"Hmm gak papa sih, hanya ingin tahu saja hehe," jawab Melinda tersenyum simpul menampilkan deretan gigi putihnya."Teman Yusuf ya? Emm, ada sih kayaknya," sahut Gina mangut-mangut, sepertinya dia sedang mengingat sesuatu, "Ada sih, teman masa kecilnya tapi perempuan sih," lanjut Gina sambil terkekeh menggoda Melinda."Teman masa kecil?""Iya hanya teman masa kecil. Kayak nya mereka juga udah gak berhubungan lagi, jadi kamu tenang saja. Lagian Riska juga sudah menikah kok," jelas Gina membuat Melinda terperangah.Melinda mencoba mengendalikan diri agar tidak terbawa emosi, "Oh, jadi teman nya mas Yusuf itu sudah bersuami ya?""Iya, setahu ku begitu. Hanya saja yang ku dengar katanya dia dan suaminya hanya menikah siri saja," jelas Gina lagi semakin membuat Melinda yakin jika Riska teman masa kecilnya Yusuf itu adalah madunya sendiri."Apa dia sudah lama menikahnya?""Setahu ku sudah hampir satu tahun lebih, bahkan dia sudah punya anak. Tapi aku nggak tahu kebenarannya sih. Ah kenapa ki
Melinda mengikuti Yusuf dari belakang. Meskipun merasa jijik sekali tidur seranjang dengan lelaki yang sudah pernah berbagi peluh dengan perempuan lain. Melinda tetap mengikuti langkah kaki Yusuf menuju kamar belakang."Oh iya yank, tadi kamu benaran jalan-jalan sama ibu hanya ke mall saja?" tanya Yusuf seakan memastikan sesuatu.Melinda mengaguk, "Iya lah, kenapa memangnya?"Yusuf mangut-mangut, "Gak papa sih, hanya bertanya saja. Gimana jalan-jalan nya? Seru kah?""Iya lumayan sih," jawab Melinda singkat. Karna sejujurnya dia sangat malas meladeni Yusuf."Em, oh iya yank aku sampai lupa buat ngasih tahu kamu jika aku salah memberikan alamat rumah kita waktu itu loh," Melinda pura-pura bingung, dia menyatukan kedua alisnya nampak sedang mencerna ucapan Yusuf, "Maksudnya?""Iya. Jadi gini loh yank, alamat yang pernah ku berikan dulu itu sebenarnya hanya alamat random yang tak sengaja ku tulis. Aku memang sengaja tidak memberikan alamat ruamah kita yang sebenarnya. Karna aku yakin kam
Merasa sudah terpojok, Yusuf pun akhirnya mengalah, "Em iya penting dong, yank. Tapi jika mau ponsel yang ini, nanti deh aku kasih ke kamu,""Kenapa harus nanti sih, mas? Sekarang aja gimana? Sama aja kan, gak ada bedanya juga. Yaudah sini ponselnya!" desak Melinda lagi."T-tapi yank, ini bekas aku loh,""Udah gak papa, kok. Bekas tapi masih baru, belum juga sampai sehari kamu pakainya," kata Melinda langsung mengambil ponsel itu dari tangan Yusuf. Yusuf hanya melongo dibuatnya, keringat mulai membanjiri wajahnya."T-tapi sayang?"Melinda melotot tajam, "Tapi apa? Apa ada yang kamu sembunyikan dibelakang ku?""E-enggak ada kok yank," jawab Yusuf kikuk."Ya udah kalau gitu. Makasih ya ponsel barunya," ujar Melinda langsung berbaring membelakangi Yusuf."Loh tadi katanya mau ke toilet? Gak jadi kah?""Gak jadi mas. Udah gak mau keluar lagi dianya," jawab Melinda asal.Melinda tertawa senang dalam hatinya, akhirnya dia punya bukti untuk mengungkapkan kebohongan Yusuf dengan gundiknya itu
"Iya itu Putri, baru aja di omongin udah nongol aja dia. Panjang umur banget dia," sahut Baim seraya melambaikan tangannya ke arah Putri. Putri menghampir mereka seraya menyapa mereka satu per satu."Hai semua nya. Hai juga Mel!" ujar Putri berusaha untuk mengakrabkan diri."Hello Put. Kamu tahu juga kalau nenek meninggal?" kata Yusuf memulai sandiwaranya."Iya tahu, paman ku yang memberitahunya tadi." sahut Putri tak kalah bagus akting dari Yusuf."Oh iya, bagaimana kabar paman Radit? Dia sehat?""Dia sakit, makanya aku datang kemari untuk menjenguknya," ucap Putri sendu.Melinda nampak mangut-mangut saja. Sebenarnya dia sedang tertawa dalam hatinya. Karna dia tahu tujuan Yusuf dan Putri bersandiwara ini untuk mengelabui Melinda. Tapi justru mereka sendiri yang tertipu oleh kepolosan Melinda."Sakit? Sakit apa?""Demam katanya, makanya aku kesini. Kan kasian paman hanya tinggal sendirian disini,"Setelah mengobrol beberapa saat, Putri kemudian dia memperkenalkan lelaki yang datang b
Yusuf menghembuskan nafas kasar, "Bukan nya gak boleh, sayang. Hanya saja untuk saat ini belum bisa deh. Aku masih banyak keperluan soalnya. Nanti jika kamu yang pegang dan aku minta terus sama kamu, kamu pasti akan berpikir macam-macam. Aku boros lah, aku gak bisa ngatur uang lah. Pokoknya aku gak mau kalau sampai itu itu terjadi nantinya,""Nggak lah, mas. Aku percaya kok sama kamu. Aku juga tahu kamu orang yang jujur. Jadi aku tak akan berpikir macam-macam tentang kamu, mas," "Tetap saja, sayang,,.""Yaudah deh, berarti apa yang kamu katakan tadi ku anggap bohong," ucap Melinda memotong kalimat Yusuf."Bohong bagaimana? Aku benar-benar mencintai kamu, sayang," Melinda memberengut sebel, "Tapi kamu tidak ingit menuruti permintaan ku. Padahal itu bukan sesuatu yang susah untuk mu. Apa kamu takut jika aku akan mengambil lebih dari jatah yang kamu berikan, mas? Percaya deh sama aku, mas. Aku gak akan mengambil lebih dari jatah ku,"Mendengar ucapan Melinda, Yusuf makin terlihat sanga
"Sayang!!!" teriak Yusuf dari luar kamar."Kenapa teriak-teriak, mas?" tanya Melinda seraya memainkan ponsel dari dalam kamarnya."Mana ponsel ku? Katanya suruh menghubungi bapak sendiri?" tanya Yusuf begitu masuk ke dalam kamar."Oh iya sampai lupa. Nih, eh tapi sandi nya masih salah, ponselnya gak bisa di buka, mas. Kamu pakai ponsel ku saja nih," kata Melinda seraya menyodorkan ponsel miliknya dan mengambil ponsel lama milik Yusuf."Pakai ponsel ku saja, sini," sahut Yusuf."Tapi kan ini sandi nya salah, gak bisa di buka ponsel sebelum di bawa ke konter," jelas Melinda."Coba sini ponselnya, biar aku coba dulu. Mungkin kamu saja yang kemarin salah memasukkan sandi nya," kata Yusuf kemudian dia langsung menekan beberapa angka di ponselnya."Loh kok gak bisa?" lirih Yusuf, tapi masih bisa di dengar oleh Melinda. Melinda tertawa di dalam hatinya."Emang gak bisa, mas. Kan udah ku bilang dari kemarin juga," sahut Melinda. Namun Yusuf tetap kekueh, dia masih saja mencoba menekan beberap
Melinda tak menggubris perkataan Yusuf. Dia terus melangkah masuk ke dalam rumah. Dengan langkah cepat Yusuf mengejar Melinda masih berusaha untuk menghentikan langkah istrinya."Kenapa sih, mas? Udah disini juga. Nah itu dia orang nya. Pak! Bapak sini sebentar!" panggil Melinda seraya melambaikan tangan kepada lelaki tadi yang kebetulan juga dia keluar rumah."Saya?" tanya lelaki itu seraya menunjuk ke arah dirinya sendiri.Melinda mengaguk dengan pasti, "Iya bapak!"Saat melihat interaksi Melinda dan lelaki itu wajah Yusuf berubah seratus delapan puluh derajat. Keringat dingin mulai bercucuran dimana-mana.Meskipun Melinda sudah mengetahui kebohongan Yusuf. Tapi dia sengaja mengikuti skenario yang telah dibuat oleh Yusuf dan Riska. Hanya mengubahnya sekidit, jika mereka mengira Melinda perempuan lugu dan bodoh. Sekarang Melinda berubah menjadi perempuan lugu dan cerdik."Ada apa, mbak?" tanya lelaki itu ketika sudah berada di depan Melinda dan Yusuf."Bagaimana pembangunan rumah ny
Setelah membuat Ramlah shock, Melinda memutuskan kembali ke kamarnya. Namun untuk menuju kamarnya, ia harus melewati mertuanya dan Riska yang masih asyik mengobrol."Mau kemana, Mel? Sini aja ngobrol bareng," ujar Imel menghentikan langkah Melinda."Mau istirahat, ma. Capek banget soalnya,""Tuh kan jadi kecapean sekarang. Kan mama udah bilang tadi gak usah pergi aja tapi kamu gak nurut sih,""Ya udah aku masuk kamar dulu ya, ma. Ris eh maksud nya Putri," ucap Melinda hampir saja kecoplosan."Ya udah, selamat istirahat ya," sahut Imel.Melinda meneruskan langkah nya menuju kamar. Begitu memasuki kamar, dia melihat Yusuf sedang berganti pakaian. Dia terlihat kembali rapi sekarang. Bahkan lebih rapi dan wangi dari sebelumnya."Mau kemana, mas?" tanya Melinda ketika melihat Yusuf ingin keluar kamar."Mau ke konter. Tadi kan kita gak jadi kesana,""Udah pakai aja ponsel baru mu, yang lama disimpen saja,"Yusuf menyerngit bingung, "Kamu serius? Ponsel itu mau kamu kembali kan lagi padaku?"