Share

19. Mbah Lanang

Clara terbangun karena mendengar sebuah pekikan Dipta di pagi buta seperti ini, bahkan suara barang pecah juga sangat mengganggu tidurnya. Clara merapatkan cardigan yang ia pakai karena semilir angin dari jendela terbuka membuatnya kedinginan. Gadis berperawakan kurus ini menemukan Dipta meringkuk di antara pintu kulkas yang terbuka, tangan lelaki yang ia cintai tengah menyibak udara kosong.

”Jangan bunuh aku! Jangan!”

Clara segera menghambur untuk memeluk Dipta yang bergetar ketakutan. Akhir-akhir ini kekasihnya itu kurang tidur dan kerap kali bermimpi buruk. Bahkan beberapa kali Dipta tidur sambil berjalan hampir menjatuhkan diri dari balkon.

”Melisa! Melisa ada di sini, dia mau bu-bunuh aku,” racau Dipta.

”Nggak ada, Dipta. Gue di sini.” Clara berbisik, mencoba memberi Dipta ketenangan dengan pelukan.

Clara pun pernah bersitatap dengan Melisa di halaman belakang setelah pemakaman masal itu selesai. Wajahnya yang mengerikan dan tentu saja, hanya kalimat kematian yang muncul dari mu
Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status