Terjatuh dari ketinggian sekitar 5 meter, rasa nyeri di sekujur tubuh Qiao Zhi Jing terasa sangat menyiksa. Tampaknya, tulang rusuk dan pergelangan kakinya patah. Entah bagaimana cara mendeskripsikan rasa sakit yang diderita Qiao Zhi Jing saat ini. Karena terlalu fokus mendramatisir rasa sakitnya, Qiao Zhi Jing hingga tak sadar jika posisinya saat ini tengah berada di arena kandang harimau peliharaan Bai Ruyu. Qiao Zhi Jing baru tersadar tatkala mendengar suara auman yang menggelegar.Reflek Qiao Zhi Jing mengangkat kepalanya. Kabut tebal menyelimuti pandangannya. Samar-samar dia mencermati sosok harimau berukuran besar yang berjalan menghampirinya. Siap untuk menerkamnya dan menjadikannya santapan kapan saja."Apa aku akan mati sebentar lagi? Siapa pun, tolong aku. Tuhan memang tidak adil," lirih Qiao Zhi Jing. Volume suaranya terlalu lemah dan rendah. Pada akhirnya, dia dapat bersuara dan menggerakkan tubuhnya tatkala terjatuh ke bawah. Titik akupuntur yang mengunci tubuhnya pun a
"Bagaimana kondisinya?" tanya Bai Wuxin saat seorang tabib baru saja keluar dari kamar Qiao Zhi Jing.Tabib itu menghela napas sembari menggeleng-gelengkan kepalanya. Reaksi tabib itu semakin membuat Bai Wuxin semakin cemas. Bukan hanya Bai Wuxin saja, termasuk Hua Rong yang hanya diam pun dapat terpampang jelas dari wajahnya."Pergelangan kaki kirinya patah, namun masih bisa tersambung jika menjalani terapi dan perawatan rutin. Selain itu, tulang ada 3 tulang rusuknya yang patah membengkak. Untuk saat ini, saya hanya bisa meresepkan obat luar, karena obat dalam menolak masuk, sebab kondisi Tuan Putri sedang koma. Entah kapan beliau bisa siuman kembali. Serahkan saja kepada takdir," jelaskan sang Tabib.Kata serahkan pada takdir sungguh membawa pengaruh negatif. Jika menyerahkan segalanya kepada takdir, maka Qiao Zhi Jing tidak akan terluka hingga seperti saat ini. Takdirnya selalu buruk sejak jiwa lain mengambil alih tubuhnya, seolah itu adalah hukuman atas kejahatan yang pernah dila
“Dasar tidak berguna!”DUAAKK!!! “Bangun!” titahnya. Pemuda yang menerima tendangan itu bergegas bangkit, tanpa memprotes sedikit pun. DUAAKK!!! Tendangan keras menghantam untuk kedua kalinya. “Berani sekali kau mengkhianatiku! Yang satunya memusuhiku, satunya lagi mengkhianatiku. Tak ada satu pun yang memihakku. Kalian anak durhaka!” hardiknya. DUAKKK!!!BUKK!!!BUKK!!!BUKK!!!Tendangan keras menghantam dada seorang pemuda yang berlutut di hadapan seorang pria paruh baya. Emosi yang telah menguasainya telah mengendalikan dirinya untuk berbuat kasar terhadap putranya sendiri. Pria paruh baya itu adalah Kaisar Bai. Sedangkan pemuda yang dilukainya adalah anak pertamanya, Bai Ruyu. Setelah mendengar pernyataan dari Bai Wuxin, beserta bukti-bukti konkret yang dijadikan bukti, seketika saat itu juga Kaisar Bai amat murka. Tak disangka, ternyata putranya sendiri mengkhianatinya, termasuk mengkhianati negaranya sendiri. Berkolusi dengan Negara musuh adalah kejahatan be
Sepontan mereka tertegun menatap dalam wajah Qiao Zhi Jing. Tak menyangka bahwa Qiao Zhi Jing telah melontarkan perkataan ambigu. Sementara Qiao Zhi Jing tetap memasang sikap santai dengan wajah polosnya. Seolah-olah tak tahu apa pun."Nona, apa yang salah dengan Anda?" Ban Xia menangis histeris kala menyadari ada yang tidak beres lagi dengan ingatan Qiao Zhi Jing."Eh, Ban Xia. Kenapa kau menangis? Jangan menangis," bujuk Qiao Zhi Jing."Qiao Zhi Jing, jangan bercanda. Apa kau tidak mengenalku?" timpal pria yang dibuat heran karena tingkah Qiao Zhi Jing.Jenak Qiao Zhi Jing mencermati wajah pria di hadapannya sembari mengernyitkan kedua alis. "Memangnya kau siapa? apa kau terkenal?" tanya Qiao Zhi Jing dengan santainya.Pria yang tak dikenali Qiao Zhi Jing itu pun menggeleng-gelengkan kepalanya, tak menyangka. Tentu saja, pria itu adalah Bai Wuxin."Nona, untung saja Anda mengingatku. Tapi kenapa Anda bisa sampai melupakan suami Anda sendiri? Pangeran Bai Wuxin, suami Anda." Ban Xia
"Nona!" panggil Ban Xia dengan semangat. Sepanjang jalan, ia berlarian menuju kamar Qiao Zhi Jing karena tak sabar menyampaikan kabar gembira."Ban Xia, tenanglah. Kenapa berlarian? itu tidak pantas," tegur Qiao Zhi Jing. Sejak siuman, Qiao Zhi Jing berubah menjadi orang yang berbeda. Sifatnya menjadi lebih anggun dan beretika. Ia pun tidak mengerti. Rasanya seperti ada semacam dorongan yang menjadikan jiwanya lebih ke-feminim.Setelah kondisinya membaik, tabib menyarankan agar Qiao Zhi Jing menjalani terapi demi mengembalikan ingatannya. Namun, Qiao Zhi Jing menolak. Dia merasa, ada baiknya jika banyak hal yang telah terlupakan. Jika banyak yang terlupa, maka itu tidak buruk. Setidaknya, ada beberapa kenangan tidak menyenangkan yang seharusnya tak perlu diingat-ingat.Sedangkan Ban Xia yang kelelahan berlari, kini kesulitan mengatur napasnya. Setelah merasa sedikit lebih tenang, selanjutnya Ban Xia bicara kembali."Maaf, Nona. Saya tidak akan mengulanginya. Nona, jangan kaget ya. Saya
"Jendral," tegur Nyonya Zhu Yan sembari mencubit kecil lengan Jenderal Qiao."Apa aku salah?" balasnya karena merasa tak ada yang salah dengan perkataannya."Tentu saja salah. 18 tahun kita belum pernah bertemu dengan putri kita. Bukannya mengatakan perkataan baik, kau malah menyinggungnya seperti itu," cibir Nyonya Zhu Yan.Melihat tingkah laku mereka, Qiao Zhi Jing justru merasa bahagia. Layaknya keluarga, pasti ada perdebatan kecil semacam itu.Qiao Zhi Jing tersenyum kecil seraya berkata, "Ayah, Ibu, jangan bertengkar lagi. Aku benar-benar sudah membaik. Hanya pergelangan kaki dan 3 tulang rusuk yang patah tidak perlu dilebih-lebihkan," kata Qiao Zhi Jing meringankan."Apa?!!" Keduanya terkejut tatkala mendengar pernyataan Qiao Zhi Jing."3 tulang rusuk patah bukan hal yang sepele! ini tidak bisa dibiarkan!" Emosi Jendral Qiao memuncak seketika. Jika tahu ayahnya akan merespon demikian, seharusnya Qiao Zhi Jing menyembunykkan kondisinya. Ia menyesal karena telah berterus terang m
“Pangeran Pertama, mohon redakan emosi Anda dan dengarkan penjelasan saya lebih dulu. Coba pikirkan saja, jika kita bisa memutarbalikkan keadaan, semua ini bisa bencana bagi Pangeran Kedua. Selain itu, dia adalah menantu Jenderal Qiao. Semakin besar kekuasaan dan dukungan seseorang, maka bahaya yang akan menimpa akan semakin meningkat. Saat ini, semua orang mengagung-agungkan nama Jenderal Qiao sebagai pahlawan dewa. Sedangkan rakyat seolah melupakan Kaisar Bai karena terlalu mengagung-agungkan nama Jenderal Qiao,” bujuk Ming Tian. Masih dengan tekad kuat merencanakan segala hal dengan otak liciknya. Sepontan emosi Bai Ruyu mereda. Setelah dipikir-pikir, perkataan Ming Tian tidak salah. Semakin tinggi seekor burung terbang, ketika tak sanggup mencapai medan angkasa, maka dia tetap akan terjatuh. Menilai sifat ayahnya yang cemburuan ketika orang lain lebih bersinar dibandingkan dirinya, sejenak saja Bai Ruyu terpikirkan sebuah ide untuk menjatuhkan dua burung dengan satu batu. Bena
[Pavilium Hujan Suci]Sebuah ruangan pribadi telah dipesan sejak 2 hari lalu. Selama 2 hari, ruang itu sengaja dikosongkan khusus oleh seseorang secara rahasia. Termasuk siapa yang memesan wajib sengaja disamarkan agar tak menimbulkan kecurigaan.Tenggat waktu 2 hari akhirnya jatuh pada hari ini. Malam sekitar pukul 9, seorang pria yang mengenakan jubah bertudung yang menutupi wajahnya, diam-diam memasuki ruangan yang telah dipesan 2 hari lalu.Setibanya di dalam ruangan itu, disingkapnya tudung kepala yang menutupi wajahnya. Seringaian terpampang menghiasi bibirnya. Bai Ruyu tak sabar lagi bertemu dengan tamu spesialnya hari ini.Sesuai waktu yang dijanjikan, tak lama kemudian, seorang wanita yang juga mengenakan tudung penutup kepala, menyusul masuk ke dalam ruangan rahasia yang di sana Bai Ruyu telah menanti kedatangannya."Qiao Li Ying, akhirnya kau datang. Kukira kau tidak akan datang setelah tempo hari," ujar Bai Ruyu sembari menampilkan senyum miring menyeringai.Sengaja tak me