Merasa muak terus saja di goda oleh Joan, Kiana langsung menatap Joan dengan tatapan tajam. Tangan kanannya lalu memegang rahang tegas lelaki tampan itu." Dengar aku baik-baik Joan, aku tidak marah atas apapun padamu. Tolong berhenti," Kiana lalu bangkit dari posisinya pergi dari ruangan itu dengan langkah tergesa-gesa. "mengapa tanganmu terasa dingin Kiana? kau baik-baik saja,kan?" teriak Joan berbalik menatap punggung Kiana yang mulai menghilang."Kak Joan, minta tolong ambil Jona dulu. Aku mau kejar Kiana,"ucap sena segera memberikan Jona pada Joan, mereka para gadis pasti bisa membicarakan itu. sekaligus Sena sebagai jembatan untuk Joan agar mengetahui mengapa gadis itu.Tok! Tok! "Kiana … ini aku Sena, buka pintunya dong. Aku datang kesini tidak untuk melihat pertengkaran mu dengan Joan,"gerutu Sena dengan ketus membuat Kiana tersadar."bodoh sekali! mengapa aku mengikut campurkan masalah ini dengan Sena,"Kiana merasa bodoh, berulangkali memukul jidatnya.Kiana akhirnya membuka
"Aman …," Kiana menghela nafas lega berhasil menghindari Joan dengan mudah, rasanya sangat tenang.Hampir 30 menit Kiana berada di ruangan itu, Joan sengaja menunggu gadis itu di depan pintu dengan pakaian yang sudah rapih. Hanya saja ia tidak tahu cara memasang dasi, Joan sengaja tak meminta bantuan Dania agar bisa menjadikan itu sebagai alasan untuk meminta bantuan dari Kiana.Saat kunci pintu mulai terdengar di putar, Joan dengan cepat menerobos masuk keruangan itu, masih ingin menanyakan hal-hal yang mengganjal pikirannya. ia sudah frustasi memikirkan dimana letak kesalahannya sampai-sampai Kiana memberikan jarak dengan dirinya."Jo-an!" Belum sempat Kiana berucap Joan sudah menutup mulutnya dengan satu tangan, Mengunci satu tangan gadis itu dengan mudah.Kiana segera menutup matanya saat Joan mulai mendekati wajahnya mengambil ancang-ancang untuk menciumnya, entah mungkin disitulah first kissnya hilang atau tidak."Kau sangat berubah Kiana, membuat hatiku porak-poranda,"ucap Joan
Sena menggelang pelan."Ah, tidak mau. Aku tidak akan cocok memakai itu," terlalu sayang jika gaun itu di tukar, mereka berdua sudah rapih. Takut terjadi sesuatu pada masing-masing gaun itu jika mereka saling bertukar."Sudah siap?"suara Joan terdengar dari luar, lelaki tampan itu sepertinya sudah tidak sabar. Lagi pula jam sudah menunjukkan pukul 06.00 mereka harus segera bergegas karena jarak rumah Alen cukup jauh."Sudah Joan! Masuk saja,"teriak Sena dengan bersemangat, tidak tahu saja Kiana yang panik setengah mati."Sena!" Kiana ingin mencubit pinggang Sena namun dengan gesit gadis itu menghindar."Wah gadis-gadis ini cantik sekali,"ucap Joan dengan senyum miring, menatap ke arah Kiana dengan tatapan kagum."Apalagi yang memakai blazer itu,"celetuk Joan membuat Kiana menunduk malu, ia mencoba menahan perasaan senangnya. perasaan senang bukan main yang baru kali ini lagi Kiana rasakan."Ciee … bol
"Baiklah, silahkan keluar gadis-gadis," Joan menunduk menatap keduanya yang kebingungan dengan sikap lelaki tampan itu."Biar aku membantumu Kiana,"Sena kembali melirik mereka yang tampak mesra, sedangkan dirinya sungguh kesusahan dengan gaun berat ini."Ah, te-terima kasih Joan … beruntung memilikimu,"ucap Kiana dengan terbata-bata."Memilikiku? Namun belum sepenuhnya,"goda Joan dengan tatapan sayu, mengangkat sedikit kepalanya lalu menelan saliva membuat jakunnya naik turun."Maksudku memilikimu sebagai sahabat."Sena mengedarkan pandangannya di parkiran yang luas itu, matanya lalu tak sengaja melihat seorang lelaki yang tak asing di matanya."Aku duluan kiana, ada Jeremy di sana! Aku akan menjadi pasangan untuknya,"Sena berlari kegirangan saat mendapati Jeremy datang seorang diri, ini saatnya untuk mengambil hati lelaki yang cukup tampan itu dengan tubuhnya. Jeremy memang tampan hanya saja auranya kurang bersinar seperti Joan dan Alen, karena Jeremy lahir dari seorang ayah yang berw
"Gadis cantik yang ada di depanku ini apakah ingin berdansa? Bolehkan aku yang menjadi pasanganmu?"Joan mengulurkan tangannya pada Kiana ala pangeran, dengan senang hati Kiana menyambut uluran tangan joan." semuanya Sudah siap?"tanya Alen pada beberapa pekerja yang masih merapihkan bagian taman belakang itu."Sudah semua tuan muda.""Baiklah, setelah musik menyala. Kalian langsung tuntun nona Kiana kearah belakang, ingat! Jangan sampai ada yang menyadari kepergian Kiana terutama pada lelaki yang bernama Joan,"tegas Alen dengan raut wajah dingin. Wajah tampan itu terlihat tak bergairah, senyuman sesaat pudar dari wajah tampannya.semua pekerja mengangguk menyanggupi permintaan tuan mudanya itu."Baik tuan muda, kami akan menuntun nona dengan aman tanpa di ketahui siapapun."Alen kembali kedalam, menyaksikan pesta itu sembari menunggu waktu yang akan datang. Dimana ia akan menyatakan perasaannya pada Kiana dengan tulus bahkan ingin meminang gadis itu."Bagaimana tentang dansa? Apa kau m
Joan langsung berdiri dari posisi duduknya, memasang senyum miring memperhatikan sekitarnya untuk mencari gadis secara acak. Padahal sudah jelas gadis yang di maksud Alen itu Kiana, gadis yang duduk tepat di sampingnya. bukan Joan namanya kalau tidak pandai menjatuhkan harga diri seseorang.Joan tersenyum tepat setelah pandangannya terhenti pada seorang gadis bergaun terbuka nan tipis."Gadis dengan gaun terbuka yang di sana itu, kan?" Tanya Joan dengan tatapan bangga, padahal dirinya yang akan di kerjai Alen namun Joan memiliki IQ yang seperti lebih tinggi dari yang Alen pikirkan."sialan! beraninya membuat saya malu seperti itu, kita lihat saja siapa yang akan lebih malu."Sekitar 30 orang sudah ditanyai oleh Alen, cukup banyak orang yang memilih Kiana. Entah karena memang merasa Kiana adalah gadis yang tepat atau hanya ikut-ikutan saja."Baiklah, setelah para pengawal saya mendeteksi semua jawab kalian. Ada beberapa orang yang benar, namun tenang saja … yang menjawab namun salah aka
"Apakah sulit menebak lelaki yang berdiri di depanmu ini? Sungguh saya sangat mengagumi keindahan dirimu,"ucapnya di kesunyian itu, sungguh jelas terdengar di telinga Kiana.Senyum mekar di wajah cantik Kiana, dengan Bodohnya ia mengira itu adalah Joan."sungguh tuan yang berdiri di sebrang itu apakah saya mengenalnya?" Tanya Kiana mulai merasa senang melangkah menuju lelaki itu, ia mengira Joan yang akan berdiri di sebrang sana dengan setangkai bunga mawar untuk dirinya."Sungguh kekasihku, kau sangatlah mengenal saya dengan baik. Kita selalu bertemu setiap saat,"ucap Alen dengan senyuman bahagia, hatinya sudah tak sabar melihat wajah cantik gadis dambaannya itu tanpa samar-samar.Mendengar ucapan Alen, Kiana melangkah dengan tergesa-gesa. Hatinya sudah tak sabar melihat lelaki di balik kegelapan itu.Tak!Lampu di taman itu akhirnya sepenuhnya menyala, terlihatlah wajah tampan Alen sedang tersenyum bahagia menata
Sementara itu Joan masih berusaha keras agar dapat kembali masuk ke dalam bangunan itu, memeriksa satu persatu kantong para pengawal itu untuk mencari kunci."Nah, dapat! Kasihan sekali Alen memiliki pengawal lemah seperti kalian, lebih cocok di panggil dayang-dayang,"Joan tertawa kecil sembari berjalan santai ke arah pintu depan, semua pengawal sudah ia tumpas hingga jatuh tak berdaya.Click"Nice …," Joan tersenyum bangga saat berhasil kembali masuk kedalam. Ia segera berlari menuju ruangan itu berharap Kiana masih ada di sana."Loh? Kiana kemana?" Joan bertanya-tanya ada dimana sahabatnya itu. Orang-orang masih sibuk bersenang-senang di lantai dansa, dentuman musik itu semakin keras. Joan berusaha menerobos kerumunan itu berharap ada Kiana di sana.tepat saat pandangannya tertuju pada Sena, ia berharap Kiana sedang bersama gadis itu."Sena, apa Kiana ada di sini?"tanya Joan dengan raut wajah kecemasan.kening Sena malah berkerut mendengar ucapan Joan, sedari tadi ia bahkan tak melih