya Karly yang tampan dan mungkin karena rasa kasihan yang dimiliki Valen kepada pria tersebut, membuat sebuah perasaan yang tidak seharusnya ada, mulai tumbuh dalam diri Valen.Sesaat setelah mendengar tentang pengkhianatan yang dihadapi oleh pria itu dari pasangannya, Valen merasa sesuatu yang berbeda.Ia tak bisa menghindari rasa simpati yang terus tumbuh dalam hatinya.Rasa simpati itu menjadi alasan untuk Valen mulai melihat pria tersebut dengan pandangan yang lebih hangat, daripada sebelumnya.Bahkan dia mulai menaruh perasaan suka. Empati yang dirasakannya terhadap pria tersebut mengubah hubungan antara guru dan orang tua murid menjadi sesuatu yang lebih dalam.Tapi, saat Valen memikirkan kembali akan konsekuensi yang akan dia alami dari sekolah tempat dia mengajar ini, kalau dia meneruskan perasaannya ini, dan terlibat dalam hubungan romance dengan ayah dari muridnya, maka, Valen memilih untuk mengendalikan perasaannya.Karena ada ancaman pemecatan yang bisa dialami kalau dia terlibat dalam skandal dengan orang tua murid.Karena itu, saat Ayahnya Karly yang bernama Evan menjemput Karly, Valen pura-pura tidak memperhatikan.Dia tidak mau menatap ayah muridnya itu saat Evan pamitan kepadanya. Valen baru menatap Evan, saat Evan sudah jauh meninggalkan kelas. Dia cuma berani untuk menatap punggung pria atletis itu.Hanya saja, semua kembali berubah bagi Valen. Tepatnya empat hari setelah Karly mengajukan pertanyaan tentang arti kata selingkuh, tiba-tiba, dia kembali mendapatkan kejutan lain.Sama seperti sebelumnya. Saat jam pulang sekolah sudah usai, tinggal ada beberapa anak yang belum dijemput oleh orang tuanya. Dan salah satu anak yang belum dijemput itu, adalah Karly.Saat teman-temannya sedang bermain di bagian belakang kelas, tiba-tiba Karly mendekati Valen dan bertanya, "Miss, apa arti bunuh diri?"Valen melongo. "Kenapa kamu bertanya seseram itu, Karly?""Karena semalam mama dan papaku bertengkar lagi.""Lalu?""Habis bertengkar, papa ke dapur.""Terus?""Aku mengikuti papa karena papa terlihat menangis.""Lalu?" Valen semakin penasaran."Lalu, papaku mengambil pisau dan bicara sendiri sambil nangis. Aku bersembunyi di belakang tiang, di belakang papa, sehingga papa tidak melihatku.""Lalu?""Papa bilang. Dia ingin bunuh diri. Dia mengacungkan pisau ke atas.""Lalu apa yang terjadi?" Valen sangat panik. Dia merasa tidak rela kalau papanya Karly bunuh diri."Kemudian papa bilang, dia ingin sekali bunuh diri. Tapi, dia takut meninggalkan aku dan Kak Revan.""Syukurlah kalau papa kalian tidak melakukan itu.""Bunuh diri itu apa, sih? Saat aku tanya sama Revan, my brother, dia bilang, gak usah membahas itu."Valen memegang tangan anak kecil bernama Karly ini. "Bunuh diri itu adalah perbuatan tidak baik. Minta papamu untuk tidak melakukan hal seperti itu lagi. Ya?""Oh, bunuh diri itu adalah perbuatan tidak baik, ya? Padahal papaku kan orang baik. harusnya dia memang tidak melakukan perbuatan seperti itu.""Makanya."Sesudah percakapan soal bunuh diri itu, Valen jadi sangat cemas.Karena itu, kalau 3 hari sebelumnya dia selalu menghindar dari kemungkinan bertemu dengan Evan, maka kali ini, dia sengaja selalu bersama Karly, agar supaya, saat Karly dijemput, Valen ada di dekat Karly.Hari ini, Valen dijemput agak terlambat, tidak seperti biasanya.Semua murid yang lain sudah dijemput orang tua mereka masing-masing, dan hanya tersisa Karly yang belum dijemput.Apa yang diinginkan oleh Karly itu terjadi. Karena beberapa saat kemudian, sosok pria tampan, bertubuh atletis itu, kini sudah berjalan di koridor sekolah untuk menuju ke kelasnya Valen ini.Saat melihat wajah pria tampan itu dari kejauhan, Valen sepertinya bisa merasakan kesedihan yang sedang dialami pria bermata teduh yang masih terlihat awet muda, walaupun sedang menghadapi masalah berat itu.Saat ini, rasa-rasanya Valen ingin memegang tangan pria itu dan memeluk pria itu serta berbisik, "tenanglah. Jangan berpikiran bodoh. Ingat anak-anakmu. Aku siap untuk selalu menghiburmu, kapan pun kamu mau."Tapi, pikiran itu tidak berani diwujudkan Valen. Dia cuma bisa menatap sendu ke arah pria ini saat pria ini mengangguk ke arahnya dan mengucapkan terima kasih karena sudah menjaga anaknya, untuknya.Kemudian dengan penuh kebapakan, Evan mengambil semua bawaan anaknya supaya Karly tidak perlu membawa apa-apa, dari kelas ini hingga ke parkiran sekolah di depan sana.Saat ini, rasa-rasanya Valen ingin gabung. Saat melihat Evan memegang tangan kiri Karly, rasanya Valen ingin maju dan memegang tangan kanan Karly, dan berjalan bersama menuju ke parkiran mobil.Tapi, Valen tidak berani. Dia cuma bisa berdiri sambil menatap sendu ke arah Evan dan Karly yang sudah melangkah di koridor.Tiba-tiba, Karly mengatakan pada Evan kalau handphonenya ketinggalan di kelas.Evan langsung menyuruh Karly diam di tempatnya, sementara dia sendiri yang berbalik lagi menuju ke kelas.Mendengar kalau Karly lupa akan handphonenya, maka, Valen segera mencari di tempat dia melihat Karly sempat memainkan handphonenya sebelumnya.Valen berhasil mendapatkan handphone yang dia cari-cari itu, bertepatan dengan masuknya Evan ke ruangan ini."Ini handphonenya, pak." Valen memberikan handphone itu kepada Evan.Entah disengaja atau tidak, tapi kaki Valen terkena kursi kecil sehingga dia jatuh ke depan. Saat itulah Evan menyambut tubuh Valen agar Valen tidak jatuh."Hati-hati, bu guru." Itulah kata-kata yang didengar Valen sebelum dia jatuh ke arah Evan. Valen sengaja membiarkan tubuhnya jatuh, karena dia tahu ada Evan yang akan menyambutnya. Tubuh Valen langsung jatuh ke arah Evan, dan langsung disambut Evan supaya Valen tidak jatuh. Hanya saja, Valen sengaja memberatkan tubuhnya. Wajahnya kini menempel ke wajah Evan dengan bibir ketemu bibir. Pipi Valen bersemu merah. Matanya terbelalak. Ia merasa malu dan gugup. Ia tidak menyangka bahwa insiden ini akan membuatnya mencium Evan.Sementara itu, Evan menjadi kikuk. Ia tidak tahu harus berbuat apa saat bibirnya bertemu bibir ibu guru dari anaknya ini. Dadanya berdesir. Ada problema dalam hatinya beberapa waktu belakangan ini yang membuat dirinya rapuh. Kalau saja keadaan seperti ini terjadi pada beberapa bulan yang lalu, atau tahun-tahun yang lalu, maka dia tidak akan menikmati hal ini karena dia memiliki istri tempat dia untuk selalu setia. Tapi saat ini, hatinya sedang rapuh karena perse
Dengan Terlihat agak canggung Evan berkata, "kalau miss ada waktu, maukah ikut bersama kami?"Valen langsung mengangguk dengan antusias tinggiSementara Karly langsung berkata, "harus dong. Kan miss yang janji kemarin."Evan tersenyum ke arah Vallen. "Kalau gitu, ayo, miss."Valen yang tidak mau terlihat jalan bersama murid serta orang tua murid, karena takut akan terjadi gosip di sekolah ini, langsung berkata, "jalan duluan aja. Biar aku ikut dari belakang, ya?"Evan mengangguk maklum. Dia pun langsung mengajak Karly untuk berjalan menuju ke arah parkiran. Saat di parkiran, untung saja ada banyak mobil di tempat ini. Tubuh Valen yang kecil yang hanya bertinggi 155 cm itu, membuat dia dengan lincah, menyusup di antara mobil-mobil dan akhirnya masuk di pintu belakang mobil SUV milik Evan. Sesaat kemudian, saat berada dalam mobil dengan Valen duduk di jok belakang, sementara Evan mengemudi dan Karly duduk di sampingnya, mereka berdua mulai bercakap-cakap. Omongan mereka berdua langsu
Saat ini, Valen dan Evan berada di ruang kerjanya Evan yang pintunya ditutup Valen, sejak awal Valen masuk dalam ruangan ini supaya pembicaraannya dengan Evan, tidak didengar orang. Saat Valen menyentuh tangan Evan, maka sesuatu mulai terjadi, menjalari tubuh Evan dengan pasti. Kesepian hatinya pasca mengetahui perselingkuhan istrinya, dan sakit hati yang menumpuk di dadanya membuat dadanya berdesir, saat ada tangan lembut yang menyentuh tangannya. Sentuhan itu bak mengalirkan aliran listrik yang membuat Evan bereaksi dengan cepat. Mereka berdua duduk di ruang kerja dengan dipisahkan oleh sebuah meja. Evan ingin sekali melakukan sesuatu. Tapi, saat dia sadar kalau dia sedang berhadapan dengan guru dari anaknya, maka, dia sempat ragu. Tapi, karena sentuhan dari ibu guru cantik ini masih terjadi, dan tatapannya seolah menantang keberanian Evan, maka, Evan putuskan untuk bergerak. Evan langsung berdiri, kemudian membungkuk, mencondongkan wajahnya ke depan, dan mencium lembut bibir
"Teruskan." Itulah yang dikatakan Valen. Daripada menyuruh berhenti, dia malah meminta Evan untuk meneruskan tusukannya. Evan tersenyum dan meneruskan aksinya. Rudalnya yang sudah membengkak sejak tadi itu, kini dia arahkan lurus untuk membelah liang surga milik guru dari anaknya ini. Valen menggigit bibirnya sekuat mungkinin, agar supaya dia tidak mengeluarkan suara keras, suara kesakitan yang bisa membuat kegiatan yang sedang dilakukan Evan ini dihentikan Evan. Vallen tidak mau Evan berhenti, seberapa sakit pun yang harus dia rasakan pada saat ini, karena dia terlalu pasrah, dia terlalu rela, ingin memberikan milik berharganya, khusus buat Evan, pria yang sudah sangat membuat dia bersimpati ini. Valen mulai merasakan Evan bergerak di atas tubuhnya dengan satu anggota tubuh Evan yang sudah masuk dan keluar dalam dirinya. Awalnya terasa sakit. Tapi, lama kelamaan Valen tidak lagi menemukan rasa sakit itu. Yang ada hanya kenikmatan. Kenikmatan total. Valen tidak percaya, bagaima
Evan mengerang, menghentikan gerakannya. Dia berusaha istirahat sejenak setelah rudalnya melakukan tugasnya dengan baik. Valen merasakan liangnya terus mengejang. "Astaga, rasanya enak! rasanya seperti di surga. Uhhhhh! Ini betul-betul enakkk." Tubuhnya terus mengejang. "Wuhhh. Oh." Valen mengerang penuh semangat, menghirup udara dengan lapar. Tubuh mereka masih menyatu, Valen dan Evan memompa dan menggeliat hingga tidak ada yang bisa bergerak lagi. Mereka merosot lemah, kemudian pantat telanjang Valen meluncur turun dari tepi sofa dan dia terjatuh ke lantai berkarpet tebal. Rudal Evan meluncur keluar dari liang gadis itu yang ketat. Evan ikut-ikutan berbaring di atas karpet. Mereka berdua terbaring berkeringat di sisi tempat tidur."Astaga, ini betul-betul hebat!" Evan tersentak, benar-benar kelelahan. Karena takut dan merasa tidak nyaman, takut ketahuan, maka Vallen sudah duduk dengan bersandar pada sofa. Evan menyeret dirinya ke posisi duduk di samping Valen, yang masih ngo
Sesaat setelah Jojo meledak, Rahul semakin menghentakkan tubuhnya hingga dia semakin dekat dengan apa yang ingin dia capai. Jojo merasakan denyut batangnya Rahul menyentak kuat dengan kepala batangnya membengkak hingga terasa penuh di liang surganya Jojo, Disusul dengan aliran deras dari Rahul yang mengalir di dalam dirinya. Keduanya merasakan pelepasan dengan waktu yang hampir bersamaan. Tubuh Jojo mengejang setelah merasakan pelepasan yang luar biasa. Jari-jari tangannya menancap di punggung berwarna hitam lelaki yang jauh dari tampan itu. Setiap kali Rahul mengejang di dalam tubuh Jojo, Jojo merespons dengan getarannya yang tak terkendali. Dari liangnya hingga ujung jarinya, dia merasakannya, dia merasakan pelepasan yang dilakukan Rahul itu. Seolah-olah air cintanya Rahul itu, menciptakan riak yang tumbuh menjadi gelombang, yang semakin kuat saat Jojo berusaha melepaskan diri dari kungkungan tubuh Rahul.Akhirnya kejantanan lelaki tua berumur 52 tahun itu berhenti berdenyut
Evan menelan salivanya dia sebenarnya ingin mengucapkan sesuatu yang romantis kepada gadis yang baru saja dia ambil kesuciannya itu. Tapi dia tidak melakukannya. Dia cuma berkata, "kalau begitu selamat malam." Dia menganggukkan kepalanya. Hanya itu yang didapat Vallen. Apa yang dia inginkan tidak menjadi kenyataan tapi dia harus puas dengan itu. Setidaknya untuk saat ini. Vallen mengangguk dan sedikit membungkukkan tubuhnya. Setelah itu, Evan segera mengendarai mobilnya menjauhi Valen yang masih berdiri di depan rumah kost-nya. Valen cuma bisa menghela nafas. Entah kenapa, tapi dia sangat berat saat melihat pria itu meninggalkannya. Walaupun mungkin besok akan ada pertemuan kembali, tapi dia ingin ada kata-kata indah atau kata-kata manis dari pria itu untuknya. "Dia punya istri dan dia sangat mencintai keluarganya. Apa yang bisa aku harapkan?" batin Vallen sambil dengan lunglai membalikkan tubuhnya untuk masuk ke dalam rumah kostnya. Pagi harinyaValen bangun dari tidurnya. Ia t
Evan mengecup Valen dan Valen menyambutnya dengan kecupan yang panas.Valen ingin menghibur pria yang sudah mulai merebut hatinya ini. Dua bibir bertemu. Dua lidah saling taut. Mereka berdua mulai merasakan perasaan bergelora dalam hati mereka berdua. Tapi kemudian Evan membuka matanya, menyadari kalau dia berada di dalam kamarnya. Kamar tidurnya bersama Jojo selama ini, dan bisa saja Jojo akan kembali ke kamar ini dan menemukan dia bersama Valen seperti ini. Karena itu, Evan langsung menarik wajahnya dari wajah Valen. Dia masih bisa melihat kekecewaan di mata Valen karena tindakannya ini. "Panjang ceritanya. Terima kasih," kata Evan. "Aku tidak tahu harus berbuat apa." Valen memeluk Evan lagi. Ia ingin Evan tahu bahwa ia selalu ada untuk Evan."Kamu bisa cerita padaku. Cerita semua masalahmu. Aku akan siap menjadi pendengarmu. Aku tidak ingin kamu mengalami nasib seperti seseorang yang dulu aku sayangi."Evan menarik wajahnya dari wajah Valen. Dia menatap penuh selidik ke arah V