Tak ingin ambil pusing, Pangeran Pisceso melangkahkan kakinya dengan hati-hati.
Pria tampan itu bahkan tak peduli pada setiap pasang mata yang berpapasan dengannya menatap aneh dan heran. Bahkan, ada orang yang sengaja membidikan kamera ponselnya pada Pangeran Pisceso.
"Hai, lihat! Ada orang berpakaian aneh malam-malam begini!" seru anak muda ketika melihat Pangeran Pisceso lewat."Mungkin orang itu sedang syuting film kolosal," jawab temannya.TIIN!Pangeran Pisceso dikejutkan dengan suara klakson mobil. Pedang panjang yang ada di dalam sarung berukir emas langsung ditariknya. "Itu pedang asli!" seru anak kecil yang berdiri tak jauh dari Pangeran Pisceso."Hush! Bukan! Itu pedang buat syuting!" seru yang lain kebetulan melihatnya.Karena penasaran, salah satu dari mereka mendekat untuk memastikan itu pedang asli atau cuma sekedar pedang untuk syuting.Pangeran Pisceso yang tak mengerti apa yang sedang dibicarakan orang-orang di sekitarnya semakin memasang kewaspadaan penuh. Sorot matanya begitu tajam menatap orang yang datang mendekat."Astaga! Ini pedang asli!" teriak orang yang sudah melihat dari dekat pedang asli milik Pangeran Pisceso. Sontak saja, semua orang pergi menghindar, menjauhi Pangeran Pisceso yang kebingungan dengan tingkah orang di sekitarnya. "Sungguh aneh orang-orang yang tinggal di sini," ucapnya sendiri, pedang kesayangannya pun kembali dimasukkan ke dalam sarungnya.TIN!Lagi, suara klakson mobil lewat membuat Pangeran Pisceso hampir meloncat karena kaget.Dia menatap bingung pada benda bergerak dengan beberapa cahaya tanpa terlihat ada orang atau kuda yang menariknya. "Sungguh aneh benda-benda di dunia ini. Mereka pandai bermain sihir, menjalankan benda besar bercahaya tanpa ada orangnya. Benar apa yang dikatakan Tabib Cole, orang-orang di sini sangat sakti."
Langkah Pangeran Pisceso kembali berlanjut. Tatapannya begitu waspada melihat ke sekeliling. Trotoar yang dipijaknya membawa dirinya entah ke mana, pergi tanpa tahu arah mencari seorang tabib sakti untuk menyembuhkan Ibundanya.Gedung pencakar langit menjadi daya tarik tersendiri bagi Pangeran Pisceso. Langkahnya berhenti memperhatikan bangunan besar nan megah yang ada di seberang jalan. "Bangunan itu sangat tinggi dan bercahaya. Orang-orang di sini ternyata suka dengan cahaya, dimana-mana selalu terlihat cahaya. Bahkan benda itupun bercahaya," gumam Pangeran Pisceso melihat pada lampu jalan rambu-rambu lalu lintas.Berdiri ditepi jalan, tentu saja Pangeran Pisceso menjadi pusat perhatian orang yang berlalu lalang. Ada yang menatapnya aneh, tapi ada juga yang cuma geleng-geleng kepala. Bagaimana tidak aneh?Pakaian Pangeran Pisceso seperti pakaian kerajaan dengan jubah hitam menjuntai dipunggungnya ditambah pedang panjang menghias di pinggang.
"Mungkinkah di sana tempat tinggal tabib sakti itu?!" tanya Pangeran Pisceso pada dirinya sendiri melihat gedung tinggi yang ada di seberang jalan.Selagi berdiri dalam kebingungan, dari belakang terdengar seseorang menyapa. "Pak, cepat kalau mau menyeberang! Mumpung lampunya masih merah.Pangeran Pisceso membalikkan tubuh.Tiba-tiba dia menyadari bahwa seorang pria tua sedang menatapnya.
"Sebentar lagi lampunya hijau. Kalau mau menyeberang, sekarang!" seru pria tua itu lagi.Melihat orang bersikap ramah padanya, Pangeran Pisceso memberanikan diri bertanya. "Apa saudara tahu, di mana tempat tinggal tabib sakti?!""Hah?! Tabib sakti?!"Pangeran Pisceso mengangguk. "Iya, tabib sakti!"Sejenak pria tua itu terdiam, dilihatnya Pangeran Pisceso dari atas sampai bawah yang berpakaian tidak seperti orang-orang pada umumnya. Pangeran Pisceso melanjutkan lagi ucapannya. "Tabib sakti yang bisa mengobati orang terluka."Pria tua itu garuk-garuk kepala tak gatal. "Tabib sakti? Maksud orang ini apa? Bukan hanya pakaiannya saja yang aneh, bicaranya juga aneh," hati pria tua itu bicara sendiri."Bagaimana pak tua?" tanya Pangeran Pisceso."Hah?!" pria tersebut semakin heran dipanggil pak tua.Pangeran Pisceso menghela napas, ingin rasanya mencabut pedang miliknya karena kesal, tapi teringat sekarang berada di tempat dunia lain."Apa yang kau maksud itu, dokter?" tanya pak tua. Sejenak Pangeran Pisceso terdiam, kemudian mengangguk."Ngomong kek dari tadi, dokter!" seru pria tua tersebut. "Di gedung itu banyak dokter!" tunjuknya ke arah seberang jalan agar Pangeran Pisceso mengikuti arah jari telunjuk tangannya.Pangeran Pisceso mengerti, kepalanya mengangguk."Karena di sana sedang ada pameran peralatan medis pasti banyak dokter yang datang! Kamu pergi saja ke sana! Pasti ada dokter di sana yang bisa membantu kesulitanmu!" Sejenak Pangeran Pisceso terdiam, mencerna kalimat pak tua. "Saya ke sana?!""Iya, di sana pasti banyak dokter hebat. Kamu ke sana saja!" Selesai bicara, pak tua tersebut langsung pergi.Pangeran Pisceso memandang gedung tinggi yang ada di seberang. "Bagaimana caranya aku pergi ke sana?! Apa aku lewat jalan ini, tapi benda bercahaya tanpa orang itu bergerak sangat cepat."Dunia modern begitu asing bagi Pangeran Pisceso. Peradaban yang sangat jauh berbeda dengan dunianya. Benda bergerak bercahaya yang dimaksudnya adalah sebuah mobil dengan laju yang cepat, sementara di dunianya baru sampai pada alat transportasi berupa kereta kuda. TIN! TIN! TIN!Bunyi klakson panjang saling bersahutan terdengar dimana-mana ketika Pangeran Pisceso melangkah tanpa rasa bersalah menyeberang jalan. Kakinya terus saja melangkah tanpa ada rasa takut sedikitpun."Woiii! Sudah gila loe!" "Dasar orang gila!"Umpatan demi umpatan terlontar dari bibir para sopir yang harus rem mendadak. Namun, Pangeran Pisceso tak peduli.Tujuannya hanya satu yaitu menuju bangunan tinggi bercahaya seperti yang pak tua maksud!
***"Dokter Virgolin, setelah dari sini mau ke mana?!" tanya Dokter Rio si ahli bedah jantung."Mungkin pulang," jawab Dokter Virgolin sambil menyemprot tangannya dengan sanitizer spray. Senyum manis tersirat di bibir Dokter Rio. "Bagaimana kalau kita mengisi perut dulu sebelum pulang?!""Dokter Rio lapar?!" "Apa Dokter Virgolin tidak lapar?!" Dokter Rio malah balik bertanya."Tidak!" Tegas Dokter Virgolin menjawab. "Saya masih ada urusan yang lain. Jadi maaf, saya tidak bisa menemani Dokter Rio."Mendapat penolakan dari Dokter Virgolin, akhirnya Dokter Rio pamit.Langkah Dokter Virgolin berlanjut, tatapannya melihat salah satu pajangan yang menarik perhatiannya yaitu peralatan bedah yang terdiri dari pisau bedah (scalpel) untuk memotong jaringan, juga gunting bedah untuk memotong benang dan balutan luka serta forceps yang digunakan untuk menjepit saat operasi dan gunting Clamp yaitu alat yang digunakan untuk memegang jaringan."Aku perlu peralatan ini," gumamnya sambil memegang salah satu pisau bedah yang berjejer rapi di atas meja.Sementara di luar ruangan tempat pameran berlangsung. Pangeran Pisceso sedang berdiri tegak melihat sekeliling. Tatapannya begitu tajam melihat orang-orang ke luar masuk dari salah satu ruangan yang nampak ramai."Salah satu dari mereka adalah Tabib Sakti!""Lihat itu!" Dua orang security yang berjaga depan pintu ruang pameran memperhatikan Pangeran Pisceso dari atas sampai bawah."Apa di luar sedang ada syuting film kolosal, Wo?!" tanya pria bertubuh gempal dengan nama tertera di dada, Dodo.Temannya yang bernama Bowo menggelengkan kepala. "Setahuku tidak ada."Keduanya pun terdiam begitu melihat Pangeran Pisceso datang mendekat.Dodo membuka suara ketika melihat Pangeran Pisceso seakan ragu untuk bertanya. "Ada yang bisa saya bantu, pak?!"Pangeran Pisceso sejenak terdiam, tatapannya melihat ke arah dalam ruang pameran sebelum menjawab. "Tabib.""Tabib?!" tanya kedua security secara bersamaan. Pangeran Pisceso mengangguk. "Tabib?" Dodo garuk-garuk kepala tak gatal. "Tidak ada tabib di sini! Di dalam sedang ada pemeran alat-alat medis. Anda salah tempat."Pangeran Pisceso tidak mengerti dengan apa yang diucapkan pria gempal tersebut. Berdiri sesaat lalu melangkah masuk ke dalam pameran. "Eh, eh! Orang itu masuk!" seru Dodo hendak m
Teriakan dan pukulan Dokter Virgolin di punggung tak berarti apa-apa bagi Pangeran Pisceso. Bahkan dengan ringannya seakan sedang membawa kapas, Pangeran Pisceso melanjutkan langkahnya ke luar dari ruang pameran. "Orang ini gila!" Security bernama Dodo menghadang langkah Pangeran Pisceso.Detik berikutnya terdengar suara sirine dari mobil polisi. Wiiw! Wiiw! Wiiw!"Polisi sudah datang!" Dodo tersenyum kemenangan, bala bantuan sudah datang."Hai! Bocah tengil! Lepaskan Dokter Virgolin!" teriak Rio marah melihat wanita pujaannya berada di atas bahu pria lain.Satu per satu, polisi dengan perlengkapan lengkap layaknya akan menangkap seorang teroris kelas kakap langsung masuk ke dalam gedung pameran. Pangeran Pisceso semakin memasang kewaspadaan penuh. Tubuh Dokter Virgolin dipegangnya erat. Begitu juga dengan pedang yang ada di tangan, semakin digenggam dengan kuat."Turunkan senjatamu!" Satu polisi yang bertindak sebagai komandan, langsung memberikan perintah sambil mengarahkan sen
Disisi lain, raja dan Tabib Cole begitu cemas melihat pintu cahaya langit tak kunjung memunculkan kembali putra mahkota penerus Kerajaan Voresham. "Bagaimana ini? Sampai kapan kita akan menunggu seperti ini?!" tanya raja gusar.Tabib Cole hanya diam, tatapannya jatuh menatap tanah. Garis kebingungan tersirat jelas di wajahnya.Jenderal Axel, prajurit tangguh. Kebanggaan dan kepercayaan raja menawarkan diri untuk menyusul Pangeran Pisceso pergi ke dunia lain."Jangan!" larang Tabib Cole. Raja dan semua orang menatap bingung pada Tabib Cole."Apa maksudmu?!" tanya Jenderal Axel dengan suara beratnya.Tabib Cole pun menjelaskan, jika masuk ke pintu cahaya langit takutnya tidak akan sama dengan dunia lain yang sekarang sedang didatangi Pangeran Pisceso karena pintu cahaya langit tersebut terhubung dengan beberapa dunia lain. "Kau jangan mempermainkan ku!" bentak raja marah. "Ampun! Ampun Yang Mulia!" Tabib Cole langsung menundukkan wajah."Kenapa tidak mengatakannya dari tadi, hah?!"
"Apa kau tak mengerti dengan apa yang sudah ku jelaskan tadi?!" tanya Pangeran Pisceso. "Aku akan mengantarmu pulang kalau kau sudah menyembuhkan ibunda ratu! Itu janjiku sebagai Putra Mahkota Kerajaan Voresham!"Dokter Virgolin menepuk jidatnya sendiri. "Ya Tuhan. Aku sedang berhadapan dengan orang-orang apa ini?!" Tapi tak lama kemudian, Dokter Virgolin bersorak kencang membuat semua orang mengernyitkan kening heran. "Aku tahu! Aku tahu! Kalian sedang syuting kan?!""Syuting?!" Dokter Virgolin mengangguk. "Iya, syuting drama kolosal. Kenapa tidak bilang dari tadi?! Aku hampir dibuat gila oleh kalian. Good! Good! Akting kalian sangat bagus!" Dokter Virgolin mengacungkan kedua jempolnya. Semua orang saling berpandangan satu sama lain. Tidak tahu dan tidak mengerti apa yang dikatakan tabib agung nan sakti dari dunia lain.Melihat semua orang hanya menatap heran, Dokter Virgolin menghentikan orasinya. "Apa ada yang salah?" "Hentikan tingkah konyolmu itu!" bisik Pangeran Pisceso.Tabi
Dokter Virgolin dibantu Tabib Cole dan anak muridnya mulai melakukan operasi ringan. Dengan pengarahan yang diberikan Dokter Virgolin, operasi akhirnya berhasil. "Selesai!" Dokter Virgolin menarik napas panjang setelah jahitan terakhir untuk menutup luka sayatan berhasil dilakukan.Raja dan Pangeran Pisceso langsung datang mendekat untuk melihat keadaan Ratu Eleanor."Kenapa ibuku belum sadar?!" tanya Pangeran Pisceso penuh kecurigaan. Dokter Virgolin menghela napas sebelum menjawab. "Kamu pikir, setelah ibumu selesai aku jahit lukanya, beliau ini akan langsung sadar dan sembuh?! Yang benar saja!""Yang Mulia, jangan khawatir. Yang Mulia Ratu akan segera sadar kembali dan sembuh seperti semula," ucap Tabib Cole. "Kalian ini aneh! Luka yang dialami oleh ratu kalian itu sangat membahayakan nyawanya, masih untung ratu kalian bisa bertahan sampai sejauh ini. Sabarlah, tunggu beberapa saat lagi, ratu kalian akan tersadar dari tidur panjangnya itu!" Dokter Virgolin kemudian berdiri. "Tug
Dokter Virgolin tercengang, apa yang barusan dilakukannya sangat diluar nalar. Tangan yang memegang belati langsung dilepas, tapi belati tak jatuh.Pangeran Pisceso menunduk melihat ke bagian perutnya sendiri. Belati emas kesayangannya, tertancap manis di perut berototnya."A-apa, apa yang telah ku lakukan?!" Dokter Virgolin menatap tak berkedip pada perut Pangeran Pisceso. Panas dan perih menjalar ke seluruh tubuh Pangeran Pisceso. Jari tangannya meraba berlati. Cairan merah kental begitu nyata nampak di jarinya."A-aku ,,,," gugup Dokter Virgolin. "A-aku ti-tidak sengaja," ucapnya terbata."Kau ,,," Pangeran Pisceso tak bisa berkata, wajahnya meringis menahan sakit. Dokter Virgolin menutup bibir dengan kelima jari tangan kanannya begitu melihat jari tangan Pangeran Pisceso berlumur darah.Semua orang terkejut, apalagi sang raja dan Tabib Cole."Apa yang kau lakukan?! Kau, kau ,,," seru Tabib Cole."A-aku tidak sengaja," ucap Dokter Virgolin ketakutan, melihat ke semua orang satu p
Jerit kesakitan tertahan ke luar dari bibir bergetar Pangeran Pisceso. Luka yang ada di perutnya sedang dijahit Dokter Virgolin dengan peralatan dan obat yang seadanya. "Sudah selesai," ucap Dokter Virgolin tersenyum puas melihat luka tusuk yang diakibatkan dirinya telah selesai dijahit. "Otot perutmu sangat kuat dan juga ,,,," Dokter Virgolin menatap kagum wajah Pangeran Pisceso yang penuh keringat. "Kamu sangat luar biasa! Tanpa pembiusan, bisa menahan jarum yang menjahit lukamu. Aku minta maaf atas apa yang telah aku lakukan padamu."Pangeran Pisceso terbaring lemah di tanah. Kedua bola matanya menatap langit. "Lupakan apa yang telah terjadi. Aku anggap hutangku impas padamu.""Maksudnya?!" tanya Dokter Virgolin."Aku telah berjanji padamu akan mengembalikan kamu ke duniamu lagi setelah mengobati dan menyembuhkan ibunda ratu, tapi aku malah melanggar janjiku karena aku tidak punya pilihan lain selain menahanmu di sini sampai ibunda ratu sembuh."Dokter Virgolin menoleh pada tempa
"Tapi dari tadi kita bicara. Aku belum tahu siapa namamu?" tanya ratu berusaha bicara menyesuaikan diri dengan cara bicara Dokter Virgolin."Virgolin Asteria. Nyonya bisa memanggilku Virgo. Aku seorang dokter kecantikan."Raja dan ratu kembali saling berpandangan, tak mengerti dengan apa yang dikatakan wanita di depannya."Dokter?!" tanya ratu penasaran. "Apa Dokter itu sama dengan tabib di istana kami?!""Ya semacam itulah," jawab Dokter Virgolin. Tangan sedang mencari kartu nama di dalam tas, jarinya menyentuh ponsel yang telah dilupakannya. "Astaga! Ponsel! Aku sampai melupakan ponselku! Oh Tuhan, penyelamatku!"Dokter Virgolin sangat gembira, tertawa senang mengambil ponsel.Raja dan ratu memperhatikan apa yang sedang dipegang Dokter Virgolin, benda aneh yang belum pernah mereka lihat.Ponsel dalam keadaan mati langsung diaktifkan. Tangannya naik ke atas berharap ada sinyal. "Ya Tuhan, kenapa ponselku begini?!" Dokter Virgolin tak melihat satu garis sinyal pun di layar ponsel. "Ap