TIBA-TIBA DILAMAR

TIBA-TIBA DILAMAR

By:  Ana  Ongoing
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel16goodnovel
Not enough ratings
9Chapters
50views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
Leave your review on App

Dulu, Nura pernah menyukai Reza. Ia berniat mengutarakan isi hatinya kepada Reza sebelum lelaki itu pindah keluar Negeri. Belum sempat mengutarakan, Reza malah meperkenalkan kekasihnya kepada Nura. Hal ini membuat Nura patah hati. Perlahan hati Nura yang patah, mulai luluh akan kehadiran Dito dengan segala perhatian dan sikapnya tidak seperti teman biasa. Disaat ini lah, setelah sekian tahun menetap di luar negeri Reza dan keluarga datang ke rumah Nura berniat untuk melamarnya. Apa yang sebenarnya terjadi? Apakah Nura akan menerima lamaran tersebut? karena Reza adalah sosok lelaki yang pernah mengisi hatinya atau Nura lebih memilih menjatuhkan hatinya kepada Dito, lelaki baru yang juga rekan kerjanya?

View More
TIBA-TIBA DILAMAR Novels Online Free PDF Download

Latest chapter

Interesting books of the same period

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments
No Comments
9 Chapters
Bab 1
"Ada tamu?" tanya Dito pada Nura ketika melihat ada mobil sedan hitam di depan rumah. "Mungkin," sahut Nura yang melepas seatbelt Matanya memperhatikan mobil tersebut. Ia tidak mengenali mobil siapa yang sedang terparkir di depan rumahnya kini."Mau mampir dulu?" tanya Nura pada Dito."Lain kali aja. Gak enak, kayaknya lagi ada tamu di rumah kamu," jawab Dito lembut. Tidak lupa dengan senyum manis membuat siapa pun yang melihat akan setuju dengan pernyataan tersebut."Ya, udah kalo gitu. Makasih udah nganterin. Sampai jumpa besok di kantor," Nura keluar dari mobil. Nura berdiri di depan rumah sebelum Dito benar-benar pergi. Menatap mobil putih di hadapannya yang perlahan kaca mobil terbuka."Aku pulang dulu," pamit Dito. Tidak lupa melambaikan tangan dengan kembali tersenyum. Senyum yang membuat Nura betah memandangnya berlama-lama. Mampu membuat hari-hari Nura terasa indah dan bersemangat pergi ke kantor. Ia akui, hatinya mulai luluh akan lelaki yang sudah mengantarnya pulang ini.
Read more
Bab 2
Angin yang berhembus sesekali menerbangkan helaian rambut hitam kecokelatan yang ia buat bergelombang bagian bawah tadi pagi. Sinar matahari tidak membuat dirinya takut jika kulit putihnya akan menggelap. Nura Anindya, menatap kosong ke arah gedung-gedung yang menjulang tinggi di sekitar kantornya. Perusahaan Internasional ia bekerja kini berada di pusat perkantoran, ia bisa melihat orang-orang yang berada di jalan dari atas atap kantor. Atap yang sering ia kunjungi jika sedang terlalu banyak beban pikiran di kepalanya. Bukan hanya dirinya, beberapa temannya pun terkadang datang kemari. Dari sini, ia bisa melihat berbagai aktifitas. Ada yang bercanda dengan teman dengan menenteng sekantong makanan. Ada yang sibuk dengan ponsel serta aktifitas lainnya. Gelas kopi dingin yang mengeluarkan partikel buliran air pada bagian sisi, bisa dirasakan oleh telapak tangannya. Ia menghirup minuman kopi favoritenya itu perlahan. Merasakan rasa pahit bercampur sedikit manis yang mampu membuat tubu
Read more
Bab 3
"Makasih ya, Mba," ucap Nura setelah pelayan kafe meletakkan semua pesanan mereka. Nura sengaja memilih kafe yang tidak terlalu banyak pengunjung di siang hari untuk bertemu Reza. Sesuai saran Aruna untuk menanyakan alasan lamaran. Ia menatap Reza lekat. Orang yang ditatap menikmati makanan ia pesan dengan santai seakan tidak terjadi apa-apa. Nura memutar bola matanya malas. Satu sisi iya kesal karena tiba-tiba tidak ada angin, tidak ada hujan datang melamar. Padahal mereka sudah lama saling berhubungan. Kembali ia menatap lekat lelaki di hadapannya ini. Wajahnya tidak berubah sama sekali. Malahan terlihat makin dewasa, dibalut dengan kemeja putih bergaris horizontal tipis yang pas dengan tubuh proporionalnya, lengan kemeja digelung hampir ke siku, kancing kemeja yang terbuka bagian atas, menabah daya tarik dan menawan dari dirinya.Nura mengerjapkan matanya, sedetik kemudian menggelengkan kepala menyadari apa yang ia lakukan. Ia mengambil air di atas meja dan meminumnya. Mengalihk
Read more
Bab 4
"Bapak, langsung pulang?" tanya Carla pada Reza. Mereka seumuran. Tapi, dikarena jabatan dan juga status Reza adalah anak pemilik perusahaan, Carla masih mengedepankan etika dalam pekerjaan.Reza mendongak menatap langit biru yang tertutup awan tipis, langit masih tampak terang. Reza melihat ke arah jam di tangan kirinya, sebentar lagi jam lima sore. Ia berniat untuk bertemu dengan temannya sehabis meeting yang ternyata memakan waktu yang lumayan lama."Mau ke rumah temen habis ini," jawab Reza singkat. "Ooh gitu ...," Carla terlihat ingin mengatakan sesuatu. Tapi tampak ragu, ia menggigit ujung bibir bawahnya. Reza mengangkat kedua alisnya ketika melihat Carla yang berada di samping seakan ingin mengatakan sesuatu. Ia pun bertanya, "Ada apa?" "Boleh ikut pulang gak, pak?" Carla tampak berharap Reza membolehkan.Menunjukkan puppy eyes agar terlihat manis. Reza mengusap pelan ujung hidung bangirnya yang tak gatal. Sedang berpikir."Ya, udah ikut aja. Rumahnya dimana?"Mendengar itu
Read more
Bab 5
"Za! malah bengong. Gak kesambetkan, lo?!" tegur Elrumi ketika tidak ada jawaban dari Reza."Harusnya waktu itu, gue tanya langsung pas denger omongan Nura sama Aruna. Gue pikir mereka lagi ngomongin Ibrahim. Mereka udah temenan lama dari kuliah. Jadi, gue pikir ya dia ...," Reza meneguk minuman soda. Menyederkan tubuh atletisnya ke sofa. Bukan hanya tuubuhnya yang lelah, dia pun juga kelelahan dengan bisingnya pikiran-pikiran yang terus berputar berulang seperti kaset rusak di kepalanya.Dulu, ia mendengar jika Nura menyukai seseorang yang sudah lama ia kenal saat bicara dan berniat mengutarakannya. Belum selesai mereka bicara, Reza memilih pergi. Entah apa yang ada dipikirannya saat itu. "Tadi, siang gue ketemuan sama Nura. Dia nanya alasan kenapa tiba-tiba ngelamar," lanjut Reza dengan posisi yang sama. "Terus lo jawab apa?" tanya Elrumi penasaran. Menyuapkan satu potong kue brownies cokelat yang ada di atas meja ke dalam mulutnya."Gue suruh tanya orang tuanya.""Lah, kenapa gak
Read more
Bab 6
Dari kejauhan Reza bisa melihat Nura yang sedang terduduk lesu bersama dengan Ibunya. Ruangan yang bertuliskan IGD masih tertutup rapat. Suasana hening membuat langkah kaki Reza terdengar ketika sepatu itu beradu dengan lantai rumah sakit. Membuat Ibu Nura menyadari kehadirannya. Sementara Nura masih sibuk dengan pikirannya sendiri. Seakan keheningan itu menjadi teman ternyaman. "Nak, Reza," seru Ibu Nura pelan ketika melihat kehadirannya. Nura tersadar dari lamunannya. Kini ia beralih menatap Reza yang sudah berdiri di dekatnya. Wajah cantik dengan kulit putih itu terlihat pucat. Kedua mata indah yang selalu terlihat bersinar kini tampak sayu. Tak ada ekspresi apapun selain wajah datar yang Reza lihat."Gimana keadaan Om, Tante?" tanya Reza dengan nafas sedikit tersenggal-senggal akibat buru-buru menyusul."Masih belum sadar. Tapi, katanya udah stabil. Bentar lagi dibawa ke ruangan. Lagi disiapkan. Oh ya, kenapa bisa ada di sini?" tanya Ibu Nura karena melihat Reza tiba-tiba berada
Read more
Bab 7
"Aku mau," ucap Nura tiba-tiba memecah keheningan di antara mereka selama diperjalanan. Suara musik pelan dari radio mobil yang di putar tak menyulitkan Reza mendengar ucapan Nura. "Mau apa? martabak?" tanya Reza bingung dengan maksud Nura, tiba-tiba bilang mau. Mereka baru saja melewati jalan yang ramai dengan penjual dipinggir jalan ketika malam hari. Salah satunya penjual martabak yang Reza sempat lihat mereka lewati. "Kok martabak," Nura mendecak kesal. Ia sudah menghilangkan rasa malunya hanya untuk bilang mau terima lamaran itu. Tapi, Reza malah bercanda pikirnya. Pipinya sudah terasa panas menahan malu. "Soal lamaran," lanjut Nura. Matanya masih lurus menatap jalan di depan yang dipenuhi lampu jalanan dan juga dari kendaraan yang lewat yang berlalu lalang. Mereka sedang dalam perjalanan pulang ke rumah Nura. Reza menahan senyum dengan menggigit bibir bawahnya ketika mendengar jawaban Nura. Rasanya ingin berteriak bahagia saat itu juga. Namun, ia berusaha agar terlihat
Read more
Bab 8
"Biar aku ambil aja," Reza masih menolak karena tidak mau Nura merasa repot karena dirinya. "Biar aku aja yang antar ke kantor. Aku juga mau ke daerah dekat kantor kamu. Hari ini ada kerjaan di luar," Jelas Nura ditelepon kepada Reza ketika ia sedang berjalan menuju kantor dari parkiran. Setelah mendapat jawaban dari Reza, Nura menutup telepon. Sebelumnya, Ibunya menghubunginya. Bilang jika dompet Reza ketinggalan di Rumah Sakit. Awalnya Reza berniat untuk mengambil sendiri. Namun, Nura tetap menolak. "Ya sudah, hati-hati nanti di jalan," ujar Reza akhirnya mengalah sebelum Nura menutup telepon. "Eemm yang lagi seneengg ... udah jadian sama ex crush," goda Aruna setelah Nura selesai. Menyilangkan tangan ke depan membentuk tanda silang sambil tertawa. "Bukan jadian tapi calon tunangan," koreksi Nura menurunkan tangan Aruna. "Gak romantis banget yah, gak ada acara lamaran kaya dinner ... kasih cincin gitu ...." "Ntar gue bilangin sama Rez-" Perkataan Aruna terhenti ketika
Read more
Bab 9
Sinar matahari menembus kaca kantor Reza sekarang. Matanya terpejam seakan menikmati hangatnya sinar matahari menyentuh kulit wajah. Tidak berniat untuk menurunkan tirai untuk menghalangi tembusnya sinar matahari. Carla yang ingin menyerahkan berkas untuk ditanda tangani masuk begitu saja setelah mengetuk pintu. Sementara Reza tidak bergeming, masih di posisi yang sama. Carla berjalan perlahan, berusaha semaksimal mungkin agar suara dari sepatu berhak tingginya yang beradu dengan lantai tidak mengeluarkan suara yang dapat mengganggu ketenangan Reza. Ia memilih berdiri di samping Reza yang sedang menghadap dinding kaca luar dengan mata terpejam. Carla menatap lekat padanya. Garis wajah yang tegas, begitu sempurna di mata segelintir orang yang melihatnya. Terpaan sinar matahari membuatnya seakan semakin berkilau di mata Carla. Ia berinisiatif menurutkan roller blind agar sinar matahari tidak lagi menggangu Reza. Seulas senyum tipis terpatri di
Read more
DMCA.com Protection Status