“Maaf kenapa, Sus?” tanyanya lagi dengan bingung.“Ibu Siska sudah keluar dari ruang operasi dua puluh menit yang lalu, maka nya saya diminta untuk memberitahukan Bapak kalau Bu Siska sekarang sudah berada di kamarnya lagi,” jelas Suster itu.“Apa, jadi sudah keluar, terus kenapa saya nggak dikasih tahu dari tadi sih?” tanya Suratman terlihat emosi karena merasa dikerjai.“Maaf Pak, hal ini atas permintaan Bu Siska sendiri, saat Ibu meminta mencari Bapak di luar tidak ada sehingga Bu Siska tidak ingin memberitahukan kepada Bapak kalau operasinya sudah selesai,” jelasnya lagi.“Aduh mati aku, kalau Siska ngambek ini bahaya harus cari cara agar dia kembali tersenyum tetapi apa ya?”“Maaf, Pak, saya permisi dulu!”“Oh iya terima kasih, Sus!”“Ini semua gara-gara Pakde Karso, coba dia tidak datang ke rumah sakit dan tidak membuat keributan, pasti aku stand by di depan sini, dan sekarang Siska marah lagi,” gerutunya kesal.“Duh kasih apa ya supaya dia nggak marah lagi, kalau kasih cokelat
“Apa sih maunya Susi itu tingkahnya seperti anak kecil saja, sudah untung loh aku tawarin lima ratus ribu tetapi dia kok nggak mau ya?”“Hari gini nggak mau uang bodoh banget mereka, tetapi bagaimana caranya supaya Susi mau menjadi baby siter anakku, bisa gawat kalau Siska sampai tahu kalau ternyata Susi nggak mau merawat anaknya!”“Tantemu tidak menyayangi kamu buktinya dia tidak mau mengasuhmu, Sayang!”“Apa yang harus Papah lakukan, Nak?” tanyanya dalam hati.“Masa aku harus ke rumah Suratmin gitu memohon, berlutut ... ngapain coba?”Hilang harga diriku kalau begitu, aku harus mencari jalan keluarnya atau dengan terpaksa Siska harus tahu kalau sangat susah membujuk mereka berdua.“Ah ... dasar mereka saja yang nggak bersyukur masih ada yang menawarinya pekerjaan buat nambah-nambah asap dapur, tetapi mereka sok kaya nggak mau menerima usulku,” gerutunya lagi.“Belum lagi dia tahu kalau Pak Tejo tidak bekerja lagi mulai hari ini, duh ... lengkap deh penderitaanku ini!”“Diajak kaya m
“Ah, Pakde juga sih ngapain coba dia marah-marah nggak jelas gitu, yang punya uang banyak saja Mas Ratman, ini saja baru dapat uang lumayan buat belanja nanti, sekarang biar saja deh dulu dia di pos satpam, siapa suruh buat ulah.”“Terus kalau dia menginap di rumah bagaimana ini, Mas Ratman itu tidak suka kalau keluarga pakde datang semua pasti ada maunya, tetapi kalau aku bersikap cuek nanti jadi bahan omongan tetangga!”“Duh, serba salah akunya, kenapa juga sih mereka datang ke sini lagi?” gerutunya mulai terpengaruh dengan ucapan suaminya yang tidak terlalu suka dengan kedatangan Pakde Karso.“Ya udahlah ngapain aku pikirkan itu, lebih baik aku fokus sama tubuhku ini, aku nggak mau Suratman melirik wanita lain hanya karena tubuhku melar setelah melahirkan.Siska lalu memandang wajah putri kecilnya yang begitu lucu. Dalam balutan serba bewarna merah muda semuanya tampak cantik dan lucu.“Kirana Salsabila namamu bagus banget Sayang, kulitmu putih tidak seperti sepupumu itu, wajahmu m
“Iya sih, tetapi mungkin bapaknya terlewat bahagia makanya diberi nama belakangnya Bakti Husada supaya mengingatkan kalau putrinya itu dilahirkan di rumah sakit ini.”“Itu bapak yang minta istrinya melahirkan secara caesar bukan, padahal istrinya bisa melahirkan normal?” tanya temannya.“Ya namanya juga orang kaya, atau karena dia takut melahirkan normal, padahal lebih sakit caesar loh, apalagi kalau obat biusnya habis, huh ... nyeri-nyeri sedap,” jawab Luluk bingung.“Sudah ikutin saja kemauaan pasien, nanti kalau nggak dituruti malah gawat, bapak nya itu kemauannya banyak dan dia paling doyan update status, kalah-kalah kita loh,” lanjutnya lagi.“Masa sih, berarti bapaknya memang gaul, ya udah deh aku siapkan berkasnya dulu,” sahut Luluk petugas wanita itu.“Iya Say, folowernya aja sudah mencapai ribuan gila nggak tuh,” ucap temannya sembari memperlihatkan media sosial kepada Luluk.“Dasar Bapak gaul!”“Wajahnya sih memang tampan, tetapi tubuhnya nggak oke, menang tinggi doang dan
“Jangan seuzon dulu, Mas, mungkin saja dia mau menjenguk aku yang baru saja melahirkan, apalagi kamu kan update status terus di Facebook otomatis mereka tahulah, walaupun kita nggak kasih kabar,” jelas Siska.“Benar juga sih, tetapi tetap saja namanya mencari kesempatan dalam kesempitan,” kilah Suratman.“Cepat sambut mereka, Mas!”“Iya, bawel!”Suratman lalu membuka pintu kamar itu dan benar saja ada bude Sri dan para pasukannya memenuhi ruangan kamar pasien.“Bude Sri!” “Halo menantuku yang kaya, boleh kami masuk kan? Lama banget buka pintunya lagi kompromi ya?” ejek Bude Sri tersenyum.“Kok Bude tahu sih, punya telepati ya?” tanya Suratman balas mengejek.“Ah kamu bisa saja Man, dan sekarang mana cucuku?” Bude Sri langsung menemui Siska yang sedang menggendong bayinya.“Duh, cantiknya lucu banget, sini biar Bude gendong,” pinta Bude Sri dengan kedua tangannya ingin mengambil si kecil.Namun, saat ingin digendong, tiba-tiba Suratman menghentikan bude Sri dengan berteriak nyaring se
“Pasti Suratman itu nggak mau menjawab telepon dari Bapak, makanya Bapak marah-marah seperti itu, iya kan?” Kini Dodi ikut bersuara membela bapaknya sendiri.“Sudahlah nggak usah saling menyalahkan yang penting bapak kalian nggak apa-apa, kita ganti topik saja,” kilah Bude Sri tersenyum.“Oh ya Mas Dodi cuti atau bagaimana, bukannya kalau baru masuk nggak bisa cuti ya?” Siska mulai bertanya kembali kepada Dodi yang sudah bekerja di sebuah restoran.“Anu ... itu ... begini Nduk, sebenarnya ... “ Bude Sri menjeda kalimatnya dan terdiam sebentar membuat Siska penasaran.“Ada apa Bude?” tanya Siska yang ikutan bingung.“Begini sebenarnya kami nggak liburan, ataupun jalan-jalan dan Dodi memang sempat bekerja di restoran yang baru di buka itu tetapi ... “ Bude Sri menjeda kalimatnya lagi.“Bude kalau ngomong itu jangan putus-putus gini, Siska jadi bingung,” ucap Siska sedikit kesal.“I-iya maaf Nduk, cuma kami nggak enak sebenarnya minta bantuan sama kamu terus.”“Dodi memang waktu itu sem
“Memang kamu nggak percaya sama Bude, lagian kita tahu kok jalan pulang ke rumahmu,” desak Bude Sri yang tak sabar ingin tinggal di sana.“Iya Man, dari pada kamu mengantarkan kami, lebih baik kamu menjaga istrimu di sini, kasihan toh dia sendirian,” celetuk Pakde Karso menimpali sambil melirik ke istrinya.“Ah kalian bisa saja, nggak apa-apa kok kan cuma sebentar, iya kan Sayang?” Suratman melirik kearah istrinya yang bingung antara setuju dan tidak untuk mereka tinggal di sana.Namun, Siska yakin kalau suaminya pasti sudah menyusun rencana agar keluarga parasit itu sadar akan kelakuannya.Suratman memang tidak mau kalau keluarga Pakde Karso tinggal di rumahnya, mereka bertindak seolah-olah merekalah yang berkuasa di rumah itu.Akhirnya Suratman berpamitan sebentar kepada istrinya untuk pergi mengantarkan mereka.“Mas, aku nggak mau ya kalau mereka tinggal di rumah kita, bagaimana pun caranya Mas harus bisa mencari solusi,”ucapnya berbisik di telinga Suratman saat sedang berpelukan.
“Iya Pak, betul ini bukan ke arah rumahmu Man, memang kita mau ke mana, kita ke rumahmu kan Man?” Bude Sri ikut terkejut saat arah jalannya yang berdeda.“Man, kamu nggak becanda kan?” tanyanya lagi panik.“Kenapa Bude?” tanya Suratman lagi.“Kamu tanya lagi kenapa, ini kita mau dibawa ke mana? Kamu salah jalan kali seharusnya lewat gang cumi-cumi itu kok ini malah ke gang ... i-ikan lumba-lumba, huh nama gang yang aneh,” gerutunya mulai kesal saat membaca nama gang yang mereka masuk.Suratman tidak menghiraukan mereka sejenak dia terus melajukan mobilnya sampai pas di tempat yang dituju olehnya.Mobilnya pun akhirnya berhenti di sebuah deretan tiga pintu yang terbuat dari dinding tripleks tebal.“Ayuk, kita turun sudah sampai, Pakde,” ucap Suratman tersenyum.Mereka turun dari mobil dengan pelan sambil memperhatikan daerah sekitarnya yang terlihat kumuh bagi mereka.Seketika seluruh keluarga Pakde Karsi terkejut bukan main bukan rumah megah bak istana yang mereka ingin tinggal di dal