Share

100. Permohonan Maaf

Arkasa Point of View

Setelah memastikan bahwa Evanny ditangani dokter, aku masih berdiam diri di sebuah kursi panjang rumah sakit. Tubuhku mungkin berada disini, namun segala macam pikiran aneh sudah mengacaukan hampir setengah kesadaranku.

"Mau sampai kapan lari begini?"

Arta yang baru saja kembali setelah membelikan sebotol minuman dingin kini ikut duduk disebelahku. Mengenal Arta selama bertahun- tahun membuatku menetapkan garis yang jelas padanya. Kalau sedang mengurus pekerjaan kami memang terlihat kaku dan formal. Namun diluar jam kerja, Arta adalah sosok kakak yang ikut memberi beragam masukan padaku.

"Enggak tahu, Ta!" ujarku sembari mengacak lagi rambut yang mulai tak rapi.

"Bertahun-tahun kenal, baru kali ini saya melihat versi gengsian Pak Arkasa. Gak kasihan lihat istri pucat begitu? Apalagi tatapannya pedih sekali tadi," ujar Arta yang kian menambah gemuruh pedihku.

Bohong kalau aku bilang tatapan sendu Alana tadi tidak menyumbangkan sembilan puluh persen kegelisa
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status