"Lu-lura," kata Jonathan terbata-bata.
"sayang, apa yang kamu lakukan disitu?" Lanjutnya bertanya."Apa yang aku lakukan? Tentu saja aku mencarimu mas. Tidak aku sangka, kalian telah berkhianat di belakang ku," kata Allura dengan matanya yang sudah berkaca-kaca."Ini tidak seperti apa yang kamu lihat sayang," kata Jonathan mencoba untuk memberikan penjelasan."Sudahlah mas, kalian sudah tertangkap basah, lalu apa yang mau kamu jelaskan?"Diam-diam Tiara tersenyum miring, seperti tidak ada rasa bersalah karena telah mengkhianati sahabatnya."Lura aku minta maaf, aku khilaf." Tiara menundukkan kepalanya."Minta maaf katamu? kalian telah berkhianat di belakangku, semudah itu meminta maaf? Kalian telah berbuat zina di rumahku, jadi aku minta kalian segera angkat kaki dari sini!" Kata Allura tegas, sorot matanya menggambarkan betapa kecewanya Ia."Sayang, jangan usir mas dari rumah ini," pinta Jonathan memelas."Pergi mas!" Teriak Allura, ia sudah muak dengan dua manusia didepannya saat ini."Ini sudah malam sayang.""Aku tidak perduli, silahkan kalian angkat kaki dari rumah ku!""Baiklah mas akan pergi besok pagi.""Apa maksudmu mas? Kenapa kita yang harus pergi? Seharusnya dia yang pergi bukan kita," protes Tiara seakan tidak terima karena telah di usir."Diamlah!" Ketus Jonathan."Lura, tidak bisa seperti itu dong, aku kan sahabatmu, kamu tega mengusir ku dari sini? Kamu kan tahu rumah ku itu jauh.""Sangat tega, kenapa tidak? Kamu telah berselingkuh dengan suamiku. Aku beri kalian waktu sampai besok pagi setelah itu kalian harus pergi dari sini." Allura melangkah meninggalkan kamar mandi itu dengan dada nya yang sesak.Dibawah guyuran air dari shower, Allura menumpahkan air matanya, yang sudah Ia tahan sejak tadi. Dadanya terasa sesak dan sakit, Ia tidak menyangka orang yang ia sayangi dan ia percayai ternyata tega mengkhianati dirinya.6 tahun menjalani pernikahan, yang bahkan semalam habis di rayakan, pernikahan yang ia kira akan bertahan hingga maut memisahkan, sepertinya harus kandas di tengah jalan karena suaminya itu selingkuh dengan sahabatnya sendiri.Kurang apa Allura ini? Jonathan yang berasal dari keluarga yang kurang mampu, orang tuanya ia berikan sebuah usaha restoran, yang sekarang sudah memiliki cabang di beberapa daerah.Sementara Jonathan sendiri, ia berikan kepercayaan untuk mengurus perusahaan, walaupun kadang ia sendiri juga masih turun tangan, tetapi kegiatannya lebih banyak dirumah dari pada di perusahaan. Awalnya Allura ingin dia fokus untuk mengurus anak dan suaminya, mangkanya ia memberikan kepercayaan perusahaan itu kepada suaminya. Tetapi kepemilikan perusahaan itu masih atas nama Allura, bukan nama suaminya.Setelah apa yang ia berikan, suaminya itu malah mengkhianatinya dengan sahabatnya yang sudah ia anggap seperti saudaranya sendiri. Tiara, sahabatnya dari SMP, beberapa tahun lalu setelah Allura berhasil membangun usahanya, ia memberikan beberapa butik, karena Tiara itu sangat pandai dalam bidang fashion.Satu jam lamanya, ia berendam di bathtub menangisi perbuatan suaminya yang tidak tahu diri itu. Allura keluar dari dalam kamar mandi dengan matanya yang merah dan sembab.Paginya saat Allura akan turun untuk sarapan, secara tidak sengaja ia mendengar suara orang yang sedang berbicara di kamar tamu. Karena penasaran dengan apa yang di bicarakan, Allura mendekat dan mendengarkan dari dekat pintu."Jadi, kapan perusahaan itu jatuh ketangan kita?" Tanya seorang wanita paruh baya."Tenang Bu, hari ini aku akan menceraikannya, dan semua aset miliknya akan jatuh ketanganku," jawab Jonathan sambil tersenyum miring."Bagus, ayah bangga padamu. Kamu memang putra kebanggaan kita. Akhirnya setelah sekian lama, kita tidak akan hidup susah lagi. Ya walaupun istri bodoh mu itu, sudah memberikan kita sebuah restoran, tetapi dengan jatuhnya semua aset miliknya ketangan kita, kita akan semakin kaya. Hahaha!" Ujar seorang pria paruh baya, yang tidak lain adalah ayah Jonathan. Dan wanita paruh baya tadi adalah ibunya."Iya dong yah. setelah itu, aku akan menikahi Tiara." Jonathan melirik sekilas Tiara yang juga menatapnya."Ibu setuju. Ibu akan merestui hubungan kalian. Dari awal ibu tidak benar-benar menyukai Allura, ibu hanya menginginkan hartanya saja. Tidak ibu sangka, ternyata wanita itu bodoh karena dengan mudahnya tertipu."Aku benar-benar tidak sabar untuk menikah denganmu mas," ucap Tiara dengan bergelayut di lengan Jonathan."Aku juga sayang," sahut Jonathan tersenyum.Dibalik pintu, Allura mengepalkan tangannya mendengar pembicaraan mereka. Tanpa sadar air matanya kembali turun. Ia tidak mengira bahwa selama ini dirinya telah ditipu, oleh kebaikan, kasih sayang, dari mertuanya. Kasih sayang yang sudah bertahun-tahun tidak ia dapatkan dari orang tuanya.Oleh eh karena itu, ia menaruh kepercayaan sepenuhnya dengan mertuanya itu karena sikap nya selalu baik kepadanya.Tetapi ternyata itu semua hanya tipu daya mereka untuk mengambil semua apa yang ia miliki. Sungguh sesak dadanya, pedih seperti tergores benda tajam.Brak!Allura membuka pintunya dengan keras, hingga membuat semua orang yang ada di dalam kamar itu terkejut."Teganya kalian kepadaku, setelah apa yang aku beri untuk kalian, kalian tega mengkhianatiku.""lihatnya mantan menantuku. oh iya, cepat ceraikan dia!" Ucap ibu Shofi."Mulai hari ini, detik ini, aku ceraikan kamu. dan seluruh hartamu akan menjadi milikku. Aku tidak akan membawa Dion. Jadi, kamu yang harus pergi dari rumah ini, bawalah Dion bersamamu. karena rumah ini sudah aku balik nama menjadi namaku, termasuk perusahaan milikmu," ucap Jonathan dengan lantang dan tegas. Tidak terlihat rasa kasihan dari sorot matanya."Apa kamu bilang? Lancang kamu mas, setelah kamu mengkhianatiku, kamu juga mengambil semua hartaku. Perusahaan yang aku bangun dengan susah payah, jatuh bangun, dengan teganya kamu mengambil semuanya. Setidaknya sisakan untuk Dion. Kamu memang serakah, kamu tamak," teriak Allura."Hahaha! Kamu memang bodoh!" ujar pak Dito, tertawa mengejek."Hahaha! Lihatlah wanita bodoh ini, sekarang dia sudah jatuh miskin. Pergilah kita muak melihat orang miskin seperti mu," usir Bu Dewi."Tidak, aku tidak akan pergi dari rumah ini, ini rumah ku, kalian yang harus pergi.""Lihat ini baik-baik." Jonathan memperlihatkan map berisi surat-surat rumah dan perusahaan."Itu jelas-jelas tanda tangan palsu, kalian memalsukan tanda tanganku."Plak!Jonathan menampar pipi Allura dengan keras, hingga membuatnya menoleh kesamping. Allura tidak menyangka, Jonathan tega menamparnya. Ia terus memegangi pipinya yang terasa panas, dapat di pastikan pipinya itu akan memerah, karena tamparan Jonathan yang sangat kuat.Tidak ada rasa menyesal, karena telah menampar Allura. Hanya rasa puas yang terlihat di wajah Jonathan dan kedua orang tuanya yang serakah itu.Sementara itu Tiara, hanya diam menyimak perdebatan mereka itu. Dalam hatinya bersorak gembira, karena apa yang selama ini ia inginkan akan segera tercapai.Tanpa mereka sadari, ada seseorang yang sedari tadi menyimak pembicaraan mereka.Tangannya mengepal kuat, tatapan matanya tajam mengarah ke mereka.Brak! Bu Dewi melempar koper berisi pakaian milik Allura dan Dion."Ambil koper mu dan pergilah dari sini!" Perintahnya.Allura memandangi koper besarnya itu, sungguh tidak pernah terpikirkan olehnya, kalau ia akan di usir dari rumahnya sendiri."Kalian kejam!" Teriaknya, tatapannya tajam."Nenek jahat!" Teriak Dion marah."Diam kamu! Anak kecil sepertimu tau apa? Cepat pergi bawa bundamu itu!""Sampai kapan pun aku tidak akan meninggalkan rumah ini." "Kamu memang tidak tahu diri ya? Kamu itu sudah diceraikan sama mas Jonathan, dan rumah ini sudah menjadi milik mas Jonathan,'' ujar Tiara dengan nada mengejek."Yang tidak tahu diri itu kalian bukan aku. Sudah banyak yang aku berikan untuk kalian, aku banyak berkorban untuk kalian, tetapi dengan tidak tahu dirinya kalian mengambil semuanya dariku.""Pergi!" Bentak Jonathan."Hahaha! Lihatlah wanita itu, dia seperti pengemis," ucap Tiara, mengejek Allura yang duduk di lantai karena sebelumnya ia sempat didorong oleh Tiara."Hahaha! Kam
Acara di masjid telah selesai, Allura keluar dari dalam masjid untuk mencari Dion, yang tadi minta uang untuk membeli jajan tetapi tidak kunjung kembali.Dari kejauhan Allura melihat ada kerumunan. "Bu itu ada apa ya?" Tanyanya dengan seorang ibu-ibu."Oh itu tadi ada korban tabrak lari," jawab ibu itu lalu berjalan meninggalkan Allura.Allura mendekat ke kerumunan itu dengan perasaan yang tidak tenang. Betapa terkejutnya ia melihat siapa yang menjadi korban. Matanya memanas, dadanya sesak, bagaimana tidak jika yang korban itu adalah Dion-putranya."Diiiooon!" Teriaknya histeris. Ia memangku kepala putranya yang bersimbah darah itu."Dion, bangun sayang!" Pinta Allura sesenggukan."Kenapa bisa seperti ini?" Tanya Allura, air matanya mengalir deras ke pipinya."Tadi saya sempat melihat putra ibu ini bertengkar dengan seorang pria dan wanita. Saya tidak tahu pasti awal mereka bertengkar bagaimana, tetapi saya lihat wanita tadi tidak terima dengan ucapan dari putra ibu, lalu wanita itu
"Buat apa ibu datang kemari?" Tanya Allura datar. Ia sudah muak dengan ibu Jonathan itu. ya yang datang adalah Bu Dewi, tidak tahu apa yang wanita itu mau."Aku kemari untuk memperhitungkan perbuatanmu," kata Bu Dewi marah."Perbuatan apa Bu? Seingat saya, saya tidak melakukan apapun." Allura bingung dengan apa yang diucapkan Bu Dewi."Jangan pura-pura tidak tahu, Allura." Bu Dewi menatap tajam Allura."Saya memang benar tidak tahu Bu," kata Allura menghela nafas panjang."Dasar bodoh, karena kamu tidak becus mengurus Dion sekarang dia meninggal. Seharusnya kamu berikan dia kepada kami waktu itu." Mendengar itu membuat darah Allura kembali mendidih."Apa aku tidak salah dengar Bu? Bukankah kalian sendiri yang tidak mau merawat Dion, putra ibu sendiri yang bilang, dia tidak mau merawat Dion," kata Allura membela diri, ia tidak terima disebut wanita bodoh.Kematian putranya memang sudah takdir, dan Allura perlahan-lahan mengiklaskannya. Tetapi tidak membuat Allura melupakan perbuatan m
"ayo kita makan dulu, sepertinya bibi sudah selesai menyiapkan makanan," ucap mommy Shofie, mengajak mereka untuk makan."Ayo Daddy juga sudah lapar." Mereka semua melangkah pergi ke dapur untuk makan.Tidak ada percakapan diantara mereka ketika makan. Karena Johan selalu mengajarkan untuk tidak berbicara ketika sedang makan.Selesai makan, mommy Shofie meminta Allura untuk beristirahat. Allura sendiri juga sangat lelah."Sayang, bagaimana kalau kita menjodohkan Zevan dengan Ara?" Tanya Shofie kepada suaminya."Aku setuju, tetapi tidak dalam waktu dekat ini. Kamu tau kan kalau Ara itu sedang berduka? Dia juga terlihat trauma untuk menjalani pernikahan kembali.""Dari mana kamu tau kalau Allura itu trauma?""Hanya menebak saja. kalau tebakan aku benar, bukankah itu wajar jika Ara trauma? Aku tahu benar bagaimana perjuangan dan pengorbanannya dulu, lalu sekarang dia di khianati." Shofie menganggukan kepalanya, ia juga tau bagaimana perjuangan dan pengorbanan Ara dulu. Dalam hatinya ia
"iya, ada apa ya?" Tanya Allura saat melihat seorang wanita menatapnya tajam."Kamu karyawan baru ya disini?" Tanya wanita itu, yang namanya adalah Susi."Iya kenapa?" Tanya Allura lagi."Beliin aku makanan diseberang jalan sana!" Perintahnya."Maaf, bukannya sudah waktunya masuk kerja?" "Iya terus kenapa? Saya mau kamu beliin aku roti diseberang jalan sana!" "Baiklah istirahat nanti akan saya belikan," ucap Allura sambil tersenyum ramah."Sekarang! Cepat!" "Tapi sudah waktunya bekerja.""Kamu berani melawan saya? Saya ini calon istri pak Zevan," tegasnya, membuat Allura menatapnya tidak percaya.Apa benar dia ini calon istrinya Zevan? Masa iya seleranya kaya Tante-tante kurang disentuh begini, pikir Allura."Maaf, saya tidak tahu, kalau begitu akan saya belikan," ujar Allura sambil menunduk."Pakai uang kamu dulu," ujar susi lalu melangkah pergi meninggalkan Allura yang menatapnya tidak percaya."Mudah sekali dia berbicara," gumam Allura lirih."Permisi pak, ini ada berkas yang p
"hehe, kan Zevan mau liburan bareng keluarga juga, memang tidak boleh?""Boleh aja, asalkan untuk tiketnya kamu yang beli, setuju?" Tanya mommy Shofie membuat pak Johan menggelengkan kepalanya."Itu gampang, jadi rencananya mau pergi kemana?""Ara, ada ide?" Tanya Zevan sambil menatap Allura."Ara, ikut aja, terserah mau kemana," Jawab allura."Tapi, sepertinya Ara tidak ikut," sambungnya. "Loh, kenapa?" Tanya mommy Shofie dengan suaranya yang lembut."Ara tidak ada biaya, buat liburan," jawabnya sambil tersenyum."Tenang aja sayang, kita yang bayarin, kan mommy sudah menganggap Ara seperti anak sendiri. Untuk tiketnya, Zevan yang beli." Mommy Shofie mengelus rambut panjang Allura dengan lembut."Tapi, mom....""Tidak ada penolakan, sayang. Pokoknya Ara harus ikut, kalau tidak mommy akan marah," ujar mommy Shofie, sambil pura-pura marah."Yah, jangan dong mom. Oke deh, Ara ikut," Jawabnya membuat mommy Shofie tersenyum senang.Pak Johan dan Zevan, yang melihatnya hanya bisa menggeleng
Flashback di kantor.Allura berdiri di belakang kursi Zevan, yang masih berbicara dengan Susi.Tiba-tiba ia merasakan kepalanya sangat pusing, Allura duduk di lantai karena ia sangat lemas untuk berdiri.Ia berpikir saat masih di rumah, pusingnya akan hilang dengan sendirinya. Oleh karena itu, ia memutuskan untuk tetap berangkat ke kantor.Setelah selesai berkumpul tadi, sebenarnya ia akan istirahat sebentar, tetapi Zevan memintanya untuk ikut masuk kedalam ruangannya, mau tidak mau Allura mengikuti Zevan.Merasakan kepalanya yang semakin pusing dan badannya juga lemas, akhirnya Allura tidak sadarkan diri tepat di belakang kursi Zevan. Saat di kantor badannya memang tidak panas, mangkanya Zevan mengira Allura hanya tidur.Flashback off.Allura sudah pindah ke ruang rawat, ia juga belum sadarkan diri. Hingga malam hari sekitar pukul 21.00, ia sadar dan hanya ada Zevan yang tidur dikursi diruangan itu."H-haus," lirihnya, ia mencoba meraih gelas di atas meja yang ada di sampingnya. Ak
Satu bulan kemudian, Jonathan dan Tiara tengah sibuk mengurus pernikahan mereka, yang akan berlangsung satu Minggu lagi.Banyak yang mereka undang, termasuk juga Zevan. Jonathan tidak mengetahui kalau Allura saat ini tinggal di luar negeri, bersama Zevan dan keluarganya. Kalau ia tahu, tidak mungkin ia mengundang Zevan, karena ada kemungkinan besar Zevan pasti mengajak Allura.Zevan dan Allura juga semakin dekat, banyak hal yang mereka lakukan, untuk menghabiskan waktu bersama."Aku dapat undangan pernikahan dari mantan suami mu, kebetulan aku juga perusahaan cabang di Indonesia, ada sedikit masalah. Apa kamu mau ikut?" Tanya Zevan, saat ini ia sedang berada di sebuah taman bersama Allura, yang tidak jauh dari perusahaannya.Allura menghela nafas, sebelum menjawab pertanyaan dari Zevan, pandangannya lurus ke depan, menatap seorang anak kecil laki-laki, yang tengah bermain dengan seorang wanita, yang mungkin itu adalah ibunya."Aku belum siap untuk bertemu dengan mereka, kemarin aku ti